Orang biasa

Menerka Ahmad Dhani: Musisi, Politisi, hingga Filsuf

Naufalul Ihya

3 min read

Di podcast Close The Door, Deddy Corbuzier menanyai Ahmad Dhani soal ingin dikenang sebagai apa saat meninggal nanti; musisi atau politisi? Dengan yakin, Dhani menjawab dirinya ingin dikenang sebagai filsuf.

Filsuf yang Dhani maksud sedikit berbeda dengan ahli filsafat. Ahli filsafat cenderung mengerti sebagian besar pemikiran para filsuf di dunia, tapi dirinya tak memiliki hasil perenungan filsafatnya sendiri. Sementara itu, filsuf adalah aktor yang berfilsafat dan membuahkan pikiran besar dan karya dengan caranya untuk kehidupan manusia dan semesta. Namun, kebanyakan ahli filsafat jalannya lebih dekat untuk menjadi filsuf. 

Baca juga:

Sejalan dengan kemauannya, Dhani punya potensi besar dikenang sebagai filsuf. Ya, asalkan dia mengganti ambisinya yang semula ingin jadi politisi.

Dhani dan Rocky

Di forum diskusi politik televisi, Dhani terlihat begitu akrab dengan Rocky Gerung. Rocky pun mengakui bahwa dirinya berteman baik dengan Dhani. Beberapa video yang menunjukkan potongan diskusi Rocky dan kawan-kawan di rumah Dhani membuktikan keakraban itu. Selain Rocky, Dhani juga dikelilingi filsuf-filsuf besar tanah air seperti Sujiwo Tejo dan Cak Nun.

Keinginan Dhani menjadi filsuf pun muncul atas tantangan temannya yang berdecak kagum pada cara Rocky berargumen di Indonesia Lawyers Club (ILC). Hal ini diungkap Dhani di podcast Close The Door.

“Waktu Rocky Gerung berargumen di ILC, anaknya Karni Ilyas di sebelah bisik-bisik ke gue, ‘Mas Dhani mungkin memang jago bikin lirik, tapi kalau urusan beginian (argumen dengan dalil-dalil logika filsafat yang mengagumkan), Rocky Gerung jauh di atas, Mas.’ Terus gue bilang, Bro, Rocky Gerung usianya 13 tahun di atas gue. Dalam waktu 5 tahun, gue susul kualitas dia yang sekarang.”

Mendengar itu, saya mengernyitkan dahi dan geleng-geleng kepala. Pede bener, nih, orang. Akan tetapi, setelah dipikir lebih jauh, potensi itu memang ada.

Musik dan Filsafat

Sependek saya mendalami filsafat, rasa-rasanya tidak sedikit filsuf yang menjadikan musik sebagai jalan filsafatnya. Schopenhauer, misalnya, menganggap dunia ini penuh penderitaan dan kekejaman. Untuk mengimbangi dan mengatasi penderitaan itu, manusia perlu menempuh jalan pelepasan. Salah satu jalan pelepasan yang dipilih oleh Schopenhauer adalah jalan estetis, yaitu musik.

Kemudian, Nietzsche secara populer menegaskan bahwa hidup tanpa musik adalah sebuah kesalahan. Bahkan, dia menulis buku pemikiran filosofisnya tentang musik, The Birth of Tragedy: Out of the Spirit of Music. Selain itu, periode pertama pemikiran Nietzsche banyak dipengaruhi oleh musisi intelek yang sekaligus sahabatnya, Richard Wagner. Persahabatan dengan Wagner membawa Nietzsche menemukan bongkahan estetis dari musik yang begitu agung dan mendamaikan.

Poinnya adalah, dengan kapasitas bermusik Dhani yang begitu apik dan legendaris, menjadi filsuf bukanlah hal yang mustahil asalkan dia mau belajar dari karya-karya filsuf lain. Tapi, kalau jadi politisi besar, saya agak pesimis dan malah miris.

Musik yang Filosofis

Pelabelan filosofis pada musiknya Dhani bukanlah omong kosong. Kalau kita bedah lagu-lagu gubahan Dhani, jelas rujukan filosofisnya tak main-main. Misalnya, lagu Dewa 19 berjudul Satu yang merujuk pada filosofi Syekh Siti Jenar tentang manunggaling kawula-Gusti atau menyatu dengan Tuhan. Kemudian, lagu Cukup Siti Nurbaya yang kaya akan pesan moral dan kritik sosial. Lagu Risalah Hati terinspirasi filsafat Jawa, yaitu witing tresna jalaran saka kulino alias cinta hadir karena terbiasa.

Itu baru dari liriknya. Kita bahkan belum membahas aransemen dan kesuksesannya menahkodai Dewa 19, juga referensi Dhani dalam mencipta musik berkelas untuk pertunjukan orkestra mewah. 

Nietzsche membagi puncak kebudayaan Yunani kuno dalam dua kategori mental besar, yaitu Dionysian dan Apollonian. Dionysian berasal dari nama Dewa Anggur yang memabukkan, melambangkan seni dan estetika. Sementara itu, Apollonian adalah Dewa Matahari yang menggambarkan sains, teknologi, dan intelektualitas. Musik Dhani mencakup keduanya. lagu-lagu Dewa 19 terdengar begitu intelek dan memabukkan. Kemudian, saat Dhani di band T.R.I.A.D, dia sukses memabukkan diri dan pendengarnya lewat alunan musik yang syahdu. Coba, deh, dengarkan suara Dhani saat menyanyi lagu Neng Neng Nong Neng (Ku Ingin Terus Lama Pacaran Disini). Mabuk estetik, asli!

Maka dari itu, kalau Abraham di Kristen adalah cerminan jalan religius di filsafatnya Kierkegaard, maka Dhani adalah cerminan mentalitas kebudayaan era terkini dalam konteks musisi Indonesia di filsafatnya Nietzsche.

Politik untuk Main-Main Saja

Dhani mulai serius berpolitik selepas keluar dari penjara. Dhani mengungkapkan bahwa kini dia bekerja penuh waktu sebagai politisi, sedangkan bermusik hanya untuk mengisi waktu luang saja. Pernyataan Dhani ini sedikit bikin saya kecewa.

Namun, semisal Dhani hanya sementara terjun ke politik untuk memuaskan rasa penasarannya, saya pikir tidak terlalu masalah. Jika tujuan besarnya adalah menjadi filsuf, maka terjun ke politik barang sebentar akan memperkaya referensi perenungan filsafatnya. Toh, tidak sedikit filsuf yang terjun ke politik untuk menyelami kekuasaan, lalu keluar untuk merenungkannya menjadi karya filsafat yang lebih komprehensif.

Semoga saja Dhani tidak mudah terlena dengan kekuasaan ketika bermain-main dengan politik. Semoga saja dia akan teguh mengarungi jalannya menjadi filsuf besar dengan kapasitas bermusiknya sebagai pijakan.

Baca juga:

Kalau Nietzsche berfilsafat dengan aforisme-aforismenya, maka Dhani berfilsafat dengan musiknya. Namun, saya punya harapan besar agar Dhani mulai merancang proyek filsafatnya di ranah tekstual, misalnya menulis buku. Mungkin Dhani bisa mulai merancang buku filsafat pertamanya menggunakan musik, alih-alih politik, sebagai pijakan filosofisnya. Saya yakin pasti banyak yang membaca buku itu.

Semua ini hanya ungkapan kekaguman saya kepada Dhani. Saya tidak bermaksud mengatur-ngatur hidupnya, tapi jika bisa sesuai harapan saya, ya, syukur. Hihihi.

 

Editor: Emma Amelia

Naufalul Ihya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email