Fresh graduated Psychology Scholar. Keen to read about feminism, and slowly learning about philosophy.

Bertarung dengan Calo demi Selembar Tiket Konser

Kamila El sabilla

2 min read

Menjelang konser Coldplay di Indonesia, ada banyak calon penonton yang menjadi korban penipuan tiket konser. Nilai kerugiannya pun besar, mencapai 183 juta rupiah. Fakta bahwa begitu banyak orang bisa menjadi korban penipuan tiket konser memunculkan banyak pertanyaan tentang antusiasme masyarakat dan manajemen penjualan tiket. Mengapa banyak orang rela menghabiskan uang sebanyak itu demi menonton sebuah konser? Mengapa untuk membeli tiket konser saja orang bisa tertipu?

Pada hari pertama tiket Coldplay dijual, semua orang sudah antre di website loket.com sejak jam 7 pagi. Ketika jam menunjukkan pukul 09.00 WIB, website loket.com langsung lumpuh. Suasana semakin memanas ketika ketika tertera tulisan “full booked” di segala kategori tiket, sementara masih banyak yang harus menunggu antrean. Para pemegang tiket yang sudah mendapatkan kepastian bahwa ia resmi menjadi pemegang tiket, mulai bernapas lega dan bersiap-siap melakukan pembayaran.

Baca juga:

Pada hari kedua, persaingan untuk mendapatkan tiket Coldplay sama ketatnya. Ratusan ribu penggemar Coldplay lagi-lagi beradu nasib berebut peluang untuk mendapatkan selembar tiket. Gawai-gawai sudah dipersiapkan, koneksi internet sudah dipastikan kencang, dan tubuh sudah standby di depan laman loket.com. Seperti hari pertama, laman pembelian tiket kembali lumpuh. Ratusan ribu calon penonton berharap harap cemas, akankah mereka mendapat kesempatan menukar uang mereka dengan selembar tiket atau tidak.

Rasa Frustasi Calon Pemegang Tiket dan Kemunculan Joki

Ketika para calon pemegang tiket sudah frustasi, mereka segera mencari alternatif lain. Gayung bersambut. Joki tiket sudah siap mengakomodasi calon pemegang tiket yang tidak beruntung memperebutkan tiket lewat jalur resmi. Para calon penonton yang sudah pasrah segera menghubungi akun-akun yang menawarkan jasa menjaring tiket Coldplay tanpa harus antre. Tidak segan-segan, para penyedia jasa titip tiket segera membuat unggahan tiket konser yang sudah mereka dapatkan sambil mencantumkan harga jual berkali-kali lipat dari harga resmi.

Dengan cepat, bermunculan penawaran tiket dengan harga fantastis melalui situs belanja daring. Tiket kelas festival yang dibanderol dengan harga 11 juta ditawarkan senilai 60 juta untuk selembar tiketnya. Selain mendapatkan banyak untung, calo tiket ini membebankan biaya jasa yang harus ditanggung pembayar, meskipun mereka tidak bisa mendapatkan tiketnya.

Calo membuat harga tiket tidak lagi terjangkau bagi banyak orang. Mereka mempermainkan harga tiket untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, bahkan untuk menipu para calon penonton yang belum punya pengalaman tentang jasa titip tiket tersebut.

Bot, Koneksi, dan Penipuan

Sehari setelah penjualan tiket resmi berakhir, ada banyak influencer mengaku memiliki banyak tiket dan kemudian menjualnya dengan harga fantastis. Tidak segan-segan, Puteri Indonesia Intelegensia tahun 2019 menjadi makelar penjualan tiket konser tidak resmi.

Baca juga:

Hal seperti ini terjadi karena ada banyak orang yang diberikan akses kuota tiket terlebih dahulu. Kuota tiket khusus ini didapatkan oleh panitia penyelenggara maupun pihak platform penjualan tiket. Selain itu, orang-orang yang berkuasa di Indonesia juga dengan mudahnya mendapatkan tiket dengan koneksi yang dimilikinya.

Penyebab lain dari keberadaan calo adalah penggunaan bot untuk meningkatkan peluang mendapatkan tiket. Bot ini dengan mudah meluncurkan penggunanya ke halaman awal pembelian, tanpa menggunakan antrean. Ada juga yang mengarahkan jaringan internet mereka ke negara lain, melalui VPN, dengan harapan bisa mendapatkan koneksi yang lebih stabil dan cepat, dibandingkan pengguna lain yang menggunakan jaringan internet Indonesia.

Calo dan tiket scalper selalu hadir dalam momen-momen yang dianggap booming bagi masyarakat. Tidak hanya tiket Coldplay, tiket konser girlgroup dan boygroup Korea, yang memiliki banyak penggemar di Indonesia, juga menjadi ladang cuan untuk para calo tiket. Bahkan tidak jarang pula calo tiket ini sebenarnya penipu.

Kerugian akibat penipuan oleh para penyedia jasa tiket tersebut dapat diatasi dengan berbagai macam cara. Pihak penonton dapat menggunakan rekening bersama untuk menghindari penipuan. Menyeleksi nomor ponsel dan nomor rekening yang digunakan juga menjadi salah satu cara yang ampuh untuk menghindari penipuan. Namun, hal yang paling pasti adalah, usahakan untuk membeli sendiri tiket yang disediakan oleh penyelanggara.

Pihak penyelenggara perlu menggunakan verifikator untuk memastikan bahwa mereka menjual tiket ke orang yang tepat. Kuota pembelian tiket perlu diterapkan, agar calon penonton mendapatkan kesempatan yang sama. Bila perlu, penyelenggara bisa menggunakan sistem lotre pembelian tiket, seperti yang sudah diterapkan Jepang, agar tidak terjadi kekrisruhan dalam pembelian tiket. Penyelenggara juga perlu adil dengan tidak memudahkan pihak-pihak tertentu mendapatkan tiket lewat jalur nepotisme atau jalur orang dalam.

Pada akhirnya, yang bisa menertibkan calo adalah regulasi yang bisa membatasi ruang gerak calo tiket. Dengan begitu, semua orang bisa mendapatkan tiket secara adil, dan tidak ada lagi kerugian yang timbul akibat transaksi tidak teregulasi antara calon penonton dan makelar penipu tiket.

 

Editor: Prihandini N

Kamila El sabilla
Kamila El sabilla Fresh graduated Psychology Scholar. Keen to read about feminism, and slowly learning about philosophy.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email