Kesadaran mengenai kelestarian alam harus dibentuk sejak dini. Lalu, apa cara efektif untuk menanamkan jiwa dan karakter cinta alam pada anak? Dongeng mungkin bisa menjadi jawaban.
Dalam bukunya yang berjudul Sastra Anak, Burhan Nurgiyantoro mengategorikan dongeng sebagai bagian dari sastra tradisional yang dekat dengan kehidupan anak. Daya imajinasi dalam dongeng dapat meningkatkan rasa ingin tahu anak terkait hubungan mereka dengan sesama manusia, Sang Pencipta, serta dengan alam dan lingkungan sekitar. Maka sangat mungkin untuk memupuk jiwa dan karakter cinta alam pada anak melalui dongeng.
Dongeng dapat menjadi medium efektif untuk menyampaikan pesan dengan cara yang menyenangkan dan imaginatif. Melalui penyajian yang sederhana, jenaka, dan menghibur, dongeng mampu mendobrak daya khayal serta membentuk karakter anak lewat pesan-pesan di dalamnya.
Baca juga:
Dongeng untuk Mendekatkan Anak kepada Realitas
Ada banyak persoalan lingkungan yang dapat diperkenalkan kepada anak. Mulai dari persoalan sehari-hari seperti polusi udara yang ditimbulkan oleh emisi kendaraan, pembakaran hutan, serta pabrik-pabrik tak ramah lingkungan. Persoalan pencemaran air bisa dituturkan penyebabnya dari ketidaksadaran manusia yang membuang sampah sembarangan, juga pembuangan limbah oleh pabrik-pabrik.
Persoalan yang lebih besar seperti perusakan hutan juga perlu diperkenalkan kepada anak sedini mungkin. Lewat dongeng, anak bisa memahami bagaimana alih fungsi hutan membuat tumbuhan di hutan yang dulu beragam menjadi seragam. Hewan-hewan yang dahulu berkeliaran, kini bersembunyi dan kesepian. Mereka menyelamatkan diri, menyambung hidup di sudut-sudut hutan yang belum sempat mengalami alih fungsi lahan. Bukan hanya hewan, manusia sendiri juga turut merasakan sengsara.
Lewat dongeng yang berspektif lingkungan, anak bisa melihat perut bumi menanggung derita akibat aktivitas tambang yang masif dan tanpa henti. Pagi, siang, dan malam perut bumi dikorek, dilubangi, dan dilucuti segala isinya yang dianggap berharga oleh manusia. Setelah semua terkuras, lubang-lubang besar menganga, dibiarkan begitu saja.
Rusaknya alam dan lingkungannya adalah sebab dari rusaknya karakter manusia. Akibat sifat semena-mena dan serakah, alam menjadi murka, beragam nestapa pun tiba. Mengembalikan karakter manusia seperti dahulu yang hidup harmonis dengan alam adalah tugas bersama.
Pembentukan karakter sejatinya merupakan proses panjang dan berkesinambungan. Dongeng berpotensi menjadi salah satu alternatif untuk membentuk jiwa dan karakter anak yang cinta dan peduli dengan alam dan lingkungan. Dongeng mampu menanamkan kepekaan dan rasa tanggung jawab sejak dini kepada anak untuk menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan. Lewat pesan moral yang disampaikan, dongeng mampu membangun daya imajinasi yang melibatkan emosional anak. Dengan cara itu anak dapat memahami, merasakan, dan pada masanya merefleksikan betapa penting hidup berdampingan dengan alam dan lingkungannya.
Memaksimalkan Peran Dongeng
Pesan untuk menjaga alam dan lingkungan melalui dongeng bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik secara tradisional melalui lisan ataupun lewat kecanggihan teknologi melalui konten digital. Dengan pengemasan dan tampilan cerita yang menarik, mendengarkan dongeng akan memikat perhatian dan kepekaan anak-anak.
Baca juga:
Di samping itu, Indonesia membutuhkan lebih banyak penulis dongeng yang peduli dan mau mengangkat isu lingkungan. Khususnya dongeng yang diangkat dari nilai luhur budaya lokal. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama antara komunitas masyarakat dan lembaga pemerintahan untuk mewadahi lahirnya bibit-bibit penulis dongeng lokal dengan karya orisinal. Dari karya orisinal penulis lokal diharapkan akan muncul kisah-kisah yang menjadi maskot dongeng bertemakan alam dan lingkungan.
Agar tetap relevan, dongeng perlu beradaptasi mengikuti perubahan dan kebutuhan zaman. Teknologi informasi berdampak signifikan pada metode mendongeng. Manfaat mendongeng dengan metode tradisional tentu tidak akan sepenuhnya terganti, sebab terdapat interaksi langsung antara orang dewasa dan anak. Namun, elaborasi dengan teknologi sebagai realitas perubahan zaman adalah satu keniscayaan. Dengan kecanggihan teknologi, kini dongeng dapat divisualisasi secara nyata. Ini tentu akan menarik perhatian generasi alfa dan setelahnya yang notabene berteman akrab dengan “alam” digital.
Dengan tampilan yang lebih menarik, dongeng tampil secara digital dalam bentuk audiobook dan buku elektronik bergambar. Sebagai contoh dapat dilihat pada aplikasi Let’s Read yang dikembangkan oleh The Asia Foundation. Beragam tema cerita yang diangkat bersumber dari dongeng masa lalu dan masa kini, termasuk yang berkait dengan isu lingkungan.
Selain itu, mendongeng dengan cara tradisional juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kamishibai. Kamishibai adalah metode bercerita yang memadukan gambar dan mendongeng. Metode ini juga sangat disenangi anak-anak. Ciri khas yang membedakan metode ini dengan metode bercerita yang lainnya terletak pada penggunaan kotak kayu yang berisikan gambar-gambar yang mengisahkan rangkaian satu cerita. Sama seperti metode mendongeng tradisional, metode Kamishibai menekankan ekspresi bercerita yang mampu membawa imajinasi pendengar ke alam cerita yang disampaikan.
Dengan menyelaraskan kemajuan teknologi, keterampilan mendongeng, kebaruan cerita, keragaman tema, serta dukungan pihak terkait, bukan tidak mungkin akan lahir maskot cerita dongeng yang orisinal dari akar budaya bangsa Indonesia yang dulunya pernah hidup harmonis dengan alam dan lingkungannya.
Editor: Prihandini N