Meditasi dalam Perspektif Jiddu Krishnamurti

Hery Prasetyo Laoli

4 min read

Jiddu Krishnamurti merupakan salah satu filsuf yang mempengaruhi banyak tokoh besar seperti George Bernard Shaw, David Bohm, Alan Watts, Henry Miller, Bruce Lee, Jackson Pollock, dan Aldous Huxley. Ia lahir di tahun 1930-an dan meninggal pada pertengahan 80-an.

Krishnamurti telah banyak menyambangi dunia dan terlibat dalam diskusi publik dengan memberikan ceramah kepada banyak orang. Krishnamurti sadar akan masalah yang memengaruhi manusia dan dari masalah tersebutlah dia belajar mengambil pengalaman atau pengalaman menjadi sumber pembelajaran.

Baca juga:

Krishnamurti meninggalkan pelajaran yang terekam dalam pita audio dan video, serta 80 buku karyanya. Bahkan, ia juga mendirikan beberapa sekolah. Karyanya yang paling terkenal yakni Tahun Kebangkitan, Tahun Pemenuhan, dan Pintu Terbuka yang diringkas oleh Mary Lutyens dalam buku berjudul The Life and Death of Krishnamurti. Mengingat banyaknya topik ajaran yang Krishnamurti tulis, saya hendak fokus membahas pemikiran Krishnamurti tentang meditasi.

Menurut Krishnamurti, kehidupan itu perlu meditasi. Sebab, dalam mencoba memahami seluruh masalah yang menimpa, diperlukan pengalaman dan pengetahuan untuk menemukan apa yang benar dan apa yang salah, serta pemahaman batin yang mendalam guna mencari solusinya. Meditasi juga memiliki nilai penting dalam kehidupan manusia, yakni untuk mengetahui suatu keberadaan yang indah.

Persepsi tentang keindahan diperlukan dalam merespons hal-hal yang dialami oleh manusia. Krishnamurti percaya bahwa keindahan itu adalah kehidupan. Pemahaman terhadap proses total mengetahui keberadaan akan keindahan adalah proses menemukan kehidupan dan proses memahami semuanya, serta membebaskan pikiran dengan cara meditasi. Seseorang yang benar-benar memahami kehidupan akan selalu menemukan proses meditasi, yakni suatu proses perenungan guna menyadari proses keberadaan dan membebaskan pikiran.

Pendekatan Krishnamurti terhadap meditasi tergolong radikal. Ia menggunakannya tanpa teknik, serta menghindari praktik, tujuan, dan kontrol yang lazim digunakan oleh beberapa tradisi. Menurut Krishnamurti, meditasi tidaklah alami, tidak juga dapat dipelajari dari orang lain. Sebab, meditasi bukanlah konsentrasi atau kontemplasi yang tidak memiliki ruang untuk dicapai. Meditasi juga bukan sebuah gerak pikiran yang bisa bergerak ke segala arah atau mempunyai tujuan yang terikat waktu.

Meditasi tidak terpisah dari kehidupan sehari-hari manusia. Sering kali, kita mempunyai reaksi untuk menemukan pemikiran yang tenang dengan cara menjauh dari kenyataan hidup yang penuh dengan masalah dan kekhawatiran. Meditasi secara langsung berhubungan dengan aktivitas sehari-hari yang dilakukan manusia, bukan hanya praktik konsentrasi yang biasa diajarkan dengan mengatur napas dan mengulang mantra.

I am afraid the word ‘meditation’ has been so misused. There are so many system of meditation, the Tibetan, the Chinese, the Hindu, the Buddhist. I don’t know what you mean by meditation. To me, meditation is something that cannot be cultivated or practised, following a system. It must come naturally, like a flower that blooms. You cannot force it.

Kutipan dalam bukunya yang berjudul Truth and Actually itu membahas sistem meditasi yang telah disalahgunakan. Bagi Krishnamurti, meditasi merupakan sesuatu yang alamiah tanpa paksaan dan tidak dapat dilatih atau dipraktikkan. Meditasi bersifat kompleks; bukan hanya otak saja yang dituntut berkonsentrasi.

Meditasi juga menjadi alat ukur tindakan seperti saya akan ini, saya akan itu, saya serakah, tetapi secara bertahap saya akan menjadi tidak serakah. Pengukuran adalah perbandingan; membandingkan apa yang ada dengan apa yang seharusnya—atau, fakta dengan ideal

Dalam kebanyakan tradisi meditasi seperti yang ada di Jepang, India, dan Tibet, ada yang mengendalikan dan ada pula yang dikendalikan. Pengendali mencoba untuk mengendalikan pikiran atau menenangkan pikiran. Banyak orang yang senang bermeditasi untuk berharap mendapatkan pencerahan dan ketenangan pikiran, tetapi abai terhadap pertanyaan tentang siapa pengendalinya.

Pengendali itu adalah masa lalu dan ukuran. Ada masa lalu yang menjadi pemikir atau terpisah dari pikiran, dan si pemikir berusaha untuk mengendalikan pikiran. Manusia telah menemukan Tuhan dari rasa takut mereka dan mencoba untuk mencapai Tuhan melalui meditasi.

Seseorang yang sedang bermeditasi menyadari bahwa otaknya terus-menerus merancang apa yang seharusnya dilakukan, juga apa yang telah dilakukan di masa lalu yang menimpa dirinya pada masa kini. Padahal, meditasi pada umumnya mengajarkan untuk membuat otak hening dan penuh perhatian kepada sesuatu yang suci guna mencapai suatu tujuan. Pada akhirnya, proses meditasi semacam ini menjadi kendali penuh atas otak yang membuat tidak adanya ruang gerak bagi pikiran. Ketika otak hening atau sengaja didisiplinkan, ibarat sedang mencari sesuatu yang mengarah pada keinginan. Seseorang dikondisikan untuk perlu memahami terlebih dahulu keinginannya jika hendak mengetahui meditasi.

Maka dari itu, meditasi menjadi salah satu seni terbesar dalam hidup yang tidak mungkin dipelajari dari siapa pun—inilah titik keindahannya, yakni tidak memiliki teknik. Ketika seseorang belajar untuk mengenal tentang dirinya dan menyadari apa yang ada dalam dirinya, itu bagian dari meditasi menurut Krishnamurti.

Krishnamurti menjelaskan bahwa proses meditasi ialah proses terbatas dengan tujuan tertentu, tetapi tetap dalam pencarian yang luas dan tidak terjebak dalam ide, kepercayaan atau pengalaman apa pun karena menyadari bahwa proyeksi pikiran apa pun hanyalah ilusi. Jika seseorang memikirkan motif atau melakukannya bukan dengan keinginan apa pun untuk hasil tertentu, ia tidak akan pernah mencapai pengamatan seluruh proses yang ada dalam diri. Padahal, dengan mengamati seluruh proses dalam diri, barulah muncul hasil tanpa bentuk paksaan atau disiplin pikiran apa pun dan kondisi hening yang kreatif.

Keheningan itu bebas dari semua rasa kontinuitas. Jika seseorang tidak merasakan kontinuitas, ia hanya mengalami kelanjutan dari sensasi. Krishnamurti menjelaskan bahwa meditasi menjadi sebuah proses yang menghasilkan keadaan ketika pikiran hening, tidak lagi memproyeksikan sesuatu. Meditasi menjadi sebuah gerak dalam perhatian, bukan pada pencapaian, pun sifat pencapaian itu terbatas sedangkan perhatian itu tidak memiliki batas yang jernih.

Pikiran tidak bisa membuat kejelasan karena berakar dari masa lalu yang sudah terjadi. Berpikir adalah tindakan dalam kegelapan. Meditasi mengarahkan seseorang pada kebebasan dari pikiran dan gerakan dalam ekstase. Oleh karena itu, meditasi bukan sebagai proses intelektual yang ada pada wilayah pemikiran, melainkan penyingkapan yang baru di atas masa lalu yang berulang dengan meditasi sebagai bagian akhir dari pengulangan itu.

Baca juga:

Menurut Krishnamurti, jika seseorang memulai meditasi, itu bukan meditasi. Jika seseorang yang bertekad menjadi baik, maka kebaikannya tidak akan pernah berbunga. Jika seseorang ingin memupuk kerendahan hati, kerendahan hati itu akan berhenti.

Meditasi seperti angin sepoi-sepoi yang masuk ketika seseorang membiarkan jendela terbuka. Namun, jika seseorang itu sengaja membuka jendela untuk mengundangnya datang, maka meditasi tidak akan pernah muncul.

Imajinasi dan pikiran tidak mempunyai tempat dalam meditasi. Hal-hal itu mengarah pada perbudakan, kontras dengan meditasi yang membawa kebebasan. Yang baik dan yang menyenangkan adalah dua hal yang berbeda; yang satu membawa kebebasan dan yang satunya lagi membawa belenggu waktu. Meditasi berarti kebebasan dari waktu. Sebab, waktu boleh jadi adalah pengamat, tetapi meditasi dapat melampaui aktivitas waktu.

Meditasi terakumulasi dari energi. Bukan dalam konteks dikumpulkan-sedikit-demi-sedikit atau menangkap-ini-dan-berpegang-pada-itu, melainkan penolakan total tanpa pilihan apa pun dari semua energi yang sia-sia. Maka, meditasi adalah pintu menuju kelapangan yang tidak dapat dispekulasi. Meditasi tidak bersifat individualistis, bukan juga sosial—ia melampaui keduanya dan mencakup keduanya.

 

Editor: Emma Amelia

Hery Prasetyo Laoli

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email