Sekolah dasar adalah lingkungan pendidikan formal yang paling awal untuk ditempuh oleh setiap insan. Sebagai sarana terdepan dalam mengenyam pendidikan maka penanaman nilai-nilai karakter positif menjadi suatu keharusan untuk disampaikan dalam setiap pembelajaran yang berlangsung. Nilai-nilai baik ini akan menjadi fondasi awal bagi generasi penerus bangsa agar mereka memiliki pijakan yang layak dalam melangkah untuk menyongsong masa depan.
Kurikulum pendidikan nasional sebagai panduan guna mencapai tujuan pendidikan nasional selalu mengarahkan agar pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa yang termaktub dalam ideologi bangsa, yakni Pancasila. Oleh sebab itu pendidikan dirancang agar mampu menghasilkan insan penerus bangsa yang memiliki karakter profil pelajar yang mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai luhur di dalamnya.
Ragam Karakter Peserta Didik
Menurut teori pengembangan kognitif Jean Piaget, ada 4 (empat) periode perkembangan kognitif, yakni periode Sensori-Motor (0 – 2,0 tahun), Pra-Operasional (2,0 – 7,0 tahun), Operasional Konkret (7,0 – 11,0 tahun), dan Operasional Formal (11,0 – dewasa). Berdasar teori tersebut dapat dinyatakan bahwa periode pengembangan kognitif di lingkungan sekolah dasar berada di periode Pra-Operasional, Operasional Konkret, dan Operasional Formal.
Setiap periode memiliki karakter tersendiri. Misalnya periode Pra-Operasional. Pada periode ini, selain merupakan masa transisi dari Pendidikan Anak Usia Dini ke Sekolah Dasar, karakter peserta didik di periode ini masih dalam tahap pengklasifikasian benda berdasarkan pada karakteristik tunggal. Artinya peserta didik baru dapat menentukan persamaan dan perbedaan benda, mengelompokan benda atau makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri tertentu atau berdasarkan sifat fisiknya seperti warna, bentuk, kekuatan, wujud, ukuran dan lain sebagainya. Pada periode ini peserta didik masih berkarakter egosentris, masih sulit memahami dan menerima pandangan orang lain.
Berbeda halnya dengan periode Operasional Konkret, di periode ini peserta didik mulai mengembangkan pendekatan sosiometri. Mereka mulai menjajaki pergaulan, untuk memilih atau menolak orang lain sebagai teman. Sifat egosentris perlahan mulai memudar saat berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan mereka mulai belajar menyesuaikan diri terhadap individu ataupun kelompok sosial tertentu.
Demikian pula dengan periode Operasional Formal, periode ini memiliki karakter tersendiri pula, misalnya peserta didik mulai membayangkan dunia yang ideal. Mereka mulai memahami bagaimana dunia ini seharusnya berputar. Mereka juga sudah dapat menentukan pilihan yang logis secara sistematis, misalnya dengan pertimbangan untung atau rugi. Dan mulai melakukan pemecahan masalah dengan memisahkan faktor individual dan sosial atau bahkan kombinasi dari keduanya.
Baca juga:
Mengapa Komunikasi Efektif adalah suatu keharusan?
Dengan beragamnya karakter di lingkungan sekolah dasar maka pendidik perlu menyesuaikan diri saat melakukan komunikasi dengan peserta didik sesuai dengan periode yang sedang dialami peserta didik. Kompetensi seorang pendidik untuk melakukan komunikasi kepada peserta didik dalam memberikan instruksi, motivasi, materi, serta menanamkan nilai-nilai karakter baik merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Oleh karena itu ketika informasi yang diberikan pendidik mampu diterima secara utuh oleh peserta didik maka tujuan komunikasi telah tersampaikan.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka pembelajaran harus berlangsung secara efektif. Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang mampu membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif maka diperlukan komunikasi efektif. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat sasaran. Artinya, pesan yang disampaikan oleh pendidik sampai kepada peserta didik dan peserta didik memberikan respons sesuai dengan harapan pendidik.
Komunikasi efektif pun mampu memberikan dampak atau respons yang menyenangkan. Agar terjadi komunikasi efektif, pendidik harus memiliki paradigma dan cara berpikir pada dirinya sebagai figur yang diperhatikan sehingga terjadi interaksi yang yang mendalam dengan peserta didik. Karena pada hahikatnya, pembelajaran yang terjadi, seyogyanya tidak hanya menyampaikan dan memindahkan pengetahuan semata. Lebih dari itu, pembelajaran adalah proses pembentukan sikap dan karakter serta pengembangan berbagai keterampilan sebagai bekal peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata.
Kiat Komunikasi Efektif
Seorang pendidik harus memiliki keterampilan mental (soft skills) yang baik, diantaranya keterampilan komunikasi. Hal ini dibutuhkan sebagai modal awal dalam melaksanakan pembelajaran sebagai proses pembentukkan aspek-aspek sikap dan nilai-nilai di kalangan peserta didik serta meningkatkan keterampilan-keterampilan yang tidak berwujud (intangible). Kompetensi peserta didik akan terlihat setelah menerima pembelajaran yang diberikan oleh pendidik yang memiliki keterampilan komunikasi yang kompeten.
Baca juga:
Pelaksanaan pembelajaran yang merupakan implementasi dari RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) membutuhkan kompetensi pendidik dalam meyampaikan tujuan pembelajaran. Dengan keterampilan komunikasinya, pendidik dapat membawa peserta didik melalui kegiatan-kegiatan tersebut dengan cara yang menyenangkan.
Prijosaksono dan Sembel (2002) dalam Ermanto dan Emidar (2013: 250-252) mengemukakan bahwa ada lima hukum komunikasi yang efektif (The 5 Inevitable Laws of Effective Communication) yang dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi komunikasi efektif yaitu “REACH” (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble). Situasi saling menghargai menciptakan suasana batin yang nyaman, karena kesetaraan adalah hal yang mutlak. Misalnya saat berbicara secara personal dengan peserta didik yang tinggi badannya lebih rendah maka pendidik sebaiknya agak membungkuk sedikit agar terjadi kontak mata yang sejajar. Dengan demikian peserta didik merasa dihargai karena pendidik melakukan tindakan yang menunjukkan kesetaraan. Kemampuan menempatkan diri dengan kondisi peserta didik menjadikan pendidik memahami keadaan peserta didik terlebih dahulu sebelum pendidik meyampaikan maksud dan tujuannya.
Cara penyampaian informasi harus dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Penggunaan media visual merupakan cara terbaik dalam menarik perhatian peserta didik. Pemilihan media, bahasa dan format, harus disesuaikan dengan fase peserta didik sehingga informasi dapat dipahami dengan mudah. Informasi yang disampaikan harus jelas, maka kualitas suara pendidik merupakan syarat mutlak yang dibutuhkan. Hal itu untuk menjamin kesamaan makna yang dimaksud antara pendidik dan peserta didik.
Aturan terakhir adalah rendah hati. Pengajar tidak menganggap peserta didik lebih rendah keberadaannya daripada pendidik. Dengan itu peserta didik akan merasa diperhatikan, dihargai dan diperlakukan dengan baik.
Komunikasi efektif merupakan keterampilan mental yang dapat ditingkatkan sehingga evaluasi dan refleksi dalam setiap pembelajaran merupakan suatu keharusan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pembelajaran di kemudian hari. Komunikasi efektif adalah kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dengan menerapkan kiat-kiat di atas, diharapkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar dapat meningkat dan pendidik maupun peserta didik dapat mencapai potensi terbaiknya sebagaimana yang tertera dalam tujuan pendidikan nasional. (*)
Editor: Kukuh Basuki