Penulis Buku Beyond Reality: The Code of Our Universe

Mempertanyakan Ketimuran Indonesia

Alan Pasaribu

3 min read

Saya adalah orang Batak yang sering dianggap tidak sopan oleh suku-suku lain di Indonesia. Misalnya saya dianggap tidak sopan karena tidak menunduk ke orang yang lebih tua ketika saya lewat di depannya atau berbicara dengan nada tinggi kepada orang lain. Padahal saya tidak menunduk atau tidak berbicara halus bukan karena saya sombong, hanya saja kedua hal tersebut bukan adat yang saya dapatkan sejak kecil. Meskipun begitu, suku saya punya cara sendiri untuk menghormati orang lain.

Dari pengalaman itulah, saya mencoba untuk bertanya pada diri sendiri, apakah benar jika seluruh orang Indonesia menganut adat ketimuran yang identik dengan kesopanan tingkat tinggi? Atau ia hanya klaim tak berdasar? Saya juga bertanya-tanya, apakah adat ketimuran itu benar-benar ada? atau ia hanya fiktif belaka?

Tentunya dalam kajian ilmu sosial, adat Timur dan Barat adalah dikotomi yang sering terbawa pada masalah politik atau kepentingan ideologi, bukan karena fakta antropologi. Penyebabnya adalah sejarah kedua wilayah tersebut, Barat suka menginvasi Timur dan Timur menjadi wilayah yang diinvasi Barat. Para antropolog ataupun sosiolog pun cukup khawatir tentang dikotomi antara adat Timur dan Barat karena batas-batasnya tidak jelas dan sangat subjektif.

Baca juga:

Ada anggapan bahwa orang Timur menempelkan label pada diri mereka bahwa mereka tidak keras seperti orang Barat. Hal ini dilakukan oleh orang-orang Timur sebagai bentuk pertahanan diri geopolitik atas dunia Barat yang selalu mencoba untuk menguasai dunia, sehingga istilah adat Timur lebih sering dipakai orang-orang Timur dalam konteks perlawanan kepada dunia Barat, ketimbang untuk menjelaskan sebenar-benarnya bagaimana orang Timur berbudaya atau berlaku.

Namun, jika kita melihat fakta antropologi, kategori adat yang lebih tepat ialah dengan memberlakukan istilah “adat keras” dan “adat lembut”, di mana ada sekelompok orang yang sangat keras dalam bertingkah laku dan ada juga yang lemah lembut atau selaras dengan alam. Hanya saja pembagian adat keras dan adat lemah lembut ini tidak dapat dipisahkan oleh batas-batas wilayah antara Timur dan Barat semata, melainkan ia universal dan juga sangat random.

Misalnya saja orang Batak yang wilayah geografisnya berada di kawasan dunia bagian timur dan termasuk wilayah Indonesia. Mereka adalah suku yang cukup keras dan tegas. Kita akan menemukan paradoks jika mengeklaim bahwa Indonesia adalah negara yang menganut adat ketimuran dengan budaya sopan santunnya, sebab kita akan menemukan beberapa suku di Indonesia dengan ciri khas keras, seperti Batak dan juga suku-suku di daerah timur Indonesia.

Awal Kemunculan Wacana Adat Ketimuran

Lalu, darimana datangnya wacana bahwa orang-orang Indonesia menganut adat ketimuran?

Sebelum kita berbicara tentang Indonesia, kita perlu membicarakan wilayah-wilayah di dunia lewat persebaran kebudayaannya. Kalau dalam kajian antropologi, manusia itu lebih dahulu berbudaya ketimbang bernegara. Oleh karena itu, kita perlu belajar bagaimana negara Indonesia ini dibangun oleh banyak adat.

Sebelum Indonesia berdiri, orang-orang di dalamnya tidak mengenal konsep persatuan dengan kebudayaan yang berbeda. Misalnya orang-orang di Pulau Jawa yang hanya sadar akan kesatuan pulaunya atau budayanya. Saat itu orang Jawa tidak merasa satu nasib dengan orang-orang di luar pulaunya atau sukunya.

Selain Pulau Jawa, contoh lainnya adalah Pulau Papua. Etnis-etnis yang mendiami wilayah tersebut banyak diisi oleh orang-orang Melanesia, di mana mereka juga tidak memiliki kepentingan di luar kesukuannya. Mereka tidak merasa harus bersatu dengan Jawa, Sumatera, dan lainnya. Begitu juga dengan suku di pulau-pulau lainnya di Indonesia, mereka semua memiliki kepentingannya sendiri. Mereka tidak berpikir untuk bersatu. Mereka akhirnya bersatu karena memiliki satu masalah yang sama, yaitu dikoloni oleh Belanda. Itu adalah masalah baru bagi mereka dibandingkan kehidupan mereka yang telah berlangsung selama ribuan tahun. 

Dalam banyak kajian antropologi, suku-suku di Indonesia punya kekhasannya sendiri. Misalnya budaya unggah-ungguh yang dimiliki orang-orang Jawa atau budaya “segan” yang dimiliki oleh orang Sunda. Intinya, di Pulau Jawa sendiri budaya dan adat lebih sering mengedepankan integrasi daripada konflik, sebab Pulau Jawa sendiri dikenal sebagai pulau yang subur. Tanah yang subur tersebut berakibat pada terpenuhinya sumber daya alam. Sumber daya alam yang terpenuhi akan membuat masyarakat tentram dan jarang berkonflik. Oleh karena itu, orang Jawa atau Sunda sangat menghindari konflik.

Baca juga:

Dalam kasus yang lain, orang Batak dikenal keras dan garang bukan karena anggapan semata. Ada cerita historis di belakangnya. Wilayah Sumatera Utara sendiri terbilang cukup curam tanahnya, dan itu membuat masyarakat di sana menjadi keras dan apa adanya. Wilayah tempat tinggal memaksa orang-orang di sana untuk mempunyai ciri khas yang sedemikian rupa, seperti bersuara keras, tegas, dan cenderung kuat.

Selain itu, orang Batak sendiri sangat sulit mendapatkan sumber daya alam yang memadai, dan rumah-rumah mereka juga ada di perbukitan. Kita mengetahui bahwa orang-orang Batak punya budaya merantau keluar daerah yang kuat. Hal ini terjadi karena mereka terbiasa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari SDA.

Label Adat Ketimuran Akan Memecah Belah Bangsa

Setelah negara Indonesia hadir dan berbagai suku menghendaki persatuan, pertentangan dan perbedaan mulai hadir juga. Mata kita terlalu buta untuk melihat bahwa Indonesia itu tidak satu budaya, nilai, atau identitas saja. Beberapa suku terlalu menggeneralisasi bahwa Indonesia hanya diisi oleh orang-orang seperti mereka saja, dengan budaya dan orientasi kehidupan yang sama. Mereka tidak sadar jika itu membunuh kita perlahan-lahan.

Hal ini yang saya dan teman-teman saya alami ketika memiliki adat istiadat yang berbeda dari kebanyakan suku di Indonesia. Saya sering dianggap tidak sopan atau tidak beretika, dan itu adalah penghinaan yang luar biasa. Kita sebagai bangsa yang besar perlu sadar jika bangsa ini tidak ada dulunya, yang ada adalah adat istiadat di setiap suku. Ketika kita memutuskan untuk bersatu, kita harus mempunyai cara pandang yang luas. Bagaimana mungkin kita dapat menilai seseorang yang lain dengan standar kehidupan kita? itu adalah kesesatan berpikir.

Dalam antropologi, adat keras atau adat lembut tidak ditentukan oleh Timur atau Barat, dia berlaku secara acak atau universal. Pembagian dua adat itu bertujuan untuk menjelaskan bagaimana adat atau budaya suatu masyarakat ditentukan oleh melimpah atau terbatasnya faktor geografis. Orang Barat ada juga yang lemah lembut karena menerapkan filosofi selaras dengan alam. Begitu juga orang-orang bagian dunia Timur, seperti suku Batak, mereka cukup keras dan apa adanya sehingga mirip dengan orang-orang Barat.

Sebagai bangsa yang majemuk, seharusnya kita dapat melepaskan diri dari istilah adat ketimuran dan perlu melihat lebih jernih lagi bahwa setiap wilayah di Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Kita bersatu bukan karena kita ingin membuat semuanya menjadi satu, tapi karena kita ingin menghormati perbedaan-perbedaan itu sehingga kita bersatu.

 

Editor: Prihandini N

Alan Pasaribu
Alan Pasaribu Penulis Buku Beyond Reality: The Code of Our Universe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email