Hanya pengangguran banyak pikiran

Kontrasepsi Bukan Berarti Seks Bebas

Ais

2 min read

Produk hukum berupa Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang (UU) Nomor 17 tentang Kesehatan kini telah mencakup beberapa program kesehatan termasuk kesehatan sistem reproduksi. Salah satunya Pasal 103 ayat 4 yang mengatur penyediaan alat kontrasepsi bagi anak usia sekolah dan remaja. Pasal tersebut kini tengah  menjadi polemik di masyarakat. Pasalnya aturan ini dianggap memfasilitasi seks bebas di kalangan anak remaja. 

Mengutip dari Media Indonesia, Majelis Ulama Indonesia mengkhawatirkan pelegalan zina, dalam artian hubungan seks di luar nikah. Oleh sebab itu MUI meminta agar aturan tersebut dikaji kembali. 

Sudah ada poin-poin terkait itu karena ada kekhawatiran pelegalan perzinaan. Kami sedang mengkaji itu. Insya Allah secepatnya akan ada respon dari MUI secara resmi,” kata Ketua Dakwah MUI Pusat Ahmad Zubaidi.

Polemik tidak hanya datang dari MUI, tetapi juga dari anggota dewan di lingkup nasional mau pun daerah. Sampai-sampai ini dianggap dapat membahayakan satu muka bumi dengan bencana alam yang maha dahsyat. Pasal tersebut ditakutkan dapat meningkatkan angka seks di luar nikah yang berbahaya bagi moral bangsa yang berketuhanan ini.

Jika melihat lagi dari sisi hukum, pada pasal 130 ketentuan lebih lanjut terkait sistem reproduksi, diatur dengan peraturan menteri. Artinya kepastian hukum masih belum implementatif karena terdapat delegasi kewenangannya seperti yang disebutkan pasal tersebut. Hal ini membuat peraturan tersebut tidak bisa langsung diimplementasikan sebelum mendapatkan delegasi dari Kementerian Kesehatan.

Perilaku Seks Berisiko

Tabunya pembahasan tentang seksualitas membuat anak enggan terbuka dan bebas dalam berdiskusi atau bertanya pada orang tua tentang seks. Hal itu sungguh ironis mengingat fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa anak remaja kebanyakan sudah aktif secara seksual. Dikutip dari DetikHealth persentase remaja perempuan yang melakukan hubungan seksual ada di angka 59 persen. Sedangkan pada remaja laki-laki berada di angka 74 persen.

Kenyataannya memang seperti itu! Di daerah saya saja, sepasang muda-mudi yang masih duduk di bangku sekolah menengah bahkan sengaja melakukan hubungan seksual di tempat tersembunyi yang menurut saya tidak layak. Mereka melakukannya tanpa pengaman, bahkan hingga si remaja perempuan hamil. Kemudian muda-mudi ini merekam aktivitas tersebut lalu menyebarkan konten mereka, seakan hal tersebut merupakan suatu prestasi.

Baca juga:

Buntut dari penyebaran bahwa mereka sudah melakukan seks itu mereka dinikahkan. Tentunya mereka masih minim wawasan tentang risiko kesehatan fisik, mental dan juga finansial. Usia pengantin perempuan juga masih tergolong dini untuk menjalani proses kehamilan. Mengutip dari Alodokter usia ideal perempuan untuk hamil adalah 20–30 tahun atau di awal usia 30-an. Menjalani kehamilan di bawah usia 20 tahun dapat dikatakan berisiko karena berdasarkan anatomi tubuh, perkembangan panggul perempuan pada usia tersebut belum sempurna sehingga dapat menyebabkan kesulitan saat melahirkan.

Manfaat Kontrasepsi 

Perlu kita pahami bahwa kontrasepsi tidak sebatas kondom saja. Beberapa remaja yang memiliki gangguan hormonal juga perlu mendapatkan akses terhadap pil kontrasepsi. Kebetulan saya memiliki kawan perempuan yang harus rutin minum pil KB untuk terapi hormon. Ia menjalani terapi itu karena hormonnya tak stabil, kadang menstruasi kadang tidak. Berat tubuhnya naik terus dan jerawat di wajahnya tak pernah mereda.

Jika kita melihat peluang bagusnya, regulasi ini berpotensi untuk menekan tingginya angka HIV dan penyakit menular seksual lainnya. Bagaimana dengan anak penderita HIV yang bahkan belum aktif secara seksual (dalam artian faktor genetik)? Walaupun cukup langka, bukankah ini menjadi suatu kemudahan bagi mereka yang benar-benar membutuhkan kontrasepsi?

Potensi lainnya yaitu memberikan edukasi bahaya penyakit seksual agar muda-mudi ini tidak sembrono dalam memutuskan untuk seks bebas. Jangan-jangan strategi ancaman neraka bagi penganut seks bebas sudah tak ditakuti oleh anak muda zaman sekarang. Mungkin sudah saatnya kita menebarkan teror bahaya penyakit kelamin yang tak kalah mengerikan dari azab neraka.

Edukasi Seks 

Aturan ini seolah menyangkal kalau perilaku seks berisiko hanya persoalan norma semata. Padahal kenyataannya, ini soal edukasi seks yang masih minim diketahui oleh anak-anak hingga remaja. Ketabuan pembicaraan seksualitas dengan orang tua mengakibatkan anak mencari informasi sendiri melalui umber-sumber yang tidak kredibel bahkan pornografi. Hal ini justru lebih berbahaya.

Sewaktu saya masih SD (2010), saya menemukan materi pendidikan seksual di bangku sekolah dasar. Tepatnya dalam materi penjaskes mengenai pubertas dan semacamnya. Tetapi mirisnya bagian kesehatan reproduksi yang tertuang dalam buku tidak disampaikan kepada anak didik sama sekali. Kemudian saya mulai memperhatikan gelagat anak laki-laki seusia saya yang mereka sebut ‘transaksi dewasa’ yakni bertukar video porno melalui bluetooth.

 Baca juga:

Tentu saya tak melapor, saya hanya mengamati saja. Sebab mereka seperti orang yang baru saja menerima uang milyaran rupiah, bukan senang mainnya. Bahkan dengan berlebihan menyebut nama alat reproduksi seperti baru saja menemukan kata kotor yang dianggap keren. Itu sedikit pengalaman saja saat saya masih anak-anak. Pengalaman tersebut, adalah salah satu bukti akibat tidak adanya pendidikan seksual yang tepat bagi anak.

Terakhir yang ingin saya tekankan kepada pembaca adalah pentingnya mempermudah akses terutama kepada mereka yang memang membutuhkan kontrasepsi. Dengan didampingi edukasi seks sesuai tahapan perkembangan mereka tentunya agar tak salah sasaran. Jangan sampai kita melihat persoalan seksualitas hanya dari perspektif moral saja tanpa membuka mata terhadap fakta di lapangan dan pengaruh faktor-faktor lain di sekitarnya. (*)

 

Editor: Kukuh Basuki

Ais
Ais Hanya pengangguran banyak pikiran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email