Mereka yang ada di garda terdepan kala twitwar selalu berkata bahwa pemerintah acap melakukan tipu daya kepada warga negaranya. Kalau kata mereka yang suka bikin status yang panjang bin lebar di Facebook, negara itu seperti melakukan trik kotor terhadap masyarakat biasa.
Para aktivis media sosial ini tak pernah absen menyertakan banyak data pendukung pada unggahan-unggahan mereka. Mulai dari pandemi yang selalu menghadirkan orang tolol yang disusui oleh negara seperti mantan menteri kesehatan yang tingkah polahnya dan kebijakannya tidak menyehatkan masyarakat kita kala pandemi, hingga bromocorah bernama Juliari Batubara.
Baca juga:
Dari dua terma di atas, “tipu daya” dan “trik kotor”, bisa kita menangkap adanya pola bahwa di mata masyarakat biasa, pemerintah itu sudah melebihi dari makna dan definisi pada umumnya. Pemerintah bukan hanya pemangku kuasa, tapi juga bisa mengendalikan apa saja. Iya, apa saja artinya apa pun itu bisa diwolak-walik dan dikendalikan oleh mereka.
Jika Avatar the Legend of Aang hanya bisa mengendalikan empat elemen, pemerintah lebih dari itu. Elemen-elemen lainnya seperti politik, kuasa, hukum, ekonomi, oligarki, korupsi, kolusi, sampai nepotisme. Jika Anda mengira Orde Baru itu adalah The Last Kuasa Bender, seperti halnya Aang, Anda keliru. Orde Baru punya penerusnya. Ia bukan the last, melainkan tirai pembuka.
Muncul seorang penolong yang bisa dijadikan harapan bagi kita semua. Anggap saja mesiah yang bisa menyelamatkan bangsa Indonesia dari kemuraman dan melankolia berlarut-larut seperti saat ini. Namun, kejauhan rasanya kalau disebut Satrio Piningit—karena hanya Pakde Jokowi yang pantas menyandang gelar itu, ‘kan? Anggap saja iya. Orang itu adalah Pesulap Merah yang memiliki nama asli Marcel Radival.
Tercatat dalam sebuah kepingan sejarah yang terserak di FYP TikTok, media sosial yang punya algoritma wagu itu, nama Pesulap Merah beserta berbagai julukan untuknya. Mulai dari Kazekage dari Negeri Wakanda sampai Akagami no Mercel. Dengan rambut merah ngawu-awu yang sepertinya, sih, disemir pakai pewarna rambut merek Sasha, ia tampil membongkar berbagai trik sulap, ngelmu, dan berbagai hal yang bersangkutan dengan gimik-gimik klenik lainnya.
Kemudian, ada seorang bernama Gus Samsudin, pemilik Padepokan Nur Dzat Sejati. Ia mengirim undangan terbuka bagi Pesulap Merah untuk membongkar trik pada “ilmu”-nya jikalau memang ada. Tanpa pikir panjang, Pesulap Merah menerima undangan itu. Ketika datang ke sana, bukannya disambut oleh yang mengundang, kehadiran Pesulap Merah justru ditolak.
Jenggot hitam lebatnya membuat Gus Samsudin dijuliki Blackbeard atau Kurohige—tokoh penguasa lautan di komik One Piece—oleh warga TikTok. Dengan kekuatan armada besar seperti Kurohige, Gus Samsudin mencegat armada kecil milik Pesulap Merah yang hendak mengobrak-abrik trik dalam padepokannya. Tentu, armada Gus Samsudin bukan betulan bajak laut atau pasukan dukun, melainkan pengacara dan ketua RT.
Memang aneh betul. Orang yang mengaku sakti, kok, minta bantuan pengacara? Segala pakai backingan Pak RT pula.
Saat orang sakti lain sowan ke padepokannya, Gus Samsudin akan menyambut mereka dengan jurus-jurus wangun; was-wis-wus tangan mengepal ke langit, musuh terpental ke sana-sini. Makanya, sangat aneh ketika yang datang Pesulap Merah, Gus Samsudin justru menyambutnya dengan membawa-bawa pengacara dan Pak RT. Ini menandakan bahwa Pesulap Merah tidak bisa dihadapi menggunakan kekuatan magis belaka, melainkan harus dilawan dengan kekuatan administratif dan birokrasi.
Pesulap Merah adalah harapan bagi negeri ini. Masuk ke padepokan yang punya massa fanatis saja sudah berani banget. Sudah begitu, masih ditambah dengan bisa membuat sang pentolan padepokan yang bisa membakar tisu dan mengisi ajimat dalam sebutir kelapa ketakutan sampai berlindung di balik ketiak pengacara dan Pak RT. Bayangkan, trik-trik songgo langit macam punya Gus Samsudin saja berani ia bongkar, apalagi trik-trik kotor pemerintah yang sering mencederai hati masyarakat ini.
Pesulap Merah harus mulai safari ke pihak-pihak atas, membongkar berbagai trik yang seakan tidak pernah terungkap pun tidak bisa dimintai pertanggungjawaban. Salah satunya, apa, sih, trik orang tua yang masih sering ngerecokin dan main politik-politikan di negeri ini, padahal tiap berpidato saja sering blunder dan tidak ada esensinya?
Menurut saya, menertawakan ras dan profesi wong cilik, padahal partainya memakai embel-embel wong cilik agar menjual, itu amat mencederai hati dan perasaan wong cilik. Entah triknya apa, tetap saja pidato kontroversial yang mengguncang stabilitas basis massa akar rumput itu bisa lepas dari jerat hukum. Pesulap Merah harus membongkar trik yang bikin beliau awet di puncak kekuasaan biarpun sering blunder seperti ini.
Apakah harus jadi anak orang penting di Indonesia dulu? Ya, kali, dipercaya sampai buyut seperti sekarang ini hanya ndompleng nama ayahnya. Pesulap Merah, kami butuh bantuan Anda untuk membongkar trik ini segera!
Tak cuma itu, masih ada lagi segudang trik para pejabat di negara ini. Salah satunya adalah trik yang berkaitan dengan jabatan para menteri di kabinet. Bayangkan, bisa-bisanya kursi menteri justru diduduki oleh orang-orang yang tidak memiliki kapasitas dan kapabilitas di bidangnya, bahkan sekadar memberi penjelasan kebijakan yang ia bikin sendiri pun embuh.
Saat reshuffle kabinet yang kesekian kali kemarin, ada menteri baru yang mengaku terkejut mengetahui harga pangan selangit. Tak bisa ditunda-tunda, Pesulap Merah harus segera membongkar trik menahan malu para menteri yang tidak riset terlebih dahulu sebelum menerima jabatan yang diamanahkan kepada mereka.
Tulisan lain oleh Gusti Aditya:
Pejabat model begitu tidak hanya satu atau dua, pun selalu ajeg ada di tiap kabinet. Seorang bocah yang tidak belajar, lalu disuruh presentasi di depan kelas saja merasa malu karena kurang menguasai materi. Nah, ini pejabat negara terang-terangan memproklamirkan ketidaktahuannya, kok, tidak malu?
Lewat tulisan ini, saya layangkan undangan terbuka untuk Pesulap Merah agar datang ke padepokan pemerintah, lalu membongkar semua trik aneh di dalam sana. Akagami no Marcel harus sudah ganti arc; dari yang mulanya Battle of Nur-Dzat-Ford menjadi Secret of Indonesia-kuni Saga.
Editor: Emma Amelia