Penulis merupakan Alumni Fisip UDA

Etika dan Komunikasi Politik Menjelang Pilkada 2024

Afe Erma Telaumbanua

2 min read

Tahun ini merupakan tahun yang memiliki momentum spesial bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia. Berawal dari bulan Februari 2024, masyarakat telah merasakan pesta demokrasi besar-besaran dengan memilih Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tingkat daerah, provinsi dan pusat, sekaligus pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Di bulan November 2024 nanti, kembali digelar pesta demokrasi besar-besaran lewat proses pemilihan kepala daerah (pemilukada). Dari 38 provinsi, ada 37 daerah provinsi yang menggelar pemilihan gubernur dan wakil gubernur sekaligus 508 kepala daerah di kabupaten/kota yang akan dipilih.

Setelah pendaftaran pasangan calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah ke KPU, di tingkat daerah kabupaten/kota, para tim pemenangan (tim sukses) masing-masing semakin aktif dalam mempromosikan figur politiknya di berbagai media massa. Sebaliknya, ada juga yang mulai mengkritik lawan figur politik.

Yang menjadi persoalan, sebagian tim pemenangan kontestasi ini mengkritisi lawan politik mereka dengan bahasa dan cara yang kurang etis, misalnya dengan menggali-gali masalah personal lawan mereka. Sebagian bahkan menyerang personal bukan hanya pasangan calon tetapi juga anggota tim sukses lawan.

Apakah itu cara perpolitikan yang sehat? Perlu diketahui bahwa perbedaan figur politik bukan berarti kita harus berupaya untuk mempolitisasi personal seseorang. Justru, perbedaan figur politik itu adalah pembangkit semangat untuk berpartisipasi pada proses politik dan demokrasi.

Refleksi Etika Politik

Politik itu tidak pernah lepas dari suatu kepentingan baik kepentingan bersama maupun kepentingan pribadi (kelompok tertentu). Sebagai tim pemenangan pasangan calon, apa yang harus diperjuangkan? Apakah kepentingan rakyat terhadap kemajuan daerah atau kepentingan pribadi dan kelompok tertentu?

Baca juga: 

Berdasarkan pengamatan saya lewat sosial media, mulai dari pilpres, pileg hingga pada pilkada 2024 yang sebentar lagi digelar, masih banyak pengguna media sosial yang ikut berpartisipasi dalam politik seringkali menggunakan bahasa politik yang kurang etis dan tidak rasional. Entah apa yang menjadi penyebabnya. Apakah karena awam terhadap politik atau memang secara pribadi merasa benci dengan kontestan pemilu tersebut?

Etika politik tidak hanya dinilai pada diri seorang pemimpin dan pejabat pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Lebih dari itu, etika politik juga dapat dinilai pada tindakan dan bahasa masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam proses politik itu sendiri. Menyerang personal salah satu kontestan pemilu, dengan menghina dan bahkan menjelek-jelekkannya lewat media sosial, itu merupakan politisasi yang buruk terhadap diri pasangan calon.

Apakah itu cita-cita politik dalam melahirkan seorang pemimpin? Penting untuk dipahami bahwa menyerang personal pasangan calon dan tim lawan politik bukanlah cara untuk melahirkan pemimpin yang sejati. Dalam melahirkan pemimpin yang hebat, adu ide dan gagasan kandidat harus dikedepankan. Sebaliknya, serangan personal, ujaran kebencian dan ego kepentingan pribadi atau kelompok tertentu merupakan keburukan politik yang harus dihindari karena tidak sesuai dengan cita-cita politik dan kredo demokratis.

Politik Sehat 

Setiap pemilu, masyarakat yang terlibat dalam proses perpolitikan selalu memiliki perbedaan pandangan terhadap penilaian setiap pasangan calon. Hal itu sering terjadi pada saat pilpres, pileg dan pilkada. Bagi yang memahami cita-cita politik yang demokratis, itu adalah bagian yang wajar dalam proses politik.

Namun sangat disayangkan, ketika ada sebagian masyarakat yang terlibat dalam politik untuk memenangkan salah satu pasangan calon, berupaya menggiring opini dengan menyerang pribadi salah satu kontestan pemilu dan sesama lawan tim pemenangan kontestasi tertentu.Jika cara itu semakin dibiasakan, maka nilai politik kita makin buruk. Karena cara kita melahirkan pemimpin tidak didasari dengan pikiran dan akal yang sehat.

Menurut saya, tujuan penting pemilukada adalah untuk memilih seorang pemimpin yang mampu memimpin daerahnya selama satu periode ke depan. Jadi siapapun yang memenangkan kontestasi pemilukada bukan untuk menjadi pemimpin bagi tim pemenangan dan kelompoknya saja, namun bagi semua elemen masyarakat.

Dengan itu, perbedaan figur politik dan pilihan, jangan dijadikan alasan untuk menyerang pribadi orang lain. Akan tetapi marilah kita junjung tinggi nilai politik itu dengan cara berpolitik yang sehat. Kita harus mampu menerima kritikan serta perbedaan pandangan terhadap figur politik masing-masing dengan tenang dan berpikir jernih.

Komunikasi Politik

Di setiap momentum pemilukada, seringkali terjadi perdebatan di antara masyarakat dan juga di kelompok-kelompok tertentu. Kalau pilkada sudah dekat, terkadang di beberapa pertemuan terjadi perdebatan politik. Namun sayang sekali kadang perdebatan itu tidak sehat. jika pada awalnya hanya saling tukar pikiran, bahas ini dan itu, tapi pada akhirnya mereka saling menghujat dan menyindir.

Baca juga:

Lalu bagaimana cara menghadapi personal semacam itu? Apakah ketika kita dihujat, harus dibalas dengan menghujat? Tergantung bagaimana cara kita menyikapinya.

Oleh karena itu, dalam menghadapi berbagai perbedaan pilihan dalam menyambut pilkada 2024, kita harus bijaksana. Hal itu supaya proses pemilukada berjalan kondusif dan tidak terbawa dalam suasana yang emosional. Alangkah baiknya kita menjawab perbedaan itu dengan menggunakan komunikasi politik yang baik.

Kita hanya berbeda pilihan, tapi tetap satu tujuan yaitu untuk memilih pemimpin yang berintegritas. Berbeda pilihan bukan berarti bermusuhan, tetapi perbedaan itu sebagai bahan pemikiran dan pertimbangan untuk mencari yang terbaik dari yang terbaik. Dengan semangat persatuan mari kita junjung tinggi rasa kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan dan pertemanan di atas semua perbedaan. (*)

 

Editor: Kukuh Basuki

Afe Erma Telaumbanua
Afe Erma Telaumbanua Penulis merupakan Alumni Fisip UDA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email