Pemimpi pagi, pekerja malam

Meramadankan Diri Setiap Waktu

Muhammad Farhan Azizi

2 min read

“Apabila anda merasa bahwa ibadah terbaik adalah ketika Ramadan semata karena bulan suci, Anda telah menyembah puasa, Anda mengultuskan Ramadan. Jika Anda merasa khusuk hanya karena salat di Masjidil Haram, dan tidak bisa khusuk di tempat lain, Anda sangat bangkrut spiritual lantaran hanya menyembah masjid, Anda pailit spiritual dengan mempertuhankan tempat dan amal, bukan Allah. Apabila Anda asyik-masyuk sembahyang di Katedral dan Pura, dan lalu menganggap bahwa Tuhan hanya berada di sana, maka gugurlah iman Anda—Ibadah itu utusan pribadi Anda dengan sang Maha Pribadi. Salatlah di luar salat, puasalah di luar puasa, manusiakan diri Anda dengan cara memanusiakan orang lain.”

Dari pengantar buku berjudul Nabi Muhammad Bukan Orang Arab? karya Ach. Dhofir Zuhry di atas, ada pertanyaan penting yang perlu diajukan: mengapa sebagian orang berpandangan bahwa beribadah di bulan Ramadan harus lebih ekstra dibandingkan bulan yang lain? Pertanyaan ini kemudian akan mengundang pertanyaan lebih lanjut, apakah di bulan selain Ramadan orang tidak harus beribadah lebih ekstra?

Pembahasan tentang bulan Ramadan akan selalu beririsan dengan bulan-bulan lainnya. Ramadan akan selalu unik dan memberi pelajaran yang menggelitik.

Baca juga:

Kata “Ramadan”

Kata “Ramadan” pada dasarnya diambil dari kata “ramidla” yang berarti panas. Para ulama kemudian menjadikan makna panas pada kata “Ramadan” dengan arti membakar atau menghapus semua dosa-dosa orang yang berpuasa pada bulan tersebut.

Pendapat di atas diperkuat oleh penjelasan Imam Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Muhammad al-Baghdadi, atau lebih terkenal dengan panggilan Imam al-Mawardi, dalam salah satu kitabnya, alasan penamaan bulan “Ramadan” adalah karena bulan tersebut merupakan bulan pembakaran dosa.

Dalam riwayat Anas bin Malik, Rasulullah bersabda:

‎وَقَدْ رَوَى أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّمَا سُمِّيَ رَمَضَانُ لِأَنَّهُ يَرْمِضُ الذُّنُوبَ

Artinya: “Dan sungguh, Anas bin Malik telah meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw telah berkata: Sesungguhnya, dinamakan Ramadan karena karena membakar dosa.”

Maksud dari membakar dosa pada hadits di atas adalah, dengan beribadah puasa, semua dosa-dosa yang ada dalam diri umat Islam akan hilang. Puasa tersebut akan menghapus dan menghilangkan semua dosa-dosanya.

Pelajaran Ramadan

Ramadan bukan sekadar nama bulan, melainkan ruang dan waktu yang melekat dengan sebuah peristiwa agung ajaran Islam. Sekurang-kurangnya, ada lima peristiwa yang terjadi dan bisa diserap saripatinya.

Pertama, Perang Badar. Peristiwa ini setidaknya dapat membuat umat Islam merasakan bagaimana kondisi lahir batin umat Islam terdahulu saat melakukan peperangan pada bulan Ramadan. Mereka harus menahan lapar dan haus, dan tetap memikirkan strategi perang. Itu merupakan hal yang berat dan susah, belum lagi jumlah lawan lebih banyak.

Kedua, Penaklukkan Makkah. Peristiwa ini adalah efek dari ingkarnya kaum kafir Quraisy terhadap perjanjian Hudaibiyah yang disepakati bersama Rasulullah Saw. Peristiwa ini mengajarkan hasil dari sebuah kesabaran, di mana bagi sahabat Rasulullah, perjanjian ini sangat berat bagi kaum muslimin.

Ketiga, wafatnya insan-insan terkasih Rasulullah Saw, seperti istri tercinta (Khadijah al Kubro ra, Fatimah al Zahrah ra, dan Ruqayyah ra). Semua ini adalah ujian kesabaran, di mana setiap muslim harus ikhlas dalam menjalani ujian yang merupakan syarat utama kemuliaan yang harus dijalani seorang hamba.

Keempat, Nuzulul Quran. Peristiwa ini adalah peristiwa hebat yang juga terjadi pada bulan Ramadan. Setidaknya peristiwa ini menunjukkan bahwa tidak ada amal terbaik di bulan Ramadan kecuali mengkhatamkan Al-Quran, bahkan para alim ulama mazahib menghentikan sementara majelis ilmunya untuk mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadan.

Baca juga:

Kelima, Lailatul Qadar. Peristiwa ini adalah malam terbaik dari semua malam, sebab malam ini menjadi malam diturunkannya Al-Quran. Setidaknya perebutan malam ini menjadi cita-cita besar bagi setiap pelaku siyam. Malam ini memiliki keistimewaan dibanding dengan malam malam lainnya yang hanya terjadi pada Ramadan.

Ramadan Sepanjang Waktu

Didasari oleh beberapa peristiwa yang menjadi pelajaran di bulan Ramadan, pandangan tentang keharusan beribadah lebih ekstra di bulan Ramadan dibandingkan bulan-bulan yang lain adalah pandangan yang keliru. Sebab, pelajaran pertahanan fisik dan mental spiritual dari Perang Badar, pelajaran kesabaran dari Penaklukan Makkah dan wafatnya orang terkasih Rasulullah, serta keistimawan malam Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar, sejatinya tidak akan lagi pernah kita lewati.

Perang Badar, Penaklukan Makkah, Nuzulul Qur’an akan tetap menjadi kenangan, pelajaran, dan merupakan peristiwa yang terjadi ribuan tahun lalu. Meski demikian, semangat dan pelajaran dari peristiwa tersebut mesti dipertemukan dengan tujuan hidup kita sekarang. Artinya, kita yang hidup saat ini, tidak lagi harus menunggu bulan Ramadan untuk meningkatkan kesabaran atau menahan nafsu.

Sekarang, saatnya kita meramadankan diri setiap waktu, atau bahkan di setiap ruang bila perlu.

 

Editor: Prihandini N

Muhammad Farhan Azizi
Muhammad Farhan Azizi Pemimpi pagi, pekerja malam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email