Alumni Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo. Sekarang Nyantri sekaligus kader PMII di Ponpes Nurul Jadid, Paiton Probolinggo. Bisa disapa lewat Instagram @s.faylasuf

Agama di Ruang Digital

Salman Akif Faylasuf

1 min read

Ruang digital Indonesia membutuhkan lebih banyak narasi toleransi khususnya dalam beragama. Selama ini masyarakat belum terbiasa dengan pembicaraan tentang perbedaan agama, pandangan, dan politik di ruang digital. Akibatnya media sosial sering kali menjadi senjata propaganda. Narasi-narasi intoleran selalu saja ada. Ini menandakan bahwa ruang digital kita belum merepresentasikan harapan bangsa tentang hidup damai di tengah kemajemukan.

Kita tahu bahwa ruang digital saat ini tak mempunyai ‘pagar’. Masyarakat bebas menggunakan media sosial sesuai kepentingan masing-masing. Zaman ini sangat rawan akan konflik. Kehidupan masyarakat digital dipenuhi isu-isu negatif. Isu politik dan agama sangat rentan memanas, tak terkecuali agama Islam.

Baca juga:

Karakteristik media sosial yang cenderung mudah diakses, interaktif, dan tanpa batas dimanfaatkan beberapa kelompok kepentingan untuk memicu konflik. Masyarakat digital perlu menyaring informasi secara benar dan hati-hati. Pemerintah harus mengawasi dan memberikan peringatan kepada masyarakat pengguna media sosial dalam berpolitik. Penggunaan media sosial harus dikawal ketat oleh pemerintah melalui UU ITE maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan. Di sisi lain, diperlukan pula kesadaran semua pihak dalam menjaga persatuan dan kesatuan negara.

Mengarustamakan Moderasi Agama

Kita tahu ruang digital merupakan sarana perjumpaan yang menyediakan berbagai narasi keagamaan. Kelompok-kelompok tertentu tak jarang memanfaatkan kemudahan akses di media sosial untuk menyuburkan konflik, menghidupkan politik identitas yang ditandai dengan bergesernya otoritas keagamaan, menguatkan individualisme, serta memudarkan afiliasi terhadap lembaga keagamaan.

Oleh karena itu, pengarusutamaan moderasi beragama secara berkelanjutan melalui dialog di ruang digital sangatlah penting. Perebutan ruang digital menjadi kunci untuk mendominasi narasi-narasi keagamaan. Narasi keagamaan moderat berbasis toleransi akan mengimbangi arus deras informasi di ruang digital.

Ketika sebuah narasi moderat digaungkan dalam bentuk konten dan pesan tertentu, secara tidak langsung hal itu akan menggiring pemikiran setiap orang untuk berpikir dan berperilaku secara moderat. Maka dari itu, narasi keagamaan moderat yang digaungkan oleh setiap orang, baik itu melalui media sosial maupun website seperti portal keislaman, secara perlahan akan membentuk pola berpikir moderat pula. Portal keislaman yang di dalamnya menyuarakan moderasi beragama akan bergerak dengan sendirinya untuk melakukan moderasi beragama. Ini merupakan kontribusi untuk menggiring sebuah wacana yang sebelumnya tidak ada atau ada tetapi belum diketahui publik.

Baca juga:

Dalam menyuarakan moderasi beragama, tentu kita wajib mengedepankan Islam yang ramah, toleran, tidak satu tafsir, dan monolitik. Narasi keagamaan dipublikasikan sebagai obat untuk memberantas narasi-narasi konservatif yang sarat akan kekerasan. Narasi-narasi konservatif, pada tatanan mengkhawatirkan, dapat menjerumuskan ideologi masyarakat, utamanya mereka yang masih awam dengan agama.

Langkah selanjutnya adalah dengan memahami teks Al-Quran dan hadits sembari memperhatikan tujuan kehadiran agama dan merelevansikan pesan-pesan mulia agama dengan perkembangan zaman.

Selain itu juga dengan memadukan ilmu dengan iman, keluhuran spiritual dengan kreativitas material, serta kekuatan moral dengan kekuatan ekonomi sehingga prinsip dan nilai kemanusian mampu berdiri tegak. Pun juga meneladani sebaik mungkin warisan intelektual para ulama, logika para teolog dan filsuf, spiritualitas para sufi, dan ketelitian para pakar terdahulu.

Moderasi beragama merupakan prinsip utama Islam yang hanya dapat ditegakkan melalui tiga aspek, yaitu ilmu, kebajikan, dan keseimbangan. Tanpa ketiganya, kehadiran Islam sebagai rahmat bagi alam semesta, dalam hal ini agama di ruang digital, akan timpang dan pincang. Lebih dari itu, moderasi beragama juga merupakan suplemen untuk merawat keindonesiaan. Terlebih kemajemukan bangsa Indonesia ini merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa dibantah lagi.

 

Editor: Prihandini N

Salman Akif Faylasuf
Salman Akif Faylasuf Alumni Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo. Sekarang Nyantri sekaligus kader PMII di Ponpes Nurul Jadid, Paiton Probolinggo. Bisa disapa lewat Instagram @s.faylasuf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email