Bila Komeng seorang motivator bisnis, saya yakin ia akan membuat seminar yang super besar. Kita bisa memprediksi tagline seminar itu. Kira-kira bunyinya akan seperti ini: “Kiat Sukses Maju ke Senayan Hanya Modal Dengkul.”
Seminar motivasi itu kemungkinan besar akan sukses. Bagaimana tidak? Siapa yang tidak mau jadi anggota dewan hanya dengan modal dengkul? Mengapa harus mengeluarkan uang milyaran, bila hanya bermodal foto unik kita bisa melenggang ke Senayan.
Itulah hebatnya Komeng. Komedian dengan nama lengkap Alfiansyah Bustomi itu mampu memungkinkan apa yang paling tidak mungkin. Dia sukses menyihir rakyat Indonesia untuk memilihnya hampir tanpa modal.
Komeng sukses mematahkan mitos yang mengatakan bahwa butuh modal besar buat terpilih jadi anggota dewan. Di tengah maraknya politik uang, Komeng hadir bagaikan oase. Ia mampu membuktikan diri bahwa tanpa bantuan partai, tanpa memasang banyak baliho, tanpa umbar janji-janji manis saat kampanye, ia tetap sukses dipilih rakyat.
Baca juga:
Ia hampir pasti dilantik jadi anggota legislatif Dewan Perwakilan Daerah (DPD) untuk dapil Jawa Barat. Dengan perolehan lebih dari 1,7 juta suara, Komeng unggul dari pengusaha kawakan seperti Aanya Rina Casmayanti atau sesama artis seperti Jihan Fahira.
Kesuksesan Komeng ini membuat banyak orang heran sekaligus iri. Rahasia apa yang ia punya sehingga sukses meraup banyak suara? Tips dan trik apa yang harus dilakukan para calon anggota legislatif biar lolos ke Senayan tanpa banyak modal?
Sayangnya, Komeng bukan motivator bisnis. Ia adalah komedian legendaris yang mau masuk gelanggang politik. Para politisi yang berharap belajar padanya harus rela menanggung kecewa karena sangat mustahil Komeng mau merepotkan diri membuat seminar motivasi.
Namun jangan khawatir. Kita bisa memperkirakan materi kiat sukses maju ke Senayan ala Komeng. Mudah-mudahan kiat ini bisa membantu para politisi untuk menekan budget politik di gelaran pesta demokrasi berikutnya.
Menjadi Autentik
Komeng sudah membuktikan, untuk dipilih dan dipercaya rakyat, faktor terpenting bukanlah uang, dukungan partai, dukungan pejabat, strategi politik yang amoral, atau elektabilitas artifisial dari lembaga-lembaga survei. Yang paling penting bagi rakyat dalam memilih calon perwakilan mereka adalah keautentikan calon pemimpin tersebut.
Menjadi autentik ini penting, sebab banalitas politik yang marak terjadi di Indonesia membuat masyarakat semakin muak. Hannah Arendt menjelaskan banalitas sebagai situasi ketika kejahatan tidak lagi dirasa sebagai kejahatan, tapi dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan wajar.
Menjadi autentik di tengah situasi politik yang banal memungkinkan rakyat untuk mengerti mana calon pemimpin sejati dan mana calon pemimpin yang hanya imitasi. Komeng, yang seorang komedian, tidak berusaha menjadi orang lain dengan memainkan gestur politik yang sok serius, baik, agamis, gemoy, atau punya duit.
Komeng yang kita kenal tetap memainkan peran lucu, unik, tidak pernah serius, dan nyeleneh sebagaimana biasanya ia hidup. Tidak ada gimik yang ditampilkan olehnya. Tidak seperti Aldi Taher, S.E, caleg Perindo yang memainkan gimik religius sekaligus kocak, Komeng tetap tampil apa adanya. Hasilnya, Komeng berhasil menciptakan keajaiban. Komeng berhasil unggul dari kandidat lain dalam memenangkan hati rakyat Indonesia.
Kampanye Sepanjang Hidup
Banyak orang salah sangka pada strategi politik Komeng untuk mendapatkan simpati rakyat. Dikiranya foto unik yang melotot itu saja yang jadi kunci dalam mendongkrak suara Komeng dalam pemilu. Padahal strategi kampanye Komeng tidak sesederhana itu. Ia menerapkan strategi kampanye sepanjang hidup.
Ibarat prinsip pendidikan sepanjang hayat, Komeng telah melakukan kampanye seumur hidup. Caranya gampang-gampang sulit. Komeng mendedikasikan diri untuk menjaga citra dirinya agar tetap dipandang baik oleh masyarakat. Sementara artis-artis lain banyak mendulang popularitas lewat jalur kontroversi, Komeng hampir tidak punya kontroversi.
Baca juga:
Baik kehidupan pribadi, karier, maupun kehidupan sosialnya tetap terjaga dengan baik. Alhasil kehidupan Komeng jauh dari desas-desus dan intrik politik tidak sehat. Komeng juga berhasil menjaga dirinya dari sifat-sifat elitis dan korup. Coba bayangkan, seandainya Komeng berjarak dengan rakyat, tidak mau membaur dengan masyarakat, dan terlibat skandal korupsi, masihkah ada yang mau mencoblosnya dalam pemilu?
Saya rasa tidak ada rakyat mau memilih Komeng ketika ia gagal menjalankan strategi kampanye sepanjang hayatnya itu. Untuk tidak terlibat dalam skema yang disebut Samuel Huntington sebagai pembusukan politik, tidaklah mudah. Dibutuhkan keberanian, ketabahan hati, dan iman politik yang kuat.
Komeng, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, telah berhasil bertahan menjaga idealisme di tengah kerasnya tudingan kecurangan pemilu tahun 2024. Secara pribadi, Komeng juga telah berhasil mempraktikkan sikap hidup dan filosofi orang Jawa dalam berbagai manuver politiknya. Ia berhasil mengejawantahkan filosofi: sugih tanpa bandha, menang tanpa ngasorake, dan ngluruk tanpa bala.
Untuk memenangkan suara dalam pemilu, tidak perlu kekayaan material, tidak perlu merendahkan lawan politik, apalagi dukungan dari orang-orang “kuat” di balik layar. Hal yang diperlukan hanyalah menjaga kebaikan hati, keautentikan hidup, dan pembuktian diri sepanjang hayat. Jika semua itu sudah dilakukan, ongkos-ongkos politik yang begitu besar sangat mungkin untuk dihilangkan.
Salut untuk segala macam manuver politik Bung Komeng. Saya akan selalu menunggu gebrakan-gebrakan dahsyat lain dari Komeng saat ia sudah dilantik di Senayan. Akhirnya, selamat meng-uhuy-kan parlemen Indonesia, Bung.
Editor: Prihandini N