Pembaca kadang penulis

Mangku Buku dan Dangdut yang Waspada

Didik W. Kurniawan

3 min read

Siapa yang tak kenal Farel Prayoga? Penyanyi dangdut cilik itu berhasil menyita perhatian bangsa ini ketika menjadi salah satu artis yang diundang untuk bernyanyi pada acara sakral Upacara 17 Agustus 2022 di Istana Negara. Membawakan lagu ciptaan Abah Lala, Ojo Dibanding-bandingke, ia berhasil mengajak tamu-tamu penting berjoget. Padahal, negara sedang punya kasus penting terkait tembak-tembakan aparat yang tak kunjung usai sampai sekarang.

Sudah habis booming lagu Ojo Dibanding-bandingke, Farel Prayoga mencoba tetap eksis dengan membawakan cover lagu dangdut yang belakangan sedang nge-hits, dengan lirik yang dirombak total.

Mangku buku ono sekolahan

Ngadep guru mengikuti pelajaran

Baca buku kuwi kewajiban

Paling penting tuk menata masa depan

Aku anak sekolah, ora seneng tukaran

Apa lagi tawuran neng tengah dalan

Belajar yang pasti, dadi nomer siji

Cekelane buku, jadi anak berprestasi

Ojo bolos sekolah, ojo lali ibadah

Dadi bocah kudu sing sregep sekolah

Ayo bangun pagi, lekas lekas mandi

Pake sabun wangi jangan lupa gosok gigi

Aku wes nate kondo awakmu

Tingkatkanlah prestasimu

Sumpaho janji karo hatimu

Siji, loro, telu

Lirik lagu Mangku Buku yang dinyanyikan Farel Prayoga itu sepertinya tidak perlu diterjemahkan. Sebab, bahasa yang digunakan sangat hibrida—antara bahasa Jawa (Timuran) dan bahasa Indonesia sebagaimana lagu dangdut koplo Jawa kekinian. Lagu tersebut berisi ajakan kepada anak-anak sekolah untuk menjadi lebih rajin dan sungguh-sungguh belajar, serta taat beribadah.

Baca juga:

Merujuk tulisan Michael B. Raditya untuk Jawa Pos dengan judul Dangdut Koplo, Dulu Dihina, Sekarang Merajalela, “dangdut koplo adalah varian dangdut yang muncul, tumbuh, dan berkembang di Jawa Timur. Ada beberapa dugaan tahun di mana ia lahir, tetapi beberapa penggede orkes Melayu di Jawa Timur senada mengatakan bahwa varian ini muncul pada pertengahan 1990-an. Dengan tempo yang lebih cepat, varian ini memang kerap dimainkan untuk melepas penat, laiknya orang yang menenggak pil koplo.”

Dangdut koplo lahir dari kejenuhan-kejenuhan yang terakumulasi, baik itu dari segi psikis maupun dari ranah musik dangdut itu sendiri yang seolah-olah butuh penyegaran kembali. Kemudian, tercetuslah ide untuk mengemas musik dangdut dengan nuansa upbeat yang awalnya memang seperti keluar dari tabiat musik dangdut itu sendiri.

Sudah lama musik dangdut hanya didominasi oleh eksploitasi goyang (dicurigai erotis) sehingga dipandang akan memberikan dampak yang kurang baik bagi generasi muda. Setidaknya, seperti itulah yang digaungkan para moralis negeri ini.

Dulu, tahun 90-an, pernah ada si Pangeran Dangdut, Abiem Ngesti. Penyanyi dangdut cilik yang tidak memiliki usia panjang, meninggal karena kecelakaan mobil di sebuah jalan tol. Setelahnya, hampir tidak ada penyanyi cilik dari ranah musik dangdut.

Maka, kemunculan Farel Prayoga bak oase yang menyingkap kemungkinan-kemungkinan baru di wilayah musik dangdut. Salah satunya menjadikan musik dangdut corong di dunia pendidikan, terlebih khusus pendidikan dasar dan menengah.

Lagu Mangku Buku diadaptasi dari lagu Mangu Purel ciptaan Nur Bayan. Di jagat maya, lagu Mangku Purel mendapat perhatian yang luar biasa. Bahkan, salah satu versi cover yang dibawakan Pakdhe Kabul dan Mukidi dengan iringan musik Orkes Melayu (OM) Adela sudah menembus angka 17 juta kali tonton. Penyanyi Pop Anji juga turut menyanyikan lagu ini, duet dengan penyanyi dangdut Denny Caknan.

Seperti yang sudah-sudah, yang viral juga wajib diwaspadai dan mendapat banyak kritik, khususnya untuk urusan lirik. Mari kita tengok lirik lagu Mangku Purel.

Mangku purel neng karaokean

Ndemek pupu sampai munggah neng Semeru

Mangku purel dudu penggawean

Luweh penting mikiro masa depanmu

Kowe wes lali omah, ora uli-ulian

Senengane dolan neng karaokean

Nggandengi penyanyi ora cukup siji

Cekelane botol polahe koyo wong tolol

Ndang balio neng omah bojomu wes ngenteni

Ora popo ora bakal diseneni

Penting kowe jujur janji ra mbaleni

Gek ndang mapan turu sesok isuk senam pagi

Aku wes nate kondo awakmu Uuuu ojo terusan begitu

Sumpaho janji karo atimu

Siji, loro, telu

Secara garis besar, lagu Mangku Purel berkisah tentang laki-laki yang doyan banget pergi ke tempat karaoke. Istilah purel, singkatan dari public relation, merujuk pada perempuan-perempuan yang biasa menemani para tamu bernyanyi di ruang-ruang karaoke dalam bahasa Jawa Timuran. 

Sebenarnya, jika dipahami secara keseluruhan, lagu ini berisi pesan moral yang mengingatkan agar lelaki tidak melewati batas ketika mencari hiburan. Ketimbang memangku para purel, lebih baik melakoni hal-hal yang lebih menyehatkan seperti senam pagi dan tidak bertingkah seperti orang tolol karena pengaruh minuman keras di dalam botol.

Namun, mengingat bagian reff sebuah lagu adalah bagian yang paling sering diulang, ketakutan akan rusaknya moral generasi muda, khususnya anak-anak, karena lagu dangdut berlirik seronok tidak bisa diabaikan. Maka dari itu, ide memodifikasi lirik lagu Mangku Purel menjadi Mangku Buku oleh Ipunk Rimba Raya dan Beni adalah inisiatif yang patut diapresiasi.

Mangku Buku menunjukkan bahwa dangdut koplo tak selalu identik dengan hal-hal yang tidak mendidik. Mangku Buku sekaligus menjadi upaya alternatif untuk menjembatani bentrok antara usaha mempopulerkan musik dangdut dengan kekhawatiran para moralis. Selain itu, Mangku Buku lagi-lagi menjadi bukti bahwa selalu ada kemungkinan membuka kran kreativitas selebar-lebarnya di ranah dangdut.

Tulisan lain oleh Didik W. Kurniawan:

Lagu Mangku Buku menunjukkan bahwa musik dangdut juga mewaspadai dirinya sendiri. Musik dangdut terus melakukan antisipasi dengan memanfaatkan momentum yang ada. Bahkan, kalaupun momentumnya tidak ada, bukankah momentum bisa dicipta?

 

Editor: Emma Amelia

Didik W. Kurniawan
Didik W. Kurniawan Pembaca kadang penulis

One Reply to “Mangku Buku dan Dangdut yang Waspada”

  1. Syair, kata-kata adalah racun untuk bisa masuk dalam mindset dan habis seseorang. Terlebih kepada anak dan usia remaja. Maka, dalam topik tulisan ini aku sepakat. Juga menyamakan reaksi bahwa setiap gubahan syair akan berdampak bagi pengertian para penyimak. Mana syair nasehat, mana syair gokil, dan mana syair nakal. Semua bisa berlomba untuk menyampaikan pesan itu pada lapisan masyarakat yang beragam. Syair penawar racun juga musti dikampanyekan untuk keseimbangan budaya perilaku yang ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email