Seorang pelajar yang mencoba memfokuskan diri pada tulisan lepas. Sembari melakukan aktivitas membaca, meresensi & berkebun di belakang rumah.

Marinaleda: Siasat Perlawanan sebuah Kota Kecil

Abdul Bais

3 min read

“Utopia bukan lamunan, itu adalah impian paling mulia yang pernah diimpikan orang. Impian yang melalui perjuangan dapat dan harus berubah menjadi kenyataan.” –Juan Manuel Sanchez Gordillo

Dan hancox seorang penulis lepas asal London, yang memiliki fokus kajian tulisannya kepada isu politik, musik, kebudayaan, dan gentrifikasi perkotaan (proses perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi di suatu wilayah). Dan, buku ini menjadi salah satu bentuk tulisan lepasnya, diracik dengan cerita-cerita yang reliastis pada masa-masa Spanyol mengalami kalang kabut terhadap kota-kota kecil yang ada dipinggiran sana. Cerita yang mengandung sejarah perjuangan seorang yang nantinya bakal menjadi wali kota di kota kecil tersebut, yakni Juan Manuel Sanchez Gordillo. Sebuah perjuangan dalam merebut kedaulatan dari tangan-tangan kapitalisme, untuk kemerdekaan yang hakiki.

Buku yang memiliki judul MARINALEDA: Eksperimen Kota Kecil Antikapitalis, diterjemahlan oleh Lita Soerjadinata. Mbak Lita, aku mengenalnya dari laman penerbit merjin kiri, terimakasih sudah mengenalkan kami dengan Hancox dan Gordillo. Ini membuktikan bahwa, kota-kota yang berada jauh dari jangkauan pusat pemerintahan kadang-kadang sering kali hanya dijadikan bahan pasokan pangan untuk memenuhi kepuasan dari orang-orang pusat perkotaan. Bahkan mereka menyempatkan untuk membuat keruh lingkungan desa-desa yang sedari awal sebagai tempat paling lestari dan kaya dengan bahan pokok kehidupan. Serupa nyanyian Nosstress yang menceritakan Bu Darmi, aku sering menyebutnya  dengan “Lingkungan dan kita adalah sepasang kekasih, tanpa sifat patriarki dan sok maskulin.”

Hancox seorang penulis dari buku ini memiliki harapan dan berkeinginan untuk menemui seorang tokoh penggerak dan sekaligus Walikota Marinaleda, yang jauh dari sentuh tangan orang-orang elit. Tokoh tersebut berasal dari daerah setempat. Ya, Marinaleda, memiliki semangat ala-ala Bakunin sang anarkis. Semangat yang dimiliki tokoh penggerak dari kota Marinaleda membawa petaka baik bagi masyarakat Marinaleda, meskipun akhir kisah dari seorang penggerak kontra revolusioner berujung klise. Tau kan apa itu artinya? Utopia yang berhasil meskipun hanya sebentar. Ya, Negara yang memang tak memiliki empati dan kepedulian kepada masyarakat itu, hancur berkeping-keping. Hal ini adalah yang paling aktual dari kemenjadian, dari kekalahan yang diperjuangkan.

Baca juga:

Okupasi Gordillo

Konsistensi sang penggerak jarang dimiliki oleh common sense, yang akhir-akhir ini tak sedikit termakan selogan manis, slogan identitas, baik ideologi praktis maupun doktrin agama. Meskipun pada bab-bab awal mengisahkan perjalanan yang asing dan jarang mendapat keuntungan konkrit, tapi pertemuan Hancox dengan beberapa kawan dari tokoh penggerak Kota Marinaleda menjadi hangat dan semakin panas serupa roti yang dipanggang ketika musim panas, kala temannya meluapkan kisah-kisah manuver Gordillo.

Gordillo kelahiran Spanyol dari kota yang masih terus diperjuangkan olehnya, sampai akhir hayat, sampai ia diduga gila dan mati dengan kegilaan. Di tengah-tengah bab yang berlalu, Hancox menceritakan kegagalan pertemuannya dengan Gordillo. Hancox berkeliling dan terus mencari. Namun, kisah yang dituturkan oleh kawan seangkatannya mempunyai banyak kemiripan dari data yang dibawa oleh Hancox. Beberapa foto ia perlihatkan kepada kawan dari Gordillo. Bahkan teks-teks hasil ceramah Gordillo juga ia paparkan di depan kawan-kawannya. Kala ia menikmati kopi di kedai perjuangan itu, terbesit suara mirip Gordillo. Tapi itu hanya ceramah rekaman lamanya.

Strategi pengoranisiran yang dilakukan oleh Gordillo cukup lama. Mulai dari membentuk komune-komune kecil, dari swakelola pangan hingga membentuk lumbung pangan dan koperasi mandiri. Dan, memimpin sabotase di supermarket-supermarket besar. Semuanya ia dedikasikan untuk keuntungan dan kesejahteraan masyarakat kota Marinaleda, dan yang teralienasi, yang kelaparan dan yang tak ada pekerjaan. Usaha yang melelahkan, bisa membuat pening dan capek. Tapi bagi Gordillo, capek sudah menjadi aktivitas yang biasa. Tujuannya adalah merdeka tanpa Negara dan aturan yang tergesa-gesa.

Upaya Pertemuan

Narasi tentang Gordillo dan data tentang Gordillo berjalan beriringan, muncul di kedai kopi bahkan tempat-tempat yang dulu pernah dijumpai oleh Gordillo. Ruh-ruh pengorganisirannya terasa betul, dan nampak tak terbengkalai di benak para pecintanya. Serasa terbawa ke dalam dunia yang dipenuhi oleh ruh-ruh perjuangan. Apakah itu ruh Hegel atau Proudhon? Aku mengiranya itu ruh Proudhon yang terpancar dari Bakunin. Penulis buku Marinaleda ini, mencoba untuk menghadirkan Gordillo yang telah lama hilang dari hadapan masyarakat, untuk di hidupkan dengan nyata lewat teks-teks cerita yang mungkin bagiku terlampau melejit. Dan, aku bertemu dengan Gordillo melalui bisikan Hancox di musim bunga lagi marak untuk bermekaran, panas menggosong jidat dan beberapa pepohonan merindu akan turunnya hujan.

Buku yang tertuang delapan bab, inimenghadirkan semangat perjuangan yang tanpa letih, payah dan pasrah. Dapat meregangkan otot otak dan engsel-engsel. Mampu merayu pembaca yang memiliki kepedulian terhadap pengorganisiran dan perjuangan dalam ruang-ruang –yang jauh dari kepopuleran. Demikian merupakan sebuah percobaan dalam membuat suatu daerah atau desa tanpa kapitalis, dan desa tanpa kebergantungan terhadap negara meskipun itu terlampau utopis. Dan, mungkin akan terjadi lagi di negara asalnya atau negara-negara lain. Namun melihat iklim yang terbangun di ruang perkuliahan yang saat ini aku masuki, kisah serupa Gordillo sudah jarang terdengar. Mungkin karena kampus yang memiliki orientasi tak sesuai dengan kehendak bebas individu manusia. Mungkin sebagian dari kami juga mengharapkan kehendak bebas itu.

Ya, lagi-lagi masih terlampau utopis. Gordillo bisa menjelma aku, kamu, bunga atau kucing-kucing itu. Setidaknya Dan hancox telah merambat bak gulma dan bunga-bunga liar di dalam benak para pembaca. Untuk saat ini hingga nanti. Harapannya adalah tersebar luasnya buku ini, baik di masyarakat umum lebih-lebih di kampus-kampus. Mungkin sudah tersebar luas mungkin juga tidak. Tujuan paling sederhana dari merebaknya buku ini secara gratis, ya supaya dapat menjadi surplus yang baik bagi generasiku, kamu ataupun kelak untuk orang-orang yang menaruh perhatiannya kepada penolakan atas kepadatan sistem yang diwariskan oleh kolonialis itu. Serta, kehancuran negara beserta aparaturnya yang fasis. Entah kapan ketentraman dan keharmonisan itu akan tiba. Tetaplah mengakar dan liar, dan mengalir serupa tulisan Dan Hancox. (*)

 

Editor: Kukuh Basuki

Abdul Bais
Abdul Bais Seorang pelajar yang mencoba memfokuskan diri pada tulisan lepas. Sembari melakukan aktivitas membaca, meresensi & berkebun di belakang rumah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email