Dari Mesopotamia hingga Jakarta, karya sastra bisa hadir seiring perkembangan teknologi. Kitab Gilgamesh yang menceritakan tentang Raja Gilgamesh, hadir lewat tulisan di atas batu. Jakarta dengan Museum Macan menghadirkan berbagai karya seni kontemporer melalui lukisan, tulisan, hingga kerajinan tangan yang sering dibalut dengan teknologi canggih. Sastra selalu bisa hadir dan beradaptasi seiring perkembangan zaman, salah satunya melalui game esports.
Esports singkatan dari electronic sports adalah permainan kompetitif yang dimainkan secara individu maupun tim. Di Indonesia beberapa game esports yang terkenal adalah Mobile Legends: Bang Bang, Free Fire, Players Unknown Battleground (PUBG), Valorant, dan lainnya.
Game esports meraih atensi besar di Indonesia. Mobile Legends: Bang Bang sudah diunduh ratusan juta kali dan dimainkan oleh jutaan pengguna. Beberapa kompetisi esports bahkan bisa ditonton jutaan orang dalam satu kali pertandingan. Pertandingan Mobile Legends Professional League (MPL) season 14 pada salah satu pertandingannya ditonton hingga 2 juta lebih penonton.
Baca juga:
- Ngafe Yuk! Mau kafe literasi, kafe gamers, atau kafe konten?
- Gulali hingga Rentenir Pinjol: Tren Squid Game
Game-game dan kompetisi dalam esports sudah mulai memunculkan unsur-unsur karya sastra di dalamnya. Mobile Legends: Bang Bang, memiliki karakter yang khas dari sastra Indonesia, Gatotkaca yang rilis pada tahun 2017 dan Kadita yang terinspirasi dari Nyi Roro Kidul yang rilis di tahun 2018. Pada game Point Blank ada senjata Keris yang bisa digunakan dalam permainan.
Elemen sastra khas Indonesia juga hadir pada kompetisi games esport. Pada turnamen MPL muncul unsur Barong Bali sebagai tema desain turnamen. Kemudian pada Turnamen Piala Presiden Esports ada juga unsur karya sastra yang muncul berupa piala pemenang kompetisi dengan bentuk sayap burung garuda.
Wadah Kesusastraan Baru
Karya sastra yang tadinya hadir dalam bentuk-bentuk buku, cerita, dan film, kini berpotensi muncul lewat dimensi baru: game esports. Implikasinya penikmat game esports mendapat eksposur karya sastra saat bermain.
Game esports yang banyak digandrungi anak muda bisa menjadi potensi besar untuk sastra Indonesia di masa depan. Akulturasi karya sastra dan game esports dapat menjaga pemahaman dan pengetahuan unsur-unsur karya sastra, sehingga nilai-nilai budaya dan sejarah karya sastra tetap bertahan.
Memasukkan nilai-nilai sastra Indonesia ke dalam game esports bukan perkara mudah. Unsur-unsur sastra dalam game esports harus tetap relevan dengan game itu sendiri. Kehadiran Gatotkaca dalam Mobile Legends: Bang Bang misalnya, dilakukan demi meraih minat masyarakat Indonesia terhadap game tersebut, tetapi karakter Gatotkaca tetap disukai oleh para pemain. Kebutuhan karya sastra untuk eksis dan kebutuhan permainan tetap relevan, sehingga eksposur karya sastra bisa terjadi.
Cara ini juga dilakukan oleh game Arena of Valor (AOV) dengan memasukkan karakter Wiro Sableng sebagai salah satu hero-nya. Hasilnya, penikmat AOV di Indonesia menyambut secara antusias kehadiran karakter Wiro Sableng tersebut ke dalam game. Contoh lainnya, game PUBG Mobile menghadirkan fitur khas Indonesia bernama Nusa yang merupakan sebuah peta dengan banyak unsur-unsur budaya Indonesia di dalamnya. Fitur ini menjadi kolaborasi antara PUBG dengan Kemenparekraf untuk menghadirkan unsur Indonesia.
Akulturasi yang dilakukan oleh Mobile Legends: Bang Bang, Arena of Valor, PUBG, dan game lainnya bertujuan menarik atensi pemain Indonesia. Efek positif yang muncul adalah nilai-nilai sastra ternyata tetap bisa hadir dan dinikmati dalam wujud game yang memiliki pengguna dalam jumlah besar. Menghadirkan karakter game dengan sumber inspirasi dari karya sastra Indonesia menjadi cara yang efektif untuk mempertahankan nilai-nilai sastra di kalangan anak muda.
Di masa mendatang para seniman dan pengembang game esports bisa saling berkolaborasi menghadirkan unsur-unsur sastra dalam game yang tetap dapat diterima oleh penggunanya. Tujuannya menjadikan game esports tetap relevan dengan masyarakat Indonesia dengan adanya nilai-nilai sastra yang muncul.
Kolaborasi yang hadir misalnya bisa dalam bentuk cerita. Banyak sekali kisah-kisah sastra Indonesia yang bisa dijadikan inspirasi dalam game esports. Misalnya, kisah pahlawan Indonesia, cerita rakyat, atau cerita heroik dari novel-novel terkenal.
Baca juga:
Selain cerita, karya sastra juga bisa dihadirkan secara visual dalam game esports. Karya seni berupa lukisan, patung, atau kerajinan tangan lain bisa menjadi elemen yang dihadirkan di dalam game dalam berbagai bentuk dan kebutuhan. Keris yang hadir dalam game Point Blank bisa menjadi salah satu contoh yang bisa dimanfaatkan oleh para pengembang game esports.
Kutipan-kutipan terkenal dari sebuah karya sastra juga bisa dijadikan salah satu alternatif dalam akulturasi sastra Indonesia dengan game esports. Misalnya, Gatotkaca memiliki dialog dalam game yakni unity in diversity yang berarti Bhineka Tunggal Ika. Dialog tersebut bersumber dari Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular.
Akulturasi tersebut bisa menjadi inspirasi untuk pengembang lain dalam memasukkan unsur-unsur sastra ke dalam game. Kolaborasi ini membuat karya sastra dan pengembang game esport saling mengakomodasi menghadirkan game esports yang memiliki unsur-unsur sastra dan tetap memiliki peminat yang besar. (*)
Editor: Kukuh Basuki