Seni Menggali Harta Karun dalam Karya Sastra

Wahid Kurniawan

3 min read

Apa yang bisa kita lakukan manakala ingin mengapresiasi karya sastra? Menulis resensi mungkin bisa menjadi salah satu jawabannya. Kini, resensi bisa kita dapati di pelbagai media, dari media sosial sampai media massa. Resensi mungkin dipandang sebelah mata oleh mereka yang mengira kalau isinya hanya timbangan buku semata. Padahal, dalam proses penimbangan buku itu, diperlukan kebetahan diri dalam proses bertungkus-lumus membaca, menyelaminya, menemukan hal yang esensial, kemudian membagikannya dalam bentuk tulisan. Kalau kita ingin melihat contoh dari proses itu, maka tulisan Akhmad Idris dalam buku Permainan Metafora dalam Karya Sastra (2022) bisa menunjukkan itu.

Sebetulnya, buku itu bukan buku pertama yang menghimpun tulisan-tulisan apresiasi atas karya sastra. Ada satu yang paling fenomenal, yaitu Inilah Resensi (Tangkas Menilik dan Mengupas Buku) (2020) karya Muhidin M. Dahlan. Bedanya, buku yang pertama lebih menitikberatkan penjabaran mengenai apa itu resensi, bagaimana beberapa tokoh penting berkiprah di dunia tilikan buku, konflik-konflik di sekitar dunia perbukuan, tips-tips membuat ulasan yang baik, sampai contoh resensi dari berbagai penulis dalam tahun yang beragam. Di sisi lain, buku Akhmad berdiri sebagai kumpulan ulasan, kadang berbentuk esai-sastra, dengan satu fokus utama, yaitu mengetengahkan permainan metafora dalam berbagai karya sastra.

Baca juga:

Setiap penulis memiliki kecenderungan atas kekhasan bahasa yang mereka gunakan dalam karyanya. Kalau kita teringat penulis Jose Saramago, maka hal yang terlintas dalam kepala adalah kalimat-kalimat beranak-pinak yang saling sambung-menyambung, membuatnya terdengar seperti narasi melantur. Soal ini, penulisnya sendiri mengamini kalau gaya itu ia contoh dari kebiasaan orang-orang di masa kecilnya yang kerap menuturkan cerita lisan dengan gaya yang tentu berbeda dengan mereka yang menuliskannya. Hal lainnya, jangan lupakan pula soal ketiadaan tanda petik dalam setiap karya Saramago, atau awalan kapital setelah frasa atau kalimat yang diakhiri tanda koma. Semua itu melabrak tatanan atau aturan bahasa konvensional yang kita tahu, tetapi penulis memiliki hak untuk melakukannya dan hal itu menjadi ciri khas yang ia miliki.

Lalu, bagaimana dengan ihwal kekhasan bahasa figuratif yang dimiliki beberapa penulis? Misalnya, Knut Hamsun atau Gabriel Garcia Marquez? Akhmad bisa mengobati rasa penasaran pembaca karena ia menunjukkan kekhasan lain terkait penggunaan bahasa yang dipakai para penulis dunia. Ia meyakini, kalau kekhasan bahasa itu bukan saja datang dari format atau formula bentuk yang menyusun kalimat dan paragraf yang ditulis penulisnya, melainkan juga datang dari pemakaian frasa atau kalimat tertentu hingga membuatnya tampil indah dan menawan. Dalam satu dan beberapa bentuk, kita mengenalinya sebagai metafora. Lebih khusus lagi, Akhmad mengenalkan satu teori yang membahas secara spesifik akan hal ini, yaitu metafora konseptual milik George Lakoff & Mark Johnson.

Bagaimana ia mengaplikasikan teori ini? Dalam salah satu tulisan yang membahas novel Lapar karya penulis Norwegia, Knut Hamsun, ia menyasar soal metafora konseptual yang ada dalam sapaan yang dipakai karakter utama novel tersebut. Tapi, lebih dulu, ia menjelaskan mengenai konsep dasar dari metafora konseptual. Ada dua hal berbeda yang merujuk kalimat atau kata yang sama. Pertama, ranah sumber (source domain), menunjukkan kata dari makna denotasinya; dan kedua, ranah tujuan (target domain), menunjukkan kata dari makna konotasinya.

Maka, ketika karakter novel menyapa seorang redaktur surat kabar dengan nama “Komandan”, lazimnya, kita tahu bahwa sapaan Komandan hanya ditujukan kepada orang yang pangkatnya lebih tinggi dalam sebuah institusi militer. Namun, Akhmad menunjukkan kalau panggilan itu tak ditunjukkan berdasarkan pengertian semacam itu. Sapaan itu dipakai karakter utama untuk memanggil redaktur surat kabar ketika ia datang ke kantor redaktur tersebut. Dari situ, maka jelas kalau kata komandan berperan sebagai ranah sumber (source domain), sementara kata redaktur surat kabar adalah ranah tujuan (target domain). Bila ditelusuri, penggunaan metafora ini, bisa didasarkan pada keakraban karakter dengan sosok sang redaktur sehingga ia memanggil dengan nama yang berbeda. Tapi, lagi, ada sesuatu yang disembunyikan dari penggunaan nama itu.

Pertama, jelas bahwa kedudukan karakter utama ada di bawah redaktur, sehingga panggilan itu beralasan. Kedua, ada maksud lain yang hendak dicapai oleh karakter utama. Konteks karakter utama memanggil redaktur itu adalah saat ia ingin meminjam uang honor yang kelak ia bayar dengan tulisan. Oleh sebab itu, penggunaan kata “Komandan”, yang kemungkinan bisa membuat karakter redaktur merasa dirinya dihormati, dapat memudahkan maksud karakter utama. Kelindan arti ini tentu tidak akan ada tanpa kreativitas penulisnya, Knut Hamsun. Ia yang menentukan penggunaan bahasa tertentu dalam setiap isi karyanya. Penggunaan bahasa itu memiliki satu konsekuensi, sesuatu yang disembunyikan. Di sinilah Akhmad Idris memainkan perannya sebagai seorang penelisik.

Baca ulasan sastra hanya di Omong-Omong:

Ia mengungkapkan bahwa dalam karya sastra, lewat bahasa yang digunakan, sebuah kata atau frasa menyimpan keindahan dan makna tertentu. Untuk melihat itu, perlu melewati proses yang panjang, mulai dari membaca secara komprehensif, mengindikasikan tanda-tanda, dan menuliskannya dalam bentuk resensi atau ulasan. Apa yang dilakukannya menunjukkan bahwa keberadaan ulasan tak bisa dianggap sebelah mata atau malah setingkat lebih rendah dari ragam tulisan lainnya. Ia tetap memiliki kebermanfaatan. Sebab, keberadaannya menjadi pemanjang tangan temuan atas mereka yang menabahkan diri untuk sibuk mengapresiasi karya sastra. Upaya mereka, sama seperti yang dilakukan Akhmad Idris, menyiratkan bahwa apa yang telah kita baca tak semestinya berhenti pada diri kita. Masalahnya, maukah kita membagikannya?

 

Editor: Emma Amelia

Wahid Kurniawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email