Light Stick K-Pop: Dari Atribut Hiburan Sampai Alat Perlawanan

Rifka Amalia

2 min read

Salah satu elemen menarik dari aksi massa menuntut pemakzulan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol adalah penggunaan light stick K-Pop. Light stick kini telah melampaui fungsi dan maknanya, yang semula sebagai identitas penggemar pada saat konser, menjadi simbol solidaritas, keberanian, dan identitas politik bagi generasi muda Korea Selatan.

Secara umum, demokrasi partisipatoris di Korea Selatan telah melibatkan berbagai elemen masyarakat, dari mahasiswa hingga pekerja. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, terjadi transformasi signifikan dalam cara masyarakat, terutama generasi muda, mengekspresikan pandangan politik mereka. Transformasi ini menunjukkan bagaimana budaya populer K-Pop dapat menjadi ruang untuk mendiskusikan persoalan sosial dan politik.

Protes dan Simbol

Sebelum adanya trend light stick ini, masyarakat Korea Selatan menggunakan lilin sebagai simbol aksi kolektif untuk melawan ketidakadilan secara damai ketika demonstrasi. Biasanya masyarakat akan meletakkan lilin di gelas kertas agar tidak mudah padam ketika dibawa keluar.

Baca juga:

Hyejin Kim, dalam tulisannya berjudul Online Activism and South Korea’s Candlelight Movement, menyatakan bahwa penggunaan lilin sebagai simbol aksi protes bermula pada tahun 2002. Pada saat itu terjadi peristiwa tragis,  dua remaja perempuan Korea Selatan tewas akibat terlindas kendaraan lapis baja militer AS selama latihan di Yangju. Ketidakpuasan terhadap pembebasan tentara AS dalam pengadilan militer memicu aksi protes yang dikenal sebagai candlelight vigil. Aksi protes ini sebagian besar diorganisir melalui internet dan menarik dukungan dari sekitar 130 organisasi masyarakat sipil dan publik Korea Selatan.

Candlelight vigil yang dimulai dengan nyala lilin di Gwanghwamun Square menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan menyebar ke seluruh Korea Selatan. Bermula dari peristiwa tersebut, aksi protes di Korea Selatan sering menggunakan lilin sebagai simbol perlawanan dan solidaritas.

Korelasi antara penggunaan lilin sebagai simbol dalam aksi protes telah dijelaskan oleh Awad dan Wagoner dalam tulisannya yang berjudul Protest Symbols. Terdapat dua fungsi utama simbol pada aksi protes, yaitu sebagai simbol pemersatu identitas dan solidaritas kelompok dan sebagai pemicu motivasi untuk aksi protes. Dapat dikatakan simbol digunakan untuk mengartikulasikan pesan kolektif dan menciptakan rasa solidaritas semua pihak yang pada akhirnya memicu semangat aksi.

Simbol ini juga berperan penting dalam membangun dan memelihara identitas kelompok. Tak hanya itu, simbol menjadi elemen penting dalam aksi protes terkait titik fokus mobilisasi massa. Secara psikologi, aksi protes menggunakan simbol akan menciptakan rasa keterhubungan yang kuat sehingga menjadi memori kolektif bagi sesama peserta aksi bahkan setelah aksi berakhir.

Di Korea Selatan, lilin melambangkan perdamaian dan harapan, memperkuat rasa solidaritas antarpeserta aksi. Cahaya lilin yang kecil mampu menyatukan kekuatan kolektif rakyat dalam menghadapi ketidakadilan dan memperjuangkan perubahan sosial. Lilin telah membersamai aksi-aksi protes di Korea Selatan, seperti aksi pemakzulan Presiden Park Geun-hye pada tahun 2016-2017, hingga Presiden Yoon Suk Yeol pada tahun 2024, dan kini penggunaan lilin digantikan oleh light stick.

Dari Lilin ke Lightstick

Pada 2024, penggunaan lilin mulai digantikan oleh light stick, terutama oleh generasi muda. Light stick dinilai lebih praktis karena mudah dibawa dan lebih kokoh dibandingkan lilin. Sinar yang dihasilkan juga lebih terang dan mencolok, sehingga menarik perhatian dan lebih sesuai untuk aksi protes yang melibatkan banyak peserta. Meskipun terjadi pergeseran simbol, makna dan esensi solidaritas serta perlawanan tetap terjaga. Stephanie Choi, peneliti dari State University of New York, dalam wawancaranya dengan Reuters menyatakan bahwa penggunaan lightstick dalam aksi protes tetap mencerminkan kekuatan solidaritas masyarakat Korea Selatan.

Baca juga:

Light stick, yang notabene dimiliki oleh fandom atau penggemar grup idola, muncul menjadi aktor signifikan dalam membangun solidaritas dalam aksi pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol. Media sosial memainkan peran penting dalam fenomena ini. Fandom K-Pop memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan informasi, mengorganisir aksi, dan menggalang dukungan.

Light stick, yang menjadi simbol visual, sekaligus menjadi alat mobilisasi yang efektif, menciptakan ruang protes yang inklusif dan menarik bagi generasi muda. Transformasi penggunaan light stick dan media sosial dalam aksi ini juga mencerminkan adanya dekonstruksi makna budaya populer–suatu hal yang dulunya dianggap sebagai atribut hiburan kini diubah menjadi alat perlawanan.

Keberadaan light stick dalam protes juga menyoroti bagaimana generasi muda memahami demokrasi sebagai sesuatu yang tidak hanya formal, tetapi juga fleksibel dan dinamis. Dalam konteks aksi pemakzulan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol, penggunaan light stick menandakan adanya upaya untuk menciptakan ruang protes yang inklusif, aman, dan berdaya tarik tinggi, terutama bagi generasi muda yang baru terlibat dalam politik. Generasi muda Korea Selatan, yang sering kali diabaikan dalam diskursus politik formal, menggunakan momen ini untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki suara dan daya pengaruh yang besar.

Lebih jauh lagi, fenomena ini mengilustrasikan bagaimana demokrasi Korea Selatan terus berkembang. Generasi muda tidak hanya menuntut perubahan melalui mekanisme tradisional seperti pemilu, tetapi juga melalui aksi-aksi kreatif yang memadukan budaya populer dan protes politik. Transformasi ini menunjukkan bahwa budaya populer dapat menjadi alat yang efektif untuk menggerakkan opini publik dan memengaruhi kebijakan. Dalam demokrasi yang terus berkembang, ekspresi politik seperti ini menjadi pengingat bahwa perubahan sosial dapat dimulai dari tempat-tempat yang tak terduga, termasuk dari cahaya kecil sebuah light stick dari penggemar grup idola.

 

 

Editor: Prihandini N

Rifka Amalia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email