Diskusi Apa Pentingnya Kritik Seni? menghadirkan lima pegiat kesenian dan kontributor Omong-Omong untuk bertukar perspektif tentang peran kritik dalam dunia seni selama dua jam. Mereka adalah Amos Ursia (kritikus seni), Rahayu SJ (kritikus seni), Boby Jeri (kritikus seni), Lestari (pelaku seni pertunjukan), dan Fadriah Sjuaib (pelukis).
Bincang-bincang dalam diskusi kali ini sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kerap menjadi momok bagi banyak orang ketika membuat kritik seni. Misalnya, soal bolehkah orang awam ikut urun pendapat dan bagaimana kiat menghasilkan kritik yang asyik.
Bagi para seniman, kritik seni adalah perpanjangan tangan untuk memberi pemahaman yang lebih utuh tentang karya mereka kepada publik. Kritik seni yang baik akan bisa mengungkap aspek kritis suatu karya, alih-alih sekadar mengomentari aspek teknis karya tersebut. Aspek kritis dalam karya inilah yang coba didedah oleh Boby Jeri lewat Peristiwa Seni Aldo Ahmad: Momen Kehancuran Fantasi Musikal dan Amos Ursia lewat Merayakan 10 Tahun Biennale Jogja, Merayakan Khatulistiwa.
Selain itu, seniman jadi dapat mengetahui bagaimana respons publik terhadap karyanya berkat kritik seni. Ini penting untuk menghimpun saran dan masukan bagi karya-karya sang seniman ke depannya.
Sementara itu, bagi kritikus, membuat kritik seni secara tertulis menjadi proses untuk mencari siapa sebenarnya diri kita ketika menulis. Penulisan kritik membantu seniman dan penikmat karya merefleksikan dan memperbaiki kekurangan dalam karya bersama-sama. Fadriah Sjuaib pernah merangkum salah kaprah penggunaan rujukan dalam pembuatan lukisan potret resmi tokoh sejarah di Mencari Wajah Sultan Baabullah.
Lebih jauh, kritik seni merupakan salah satu praktik pengarsipan yang penting untuk merekam sejarah dan kebudayaan. Memasyarakatnya internet memungkinan ahli maupun awam untuk membagikan ulasan seni mereka di media daring seperti Omong-Omong sehingga dapat dijangkau dan dibaca oleh lebih banyak orang.
Di Indonesia, kritik seni masih menjadi barang langka, apalagi diskusi tentang kritik seni. Belum lagi, kegiatan kritik kerap disalahartikan menjadi sekadar mencaci, mencari kesalahan, dan memberi penilaian berupa angka tanpa penjelasan lebih lanjut. Debat-debat kesenian berlangsung garing, kalau bukan tidak ada sama sekali. Karya seni terdistribusi dengan interpretasi tunggal. Rekam sejarah perkembangan kesenian-kesenian di Indonesia pun sulit dirunut. Problem-problem ini saling mengadakan ibarat teka-teki pelik soal lebih dulu telur atau ayam.
Kondisi di Indonesia berbanding terbalik dengan banyak masyarakat di luar negeri yang sudah punya budaya kritik dan pengarsipan kesenian yang lebih baik. Salah satunya adalah Jamaika yang punya cerita runut perkembangan seni musik mereka mulai dari SKA hingga RnB.
Membatasi produksi kritik seni menjadi eksklusif bagi para ahli saja adalah langkah yang keliru, terlebih di masyarakat yang budaya kritiknya masih minim. Baik kritik seni oleh ahli dan akademisi maupun kritik seni amatir sama-sama penting. Keduanya mesti hadir berdampingan.
Namun, kritik seni amatir ternyata lebih banyak dibaca publik kalau dibandingkan dengan kritik akademik. Untuk itu, akan baik bila akademisi juga menulis kritik populer di samping publikasi akademik. Bagaimanapun, peran kritikus profesional ini sangat penting untuk memberikan pandangan obyektif yang berdasarkan tradisi keilmuan terhadap suatu karya.
Selain refleksi kritis, kritik seni yang asyik idealnya memuat pula refleksi personal sang kritikus ketika menikmati suatu karya. Dari situ akan terlihat bagaimana suatu karya dapat terhubung dengan emosi, pikiran, dan pengalaman pengamatnya. Contoh apik bagaimana kritikus merefleksikan pengalaman personalnya ketika berhadapan dengan karya seni dapat ditemukan dalam catatan Lestari di Menafsir Pitarah, Instalasi Seni Karya Monica Hapsari dan Rahayu SJ di Galeri Raos: Laboratorium Seni Rupa Kota Batu.
Singkat kata, kritik seni membuat kesenian sebagai cara alternatif menyampaikan pesan dan membangun gagasan dapat bergaung makin kencang. Kritik seni terbukti penting, tidak hanya bagi komunitas seni, tetapi juga bagi masyarakat umum.
Simak diskusi lengkapnya di kanal YouTube Omong-Omong Media.