suka kesana kemari mencari kehidupan

Berakhirnya Era STY

Iqbal Pamungkas

3 min read

Timnas Sepak Bola Indonesia menutup tahun 2024 dengan menelan pil pahit setelah mengalami kekalahan saat melawan Filipina, Sabtu (21/12). Hasil tersebut membuat Tim Merah Putih gagal melangkah ke semifinal Piala AFF 2024. Kekalahan ini merupakan kegagalan ketiga sekaligus catatan terburuk Shin Tae-Yong (STY) dalam perebutan juara di Piala AFF, setelah dua kesempatan sebelumnya berhasil sampai semifinal di tahun 2022 dan menjadi runner-up di tahun 2020.

Inilah alasan pamungkas akhirnya PSSI memutus kontrak dengan STY.

Tersingkirnya timnas dari ajang antarnegara Asia Tenggara tersebut tentu menjadi tanggung jawab STY. Kendati demikian, tampaknya STY legowo menerima hasil tersebut, mengingat pemain yang dibawanya mayoritas pemain muda dan bukan pemain senior. Ia juga menambahkan, jika yang dibawa adalah pasukan terbaiknya, ia menggaransikan juara dalam turnamen ini. Dalih-dalih inilah akhirnya menjelma perdebatan hangat di jagat maya dan gorengan netizen.

Netizen sedari awal telah mewanti-wanti hal ini, lantaran pemilihan pemain yang dilakukan STY dianggap terlalu jumawa dan mengentengkan kejuaran ini. Di media X misalnya, banyak dari para fans, pundit, maupun akun-akun fanbase ramai-ramai memperbincangkan hal ini. Satu sisi, sebagian dari mereka mempersoalkan komposisi pemain yang dominan terlalu muda dan minim pengalaman. Padahal masih banyak pemain lain yang lebih berpengalaman layak dipanggil untuk tampil di kejuaran ini. Namun, di sisi lain, sebagian lainnya menganggap langkah ini sudah tepat untuk memberikan kesempatan kepada pemain muda unjuk gigi. Lebih-lebih Liga 1, turnamen lokal Indonesia, tengah bergulir sehingga para pemain sulit mendapat izin dari klubnya masing-masing.

Baca juga: 

Menyoroti hal ini, Erick Thohir, selaku Ketua PSSI, mengklaim komposisi pemain yang ada semestinya bisa melaju ke semifinal. Ia akan melakukan evaluasi imbas kegagalan di turnamen ini, tak terkecuali dengan STY. Atas performa yang kurang apik ini, kepercayaan netizen terhadap kepemimpinan STY pun mulai menurun. Hal ini terlihat tagar #STYOUT mulai bermunculan di lini masa. Apakah iya, ini waktu yang pas untuk ia harus angkat kaki dari Timnas? Lalu siapa sosok yang tepat mengagantikannya? Rasa-rasanya terlalu sembrono menilai performa STY apabila hanya menilik dari Piala AFF ini. Menurut padangan saya, kita perlu kembali menyusuri jejak perjalanan STY untuk menilai apa yang telah ia sumbangkan terhadap perkembangan sepak bola Indonesia, alih-alih menghakiminya secara sepihak.

Datang di Masa Kegelapan

STY pertama kali menangani Timnas Indonesia pada bulan Desember 2019, menggantikan Simon McMenemy yang dipecat. Kala itu Timnas sedang di masa terpuruk setelah mengalami lima kekalahan beruntun dan terjebak di peringkat ke-173 FIFA. Saya, Anda, dan seluruh fans pasti merasakan juga kefrustasian performa buruk Timnas waktu itu. STY kemudian hadir memberi kita harapan baru, semangat baru, dan warna baru. Setelah menunggu sabar lima tahun lamanya, impian tersebut akhirnya terkabulkan. Bersama STY, Timnas mulai merangkak naik dan mengalami peningkatan setiap tahun. Terbaru, saat tulisan ini dibuat, Timnas berada di tangga 130 dunia. Artinya, ia berhasil membawa posisi Timnas melesat 43 peringkat dunia sejak memulai bertugas sebagai nahkoda Garuda.

Kontribusi Perkembangan Timnas

Meskipun belum berhasil mempersembahkan gelar sejak pertama kali menangani Timnas, ia sebenarnya telah mengukir sederet prestasi yang membanggakan. Misalnya, ia mengantar Timnas ke Piala Asia via kualifikasi di dua kelompok usia yang berbeda. Pertama, ia membawa Timnas merasakan kembali atmosfer Piala Asia 2023 usai absen lebih 16 tahun. Kedua, sukses mengantar Timnas U-23 lolos Piala Asia U-23 2024. Ini merupakan kelolosan pertama bagi Garuda Muda sepanjang sejarah.

Selain itu, berkat kepemimpinan STY, cita-cita kita melihat Timnas bermain di Piala Dunia terasa semakin dekat. Pasukan Garuda kini sedang berjuang di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 dan sementara menempati klasemen ketiga di Grup C, yang hanya kalah dengan Jepang dan Australia. Sebuah langkah panjang dan pencapaian besar yang tidak pernah saya duga-duga akan terjadi secepat ini.

Baca juga:

Memunculkan Bakat-Bakat Muda

Komposisi pasukan Garuda yang mayoritas pemain-pemain muda bukan pertama kalinya terjadi di Piala AFF 2024. Pada Piala AFF 2020, ia banyak membawa pemain-pemain muda di bawah usia 24 tahun. Bermula dari situ, kepercayaannya terhadap bakat dan potensi anak-anak muda tumbuh. Kegemarannya membawa mayoritas pemuda ini terus berlanjut di kompetisi-kompetisi tingkat senior berikutnya, seperti Piala Asia 2024 dan kualifikasi Piala Dunia. Keberanian bertaruh yang ia tunjukkan tersebut patut diberi acungan jempol. Meskipun hasil pertandingan tidak sesuai yang diharapkan, memberikan kesempatan anak-anak muda meraup pengalaman sebanyak-banyaknya menjadi bekal pasukan Garuda menghadapi pertandingan sulit mendatang.

Masih Layakkah Dipertahankan?

Tentu saja masih sangat layak. Perkembangan pesat Timnas hari ini tentu tidak terlepas dari intervensi STY sebagai pelatih kepala—dedikasi, perjuangan, dan kerja keras. Apa yang dilakukannya telah menyelamatkan persepakbolaan kita dari masa-masa keterpurukan. Kini kita bangkit dan tengah berada pada koridor yang tepat.

Menurut saya, alih-alih menyudutkan STY, lebih baik kita menyoroti ekosistem dan visi persepakbolaan kita ke depan, mulai pada tingkat grassroot, akademi, hingga liga teratas. Perlu adanya perbaikan dan pemerataan secara menyeluruh. Hal ini sangat penting diperhatikan sebagai proyeksi jangka panjang persepakbolaan Indonesia, dimana generasi-generasi terbaik penjuru negeri terlahir.

Sebagai penutup, saya cenderung masih menyimpan kepercayaan dengan STY untuk tetap menunggangi Timnas, setidaknya hingga Kualifikasi Piala Dunia berakhir. Terlebih melihat performa pasukan Garuda yang kian berkembang dan menunjukkan tren positif. Untuk itu, perjalanannya bersama Timnas layak diberikan penghargaan dan apresiasi setinggi-tingginya. (*)

 

Editor: Kukuh Basuki

Iqbal Pamungkas
Iqbal Pamungkas suka kesana kemari mencari kehidupan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email