Di Gramedia Solo, orang-orang diajak mengelilingi rak demi rak berisi buku-buku. Buku ditampilkan dengan banyak pendasaran. Di dekat kasir, ada bagian rak yang menampilkan buku-buku yang sedang laris pada beberapa hari belakangan. Tak jauh dari sana, buku ditampilkan dengan dasar sedang diskon dan beberapa buku yang baru diterbitkan dari sekian nama penerbit.
Di sudut-sudut lain, ada rak buku-buku berkategori sastra, sains, hukum, pertanian, pendidikan, hingga agama. Di Gramedia Solo ternyata ada rak khusus untuk menampilkan buku-buku bacaan anak. Ada banyak pilihan buku di bagian bacaan anak, tapi sebelum memutuskan untuk membeli koleksi di situ memang harus siap dengan uang yang tak sedikit.
Baca juga:
Bacaan bermuatan sains untuk anak yang digarap Gramedia akhir-akhir ini adalah terjemahan buku-buku bernuansa ensiklopedi. Saya beli satu buku berjudul Ensiklopedi Saintis Junior: Sains garapan Giles Sparrow. Buku dengan tebal 128 halaman itu dibanderol seharga Rp152.000,00. Buku ini diterjemahkan oleh Mustika dan diterbitkan oleh Kiddo, bagian dari keluarga penerbitan Gramedia, pada November 2020.
Merelakan uang sebesar itu tak masalah bagi saya. Toh, kalau buku benar dibaca, manfaatnya akan panjang dan lama. Buku itu dicetak dengan kertas konstruk dan penuh gambar berwarna. Ketika masuk Indonesia dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia, buku-buku luar kerap hadir dengan tampilan yang terkesan mewah. Seolah dengan begitu pembaca tak perlu memikirkan urusan bisnis, negara, dan motif lainnya.
Kita beranjak ke isi buku. Di bagian pendahuluan, Sparrow menulis, “Sains sangatlah luar biasa! Sains mengajarkan kita tentang alam semesta dan mengubah kehidupan kita sehari-hari. Pada intinya, sains adalah cara mengumpulkan fakta, mengembangkan ide untuk menjelaskan fakta-fakta tersebut, dan membuat prediksi yang dapat diuji.” Kalimat tak biasa dalam menjelaskan istilah, apalagi buku itu ditujukan untuk kalangan anak-anak.
Saya tergerak untuk menelusur buku-buku sejenis di masa lalu—masa lalu milik ensiklopedia. Pada tahun 2011, Penerbit Lintas Kata menerjemahkan The Science Book (2008) yang pernah diterbitkan oleh National Geographic Society. Di Indonesia, buku itu terbit dalam beberapa jilid dengan judul Buku Pintar Sains: Segala Hal Yang Perlu Kita Ketahui Tentang Cara Kerja Seluruh Isi Dunia.
Di situ, pembaca bisa menemukan pengantar dari Marshall Brain. “Oleh karenanya, saya punya definisi sendiri dalam benak saya soal sains: Sains adalah hal paling keren yang dikerjakan manusia! Sains adalah tentang manusia yang mencoba mengetahui bagaimana segala hal dalam jagat raya ini bekerja.” Pernyataan Brain menimbulkan gairah untuk meniti setapak demi setapak perkembangan ilmu dan pengetahuan.
Kita kembali ke gagasan Sparrow. Ia membagi bukunya dalam beberapa bab: Zat dan Material, Cerita Kehidupan, Tubuh Manusia, Gaya dan Energi, Dunia Teknologi, serta Bumi dan Antariksa. Itu semua tak lain adalah akumulasi dari beberapa cabang ilmu seperti fisika, kimia, biologi, hingga astronomi. Sparrow menyusunnya sedemikian rupa untuk mengisahkan bagian demi bagian proses perkembangan ilmu.
Fisika, misalkan, perkembangannya telah sampai pada fisika kuantum. Mengutip keterangan Sparrow, “Kunci fisika kuantum adalah gagasan aneh yang disebut dualitas gelombang-partikel. Partikel yang sangat kecil terkadang berperilaku seperti gelombang, dan kita tidak dapat mengukur semua sifatnya secara akurat pada satu waktu.”
Ia kemudian menjelaskan landasan asal mula kehidupan yang merujuk pada evolusi. “Semua makhluk hidup merupakan keturunan dari satu nenek moyang—organisme sederhana yang hidup sekitar empat miliar tahun lalu. Keturunan organisme ini menemukan cara yang berbeda-beda untuk bertahan hidup. Mereka pun berkembang dan menghasilkan jutaan spesies di Bumi saat ini, dan banyak lagi spesies lain yang tak terhitung jumlahnya.”
Buku itu memberikan petuah penting dalam penyajian keilmuan bagi anak-anak. Selain pengisahan yang mudah dipahami, pembaca diajak untuk mengaitkan sains dengan kejadian yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu kemudian disambung dengan sederet profil ilmuwan sebagai pemantik imajinasi tentang perkembangan ilmu dan pengetahuan.
Tulisan lain oleh Joko Priyono:
Di Eropa dan Amerika, sains adalah bahasa sehari-hari masyarakatnya yang sudah lumrah dengan istilah keilmuan. Di Indonesia, sains masih susah sekadar menjadi bahasa jurnalistik.
Dulu, di tahun 2015, Doni Sawadarma menulis Sainspirasi: Inspirasi Kehidupan Berdasarkan Fenomena Sains yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Di bagian pengantar buku itu, jurnalis Pepih Nugraha menulis, “Sering kita abai mengamati kejadian sehari-hari…,” yang menegaskan bahwa sains belumlah menjadi fokus banyak orang. Tak heran, pengisahan sains yang memukau seringnya hadir dalam buku-buku terjemahan. Kita hanya bisa berharap semoga sains menjadi pikiran dan imajinasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Editor: Emma Amelia