Kita sering sekali mendengar kata “ideologi” dan langsung membayangkan sesuatu yang kaku, jauh dari realitas sehari-hari. Tapi, tunggu dulu! Ideologi punya peran penting, terutama bagi mahasiswa. Bayangkan sebuah gerakan mahasiswa tanpa ideologi, seperti kapal tanpa kompas, gampang tersesat dan kehilangan arah. Ideologi adalah fondasi, panduan, dan alasan di balik setiap gerakan yang ada.
Landasan
Gerakan mahasiswa punya tujuan dan nilai-nilai yang berbeda dari gerakan sosial lainnya. Nah, ideologi lah yang jadi landasannya. Dengan ideologi yang jelas, gerakan mahasiswa bukan sekadar kumpulan orang yang demo sana-sini. Ia punya tujuan jangka panjang, punya nilai-nilai yang ingin diperjuangkan. Bayangkan, bagaimana mungkin gerakan mahasiswa bisa solid kalau tidak punya prinsip dasar yang sama?
Sejarah membuktikan, banyak gerakan mahasiswa di Indonesia yang lahir dari kesadaran ideologis. Dari gerakan ’66 hingga ’98, ideologi jadi kekuatan yang menyatukan mahasiswa dalam melawan ketidakadilan. Seperti kata Paulo Freire, “Tanpa ideologi, manusia hanya menjadi alat yang digerakkan oleh orang lain.” Tanpa pemahaman ideologis, mahasiswa hanya jadi pion, bukan pelaku perubahan yang mandiri.
Tapi, pada zaman sekarang, banyak yang menganggap ideologi terlalu berat, bahkan kuno. Padahal, menurutku, tanpa ideologi yang kuat, gerakan mahasiswa gampang terombang-ambing oleh tren atau isu sesaat yang tidak punya dampak jangka panjang. Ideologi adalah kerangka yang memandu kita untuk melihat lebih jauh, lebih mendalam, bukan sekadar ikut-ikutan “viral” di media sosial.
Aktualisasi
Punya ideologi saja tidak cukup. Pertanyaannya adalah, bagaimana ideologi ini diterapkan dalam kehidupan nyata? Nah, inilah yang disebut aktualisasi. Aktualisasi ideologi adalah langkah penting bagi mahasiswa untuk menjadikan nilai-nilai ideologis bukan hanya wacana, tapi juga praktik. Ideologi bisa diterjemahkan dalam bentuk program, aksi, atau diskusi yang punya dampak langsung.
Baca juga:
Saat ini, mahasiswa sering dihadapkan pada pilihan sulit antara idealisme dan pragmatisme. Dunia nyata memang menuntut kita untuk “berkompromi” atau “mengikuti arus.” Tapi, menurutku, aktualisasi ideologi bukan berarti menolak kenyataan. Sebaliknya, ini tentang bagaimana kita menginterpretasikan nilai-nilai dasar dalam ideologi untuk tetap relevan dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi.
Misalnya, dalam isu lingkungan atau kesetaraan, aktualisasi ideologi memungkinkan kita untuk mengambil posisi yang konsisten dengan nilai-nilai keadilan sosial. Ini bukan sekadar aksi satu kali, tapi komitmen yang harus dibawa terus-menerus. Tindakan-tindakan ini membuktikan bahwa gerakan mahasiswa yang berlandaskan ideologi bukan hanya retorika, tapi benar-benar punya dampak di masyarakat.
Kontrol Sosial
Gerakan mahasiswa bukan hanya tentang landasan dan aktualisasi. Ada dimensi penting lain, yaitu peran mahasiswa dalam kontrol sosial. Mahasiswa dengan landasan ideologis yang kuat punya posisi unik sebagai pengawal moral dan kontrol sosial dalam masyarakat. Mereka bisa menjadi suara kritis, terutama dalam menghadapi kebijakan yang merugikan rakyat. Ideologi berfungsi sebagai kompas, memastikan bahwa kritik dan kontrol yang dilakukan mahasiswa tetap pada jalurnya.
Contohnya, ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dianggap kurang adil, mahasiswa yang terdidik secara ideologis bisa memberikan kritik yang tajam, tapi juga konstruktif. Mereka tidak hanya menyuarakan ketidakpuasan, tapi juga menawarkan solusi atau perspektif alternatif yang lebih adil. Dengan demikian, kontrol sosial yang dilakukan oleh mahasiswa menjadi lebih bermakna dan bukan hanya sekadar aksi protes.
Namun, menjalankan fungsi ini tidak mudah. Di tengah tekanan sosial dan politik, mahasiswa yang aktif melakukan kontrol sosial sering kali dihadapkan dengan intimidasi atau bahkan stigma dari pihak tertentu. Tantangan ini membuktikan pentingnya peran ideologi. Dengan pemahaman ideologi yang kuat, mahasiswa akan lebih siap dan percaya diri dalam menghadapi tantangan tersebut. Ideologi memberikan landasan mental yang kokoh agar mereka tidak goyah dan tetap berani menyuarakan kebenaran.
Mungkin ada yang bertanya, apakah ideologi masih relevan di era modern yang serba cepat? Di era teknologi, ada kecenderungan untuk menganggap ideologi sebagai sesuatu yang usang. Tapi, menurut saya, justru ideologi adalah yang menjaga agar gerakan mahasiswa tetap memiliki nilai dan arah. Tanpa ideologi, gerakan mahasiswa bisa kehilangan tujuan utamanya dan menjadi hanya sebatas aksi-aksi tanpa makna yang dalam.
Baca juga:
Ideologi bukan berarti kita menutup diri dari perubahan atau berpegang teguh pada sesuatu yang kaku. Sebaliknya, ideologi adalah dasar untuk kita terus berkembang sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip moral dan etika yang kita yakini. Seperti kata Antonio Gramsci, “Inti dari ideologi adalah kesadaran kritis yang memungkinkan kita untuk membaca realitas secara mendalam.” Melalui ideologi, kita bisa lebih memahami apa yang terjadi di sekitar kita dengan lebih bijak.
Kesimpulannya, menurut saya, ideologi adalah landasan penting bagi mahasiswa untuk memahami dunia, mengaktualisasikan nilai-nilai dalam aksi nyata, dan menjalankan fungsi kontrol sosial dengan penuh tanggung jawab. Tanpa ideologi, gerakan mahasiswa akan kehilangan arah dan tujuan. Jadi, mungkin ideologi bukan sesuatu yang kaku atau kuno; ia adalah panduan yang bisa kita bawa ke mana pun, bahkan dalam era modern yang penuh tantangan ini.
Editor: Prihandini N