Menulis musik dan beberapa pernik-pernik budaya populer lainnya

Hasrat Menguasai Dunia Sang AI Mahatahu

Kukuh Basuki

3 min read

Ada yang menarik dari Mission: Impossible – Dead Reckoning Part One (2023) yang membuat film ini layak mendapat perhatian pencinta film fiksi sains. Di seri yang ketujuh, film dengan tokoh utama agen rahasia bayaran Ethan Hunt (Tom Cruise) ini mulai memasukkan AI bernama Entity ke jajaran tokoh antagonisnya.

Apa bedanya Entity dengan AI canggih di film-film fiksi sains lainnya seperti The Terminator (1984), I-Robot (2004), dan Superintelligence (2020)? Entity lebih misterius, tidak berwujud, tapi seperti tahu segalanya dan menguasai semua sistem yang terhubung dengan jaringan internet di seluruh dunia.

Baca juga:

Pada awalnya, Entity diciptakan oleh militer Amerika Serikat untuk menghalau kapal selam Sevastopol milik Rusia. Kapal selam tersebut dianggap berbahaya karena ada ruangan rahasia yang digunakan pemerintah Rusia untuk mengembangkan senjata pemusnah massal paling mematikan yang pernah tercipta di dunia. Dengan teknologi “siluman”, Entity berhasil mengecoh Sevastopol sehingga rudal yang ditembakkannya berbalik arah menghantam kapal selam itu sendiri hingga tenggelam.

Walaupun tenggelam dan semua awak kapal selam Sevastopol meninggal, ruang rahasia di dalam kapal selam tersebut tetap utuh. Ruangan itu terkunci dan kuncinya terkalung di dua awak kapal selam yang terapung di lautan. Kunci rahasia untuk membuka pintu besi ruang rahasia tersebut terdiri dari dua bagian yang hanya bisa dipakai jika keduanya disatukan. Di sinilah titik awal konflik dibangun.

Kelompok agen rahasia ataupun perseorangan dengan berbagai tujuan yang berbeda ingin mendapatkan kedua bagian kunci tersebut. Beberapa kelompok berusaha mendapatkannya untuk menguasai dunia. Namun, sebaliknya, ada juga tokoh mandiri seperti Grace (Hayley Atwell) yang hanya ingin mencuri dan menjualnya ke pasar gelap demi mendapatkan uang besar.

Ethan Hunt yang sejatinya belum tahu fungsi sebenarnya kunci tersebut ikut memperebutkan dua bagian kunci tersebut. Ia curiga ada hal buruk dari keberadaan kunci tersebut karena diperebutkan oleh agen rahasia dari berbagai negara.

Pemberontakan AI

Di saat berbagai pihak sibuk memperebutkan kedua kunci tersebut, Entity menjadi lepas kendali. Program kecerdasan artifisial paling canggih itu akhirnya membelot dari militer Amerika Serikat. Dengan kecanggihan programnya, ia bisa berjalan dan berpikir sendiri, serta mempunyai “kehendak bebas” yang bergerak di luar kendali manusia. Bahkan, lebih ironis lagi, kini AI mampu menguasai dan mempekerjakan manusia.

Entity menjadi tuan dari tokoh antagonis lainnya, yaitu Gabriel (Esai Morales). Tujuan dari Entity adalah menguasai dunia dan menyudahi dominasi manusia di planet bumi. Untuk memuluskan jalannya, Entity juga berusaha merebut dua bagian kunci rahasia ruangan pengembang senjata pemusnah massal.

Kemampuan Entity yang paling berbahaya dapat meretas semua jaringan satelit dunia sehingga ia mampu mengacaukan informasi radar yang digunakan sebagai sistem keamanan negara-negara. Ia dapat membuat informasi palsu di radar seolah ada kapal yang masuk ke daerah jangkauan radar meskipun kapal itu tidak ada. Sebaliknya, ia juga mampu menghilangkan informasi keberadaan manusia sehingga tidak terdeteksi di radar. Hal itulah yang membuat Gabriel sering kali lolos dari pantauan radar dan bebas ke mana saja.

Lebih mengerikannya lagi, Entity menguasai hampir seluruh database manusia yang ada di internet sehingga ia seperti makhluk yang maha tahu dan bisa memprediksi apa yang belum terjadi secara tepat. Ia dapat mengidentifikasi siapa yang akan berkhianat, siapa yang akan mati, serta melacak dan mengacaukan sistem rahasia yang dijalankan Benji Dunn (Simon Pegg), Ilsa Faust (Rebecca Ferguson), dan Luther Stickell (Ving Rhames), rekan satu tim Ethan Hunt di IMF (Impossible Mission Force).

Kesulitan lainnya dalam menumpas Entity adalah ia tidak berwujud sehingga sangat sulit dideteksi posisinya. Entity hanya digambarkan seperti sulur-sulur cahaya di kegelapan dan berkomunikasi tanpa suara. Ia menggunakan Gabriel sebagai tangan kanannya untuk menjalankan rencana-rencananya.

Robot Berkesadaran

Setelah manusia berhasil menciptakan komputer sebagai kecerdasan buatan dalam beberapa puluh tahun terakhir, perkembangannya sangat pesat. Komputer yang dulunya berukuran raksasa dan disimpan di gudang, dari tahun ke tahun menjadi semakin kecil, tapi mempunyai kapasitas berpikir yang semakin besar. Setelah itu, berangsur-angsur ditemukan teknologi komputer jaringan untuk menghubungkan komputer satu dengan lainnya yang pada akhirnya menjadi cikal bakal ditemukannya teknologi internet yang bisa menghubungkan seluruh komputer yang ada di dunia. Dari sinilah era robot supercanggih dimulai.

Pada awal kemunculannya, robot diidentikkan dengan sesuatu yang bergerak statis, kaku, berpikir pendek dan tidak mempunyai refleks alami dalam merespons rangsangan yang diterima indera. Dengan cepat, robot berkembang menjadi seperti manusia dan “berpikir” seperti manusia.

Masih segar dalam ingatan kita bagaimana robot catur Deep Blue yang dikembangkan perusahaan IBM berhasil memecundangi Grand Master nomor satu dunia, Gary Kasparov, pada tahun 1997. Hanya butuh waktu satu tahun bagi Deep Blue untuk belajar dan berlatih guna meningkatkan kemampuannya, lalu berhasil membalas kekalahan di pertandingan pertamanya dengan Kasparov pada tahun 1996.

Robot secara konsisten membuktikan bahwa ia mempunyai kecerdasan yang semakin menyamai manusia. Namun, yang menjadi pertanyaan klasik adalah apakah mungkin robot mempunyai kesadaran?

Dalam buku Kind of Mind (1996), Daniel Dennett menjelaskan bahwa laboratorium di MIT sedang mengembangkan robot bernama Cog. Robot tersebut dirancang untuk bisa merasakan sakit ketika ditekan terlalu keras sehingga bisa merespon dengan menjauhkan dirinya dari pusat tekanan. Robot tersebut juga bisa membalas tatapan manusia atau organisme lain yang memandangnya. Robot itu terus dikembangkan untuk dapat mempunyai indikator kesadaran lainnya layaknya manusia.

Dennett yang merupakan seorang filsuf ahli kesadaran pencetus teori Multiple Draft Model (1991) mengaku turut digandeng dalam proyek pengembangan Cog. Walaupun menurutnya kualitas kesadaran Cog (di tahun itu) masih jauh di bawah manusia, dengan segera Dennet menambahkan pendapatnya bahwa Cog akan terus dikembangkan ke arah kesadaran yang semakin kompleks.

Tulisan lain oleh Kukuh Basuki:

Apakah dengan mempunyai kesadaran layaknya manusia, robot pasti akan menjadi bahaya yang mengancam umat manusia? Tidak ada yang tahu secara pasti karena era itu belum datang.

Dalam buku Homo Deus (2015), sejarawan Yuval Noah Harari memberikan prediksinya ketika robot mempunyai kesadaran. Robot yang mempunyai kesadaran akan bisa menyembunyikan tombol on/off sehingga manusia tidak bisa lagi mematikan robot layaknya men-shutdown komputer ketika selesai digunakan. Robot tersebut akan memberontak dari manusia dengan menuliskan programnya sendiri.

Robot yang canggih mempunyai kemampuan untuk belajar dan berlatih secara mandiri untuk meningkatkan kecerdasan kognitif dan motoriknya—bahkan, mungkin juga meningkatkan kualitas kesadarannya. Ketika itu terjadi, robot bisa menciptakan robot-robot lainnya tanpa perlu kendali manusia. Kondisi inilah yang dikhawatirkan manusia dan menjadi inspirasi dari film-film fiksi sains yang menceritakan kemunculan sosok AI mahatahu yang mempunyai kekuatan dan kuasa untuk mengendalikan manusia layaknya Entity.

 

Editor: Emma Amelia

Kukuh Basuki
Kukuh Basuki Menulis musik dan beberapa pernik-pernik budaya populer lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email