Penulis, editor, dan konsultan penulisan kreatif PT Bernard Writing Consultancy. Tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. +6285752170581

Membaca Usaha Mengurangi Berat Badan

Bernard Batubara

2 min read

Pengingat: spoiler

Protagonis perempuan tak bernama dalam karya kedua Amalia Yunus, novela “Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan” (Penerbit baNANA, 2023) berjuang menurunkan berat badannya yang telah memasuki kategori obesitas kelas III atau morbid obesity melalui sebuah program reality show.

Ini novel kedua Amalia Yunus yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Saat ini, ia tinggal di Slovakia. Novel pertamanya berjudul “Tutur Dedes” mengisahkan sejarah alternatif legenda Ken Dedes.

Novela ini mengisahkan gadis 20 tahun yang berkejaran dengan waktu untuk mengurangi berat badannya dari 170 kg ke batas wajar, agar ia dapat hidup lebih lama dari dua tahun, vonis dokter yang diterimanya.

Tidak hanya itu, mengiringi usaha protagonis menurunkan berat badannya, ada pacar yang merupakan seorang gaslighter (pelaku kekerasan mental yang membuat seseorang meragukan kepercayaan dan pandangannya terhadap realita) dan kejadian perundungan digital (cyberbullying).

Baca juga:

Protagonis, yang disebut dengan “kamu” oleh narator yang menyebut dirinya “saya”, mengalami sesuatu yang mengejutkan. Ia divonis dokter mengidap morbid obesity. Dokter memberinya pilihan, operasi hiperbarik seharga 60 juta rupiah atau kehilangan nyawanya dalam waktu dua tahun jikalau tidak ada perubahan yang berarti dari pola hidupnya.

Protagonis mengambil langkah lain, yakni mengikuti sebuah reality show untuk mengurangi berat badan. Keputusan ini diprotes pacarnya karena menurut pacarnya lebih baik mengambil jalan yang praktis yaitu operasi hiperbarik. Protes ini bukan tanpa alasan. Pacar protagonis yakin bahwa “ada udang di balik batu” dari program reality show tersebut.

Perilaku Gaslighting

“Tidak ada yang mau menontonmu sekadar angkat beban atau makan makanan sehat!”

“Buat apa kamu ikut (acara reality show)? Kamu, kan, punya uang? Enam puluh jutamu itu lebih dari cukup untuk membayar semua konsultasi, terapi, pendampingan pribadi, sama persis dengan yang ditawarkan rumah produksi itu. Kamu tidak perlu menjadikan dirimu tontonan.”

Dialog-dialog langsung dari antagonis (pacar protagonis) ke protagonis sangat jelas merupakan sebuah aksi gaslighting, sebuah fenomena sosial yang marak terjadi semasa Covid-19 hingga dibakukan Merriam-Webster menjadi “Word of the Year 2022”.

Morbid obesity ini diperoleh protagonis dari penyakit lain yaitu polycystic ovary syndrome (PCOS), sebuah penyakit yang telah tiga abad menghantui perempuan. Dibanding PCOS, morbid obesity relatif baru, ia muncul tahun 1963. Protagonis berusia 13 tahun saat divonis memiliki polycystic ovary syndrome (PCOS).

Morbid obesity menjadi kata kunci yang memandu kita memahami perilaku protagonis, antagonis, dan tokoh-tokoh pendukung di novel ini. Semua itu tergambar dari relasi antartokoh melalui interaksi yang ditunjukkan dengan bahasa verbal dan nonverbal.

Sastra Kafkaesque

Eksistensi sosial protagonis yang teralienasi membuat novela ini dapat dikategorikan bergaya atau beraliran sastra Kafkaesque, sebuah istilah yang telah jamak digunakan oleh para pencinta karya-karya fiksi Franz Kafka, pengarang berkebangsaan Praha.

Kafkaesque berarti karya fiksi yang memiliki alur cerita yang berdigresi, yakni kecenderungan mood atau emosi protagonis terus menurun dan berfilsafat absurdisme, aliran pemikiran Barat yang meyakini bahwa hidup manusia tidak memiliki makna yang inheren, dan hanya berputar-putar bagaikan marmut di dalam komidi putarnya, melakukan hal-hal yang tidak bermakna.

Baca juga:

Cerita yang dituturkan oleh “saya-narator” dalam novel ini menjadi pembeda dari novela karya Kafka, The Metamorphosis. Penggunaan sudut pandang penceritaan orang kedua membuat novela ini agak menghindar dari tuduhan bergayasastra Kafkaesque.

Maksud saya menyebut novela ini sedikit bergaya Kafkaesque adalah di bagian protagonisnya berputar-putar memenuhi tuntutan sosial darinya yaitu bertubuh kurus. Hal ini menyebabkan protagonis berputar-putar di antara komidi putar yang terdiri atas gaslighting dari pacarnya dan cyberbullying dari netizen. Tentu bukan proses yang gampang, akan tetapi protagonis kita berhasil melaluinya.

Meski demikian, protagonis kita memperoleh tantangan baru, yaitu perundungan digital (cyberbullying). Ini dialami saat ia mengunggah foto-foto prosesnya menjalani program reality show.

“Penampakan gajah abis disengat tawon.”

“Buntelan.”

“Eh gembrot kayak gini nih yang bikin bumi jadi sesak.”

Cerita yang Mudah Dicintai

Dua topik ini, morbid obesity dan cyberbullying menjadi fokus Amalia Yunus.

Kedua hal sentral tersebut dikupas Amalia Yunus melalui interaksi antartokoh, seperti misalnya antagonis yang adalah pacar si protagonis, seorang pemuda yang juga mengalami perisakan atau perundungan di masa remajanya, sesuatu yang juga dialami protagonis (dan mungkin membuat mereka berpacaran, kesamaan nasib ini).

Kisah romantis modern yang dimiliki “kamu” dan pacarnya yang antagonis bergulir membawa kita ke situasi apartemen, jalanan kota, hingga akhirnya rumah sakit. Konflik yang dialami protagonis juga ditambah dengan “pengkhianatan profesional” dari produser acara reality show, yang menuntut protagonis membagi percakapan pribadi mereka tentang gaslighting yang dialaminya.

Hal ini menyebabkan alur cerita menjadi semakin kompleks dan menuju klimaks, ditandai dengan putusnya hubungan percintaan protagonis dengan pacarnya. Mudah untuk mencintai novel ini karena konteks modernnya yang relevan. Belum lagi sebagian isinya menjadikan Covid-19 sebagai latar (pada saat tulisan ini dibuat, Covid-19 tidak lagi menjadi wabah).

Deskripsi latar yang filmis memberi kita perasaan klaustrofobik, contohnya di paragraf-paragraf yang berlatarkan kamar praktik seorang dokter.

“Tercium tajam bau karbol, sisa-sisa cat tembok, dan lebih samar lagi parfum melati perempuan berjas putih selutut dengan lengan tergulung yang duduk di sofa yang sama denganmu.”

Terbit menjelang Indonesia memasuki masa endemi, novela ini dapat menjadi teman mengisi hari-harimu.

 

Editor: Prihandini N

Bernard Batubara
Bernard Batubara Penulis, editor, dan konsultan penulisan kreatif PT Bernard Writing Consultancy. Tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. +6285752170581

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email