Mahasiswa semester 8 di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Berawal jadi pers mahasiswa, baca dan nulis adalah hobi yang aku tekuni!

Tiga dalam Kayu: Ketika Ziggy Bercerita dalam Bahasa Perempuan

Novia Kirana

1 min read

“Tempat pembuangan sampah bagi orang hidup, suaka perlindungan bagi orang mati. Perpustakaan.”

Penggalan kata di atas yang akan mengantarkan kita pada keseluruhan cerita di dalam buku Tiga Dalam Kayu karya Ziggy Zezsyazeoviennazabriskie. Buku ini terdiri atas 161 halaman. Tiga Dalam Kayu, merupakan buku paling misterius yang pernah aku baca. Ada banyak petunjuk dari detail-detail yang ada pada gambar sampul buku ini; sepatu, sushi, asoka merah, dan piano.

Sambul Buku Tiga dalam Kayu

Saat membaca bagian awal, pembaca akan sangat mungkin mengira bahwa setiap bagian dalam buku ini sama sekali tidak terhubung. Seperti kumpulan cerpen. Tampaknya Ziggy memang ingin pembaca merasa seperti itu. Namun, jika kita bertahan hingga bab akhir, barulah tampak keterkaitan dalam setiap babnya. Cara penceritaan seperti ini termasuk yang tidak umum digunakan Ziggy, sekaligus terasa sebagai penyegaran bagi pembaca setianya.

Secara umum buku ini adalah tentang pelbagai fenomena yang terjadi di dalam kehidupan perempuan dan anak. Mulai dari pelacuran, penculikan, hingga pelecehan yang kerap dialami oleh perempuan serta anak. Digambarkan pula beragam situasi sosial yang menyebabkan para perempuan melepaskan mimpi mereka, demi menjadi seorang istri dan ibu. Tak habis di situ, kisah tentang bayi yang baru lahir dan ibu-ibu melahirkan yang tak pernah dipandang lebih berharga dibanding bayinya, juga membuat aku makin memahami apa yang hendak disampaikan oleh Ziggy melalui Tiga dalam Kayu.

Bagaimana Ziggy bisa menyajikan hal segila ini dalam bentuk buku? Setidaknya hal itu yang terus aku gumamkan dalam hati, selagi terus membalik halaman-halaman Tiga dlaam Kayu ini.

Harus diakui bahwa Tiga Dalam Kayu disajikan dalam bahasa yang rumit dan mungkin sulit dipahami pembaca awam. Diksinya memang ringan, tetapi kalimatnya tidak. Inilah keistimewaan buku ini. Pembaca harus ekstra sabar agar bisa memahami maksud setiap tanda yang dimunculkan dalam setiap bagian cerita. Jika kita terburu-buru, barangkali malah tidak akan memahami apa-apa.

Dalam karya ini, Ziggy kembali menegaskan hal yang sebenarnya sering kita saksikan: perempuan sangat sulit mendapatkan ruang aman di dunia ini. Banyak sekali persoalan perempuan dan anak yang dianggap enteng serta diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Penggambaran tentang dunia yang terus-terusan menghinakan perempuan; dunia yang menganggap mengurangi populasi perempuan adalah suatu kebaikan.

Buku ini aku rekomendasikan pada orang-orang yang penyabar. Dengan kata lain, pembaca tidak boleh terburu-buru jika ingin mendapatkan pemahaman utuh dari setiap bagian cerita. Tidak, jangan. Akan ada kaitan dalam setiap bab jika pembaca terus memperhatikan detail-detail kecil dalam alur serta latarnya. Jika tidak sabar, mungkin kalian akan memasukkan buku ini ke dalam daftar buku yang tidak menarik sama sekali.

Kelebihan dari buku ini adalah imaji yang disajikan amat dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga mudah dibayangkan oleh kebanyakan orang. Gaya tulisan absurd, yang kadang seperti sebuah puisi dan tiba-tiba berubah menjadi buku sejarah, pun, bisa dimasukkan ke dalam kelebihan buku ini.

Nyatanya, pesan yang ingin disampaikan Ziggy terasa sangat nyata bagiku. Realita yang aku jalani sebagai perempuan sejalan dengan kisah-kisah perempuan yang disajikan Ziggy dalam bukunya. Bagaimana tidak, sekarang ini perempuan terus menjadi objek dari maraknya kejahatan. Kami ini, sebagai perempuan masih tetap dianggap sasaran empuk di mana pun berada. Luka, trauma, dan ketakutan perempuan sudah sepatutnya kita hapuskan dari daftar hal remeh di dunia ini. Mungkin itu yang ingin disampaikan Ziggy kepada para pembacanya melalui Tiga dalam Kayu.

***

Editor: Ghufroni An’ars

Novia Kirana
Novia Kirana Mahasiswa semester 8 di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Berawal jadi pers mahasiswa, baca dan nulis adalah hobi yang aku tekuni!

One Reply to “Tiga dalam Kayu: Ketika Ziggy Bercerita dalam Bahasa Perempuan”

  1. Semangat terus buat kamu, sorry cuma bisa kasih ini , mungkin ada kesempatan di lain waktu buat aku perbaiki kesan buruk mu sama aku… semangat poo!!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email