Sociology Student at Sunan Ampel Islamic University of Surabaya. Sociology & Philosophy Enthusiast.

Hapus Kasta Perguruan Tinggi

Muhammad Rifai Nugroho

1 min read

Pemeringkatan PTN di Indonesia menimbulkan kecemburuan sosial dan ketimpangan. Pemeringkatan ini membuat masyarakat menganggap mahasiswa kampus top 10 pintar. Selain itu, masuk kampus top 10 juga dianggap akan memudahkan peluang diterima bekerja. Tentu hal ini membuat para calon mahasiswa yang tidak masuk kampus top 10 merasa malu dan khawatir akan masa depan mereka.

Dampak dari Pemeringkatan Kampus

Selain ketimpangan dan kecemburuan sosial, publikasi jurnal juga terpengaruh karena adanya pemeringkatan perguruan tinggi ini. Dikutip dari The Conversation, pemeringkatan kampus berdampak pada banyaknya publikasi jurnal yang tidak memperhatikan kualitas serta dampaknya terhadap khazanah keilmuan. Hal ini tak jarang mendorong dosen membuat jurnal “predator” yang menyalahi aturan akademik.

Baca juga:

Pendidikan seharusnya menghasilkan individu yang jujur dan adil, sebab pendidikan merupakan pondasi setiap umat manusia untuk berubah menjadi lebih baik. Masyarakat, pihak kampus, maupun pemerintah sudah seharusnya bergerak bersama demi memberantas hal-hal buruk dalam pendidikan. Selain itu, perlu ada penyamarataan kualitas pendidikan tinggi khususnya di luar pulau Jawa. Jika diperhatikan, kampus top 10 masih didominasi oleh kampus-kampus di Pulau Jawa. 

PR Pihak Kampus dan Sekolah

Pihak kampus seharusnya tidak hanya fokus dengan pemeringkatan, tetapi juga fasilitas. Pihak kampus perlu berbenah untuk meningkatkan fasilitas dan fokus untuk mencetak mahasiswa yang kritis dan mampu berpikir kreatif, sebab tak jarang kualitas mahasiswa kampus  “top” tidak sesuai dengan branding kampus tersebut. Jika sebuah perguruan tinggi tetap ingin menunjukkan peringkatnya tidak masalah, tetapi dengan syarat tidak terlalu fokus pada pemeringkatan dan fokus terhadap pengembangan kualitasnya.

Baca juga:

Selain itu, pihak sekolah, teruma SMA, juga memiliki peran untuk mengapresiasi siswa yang kuliah di mana pun tanpa membandingkan tempat siswanya kuliah. Sangat sering ditemukan guru-guru SMA mengapresiasi siswa yang mampu masuk PTN, tetapi yang dibanggakan hanya mereka yang masuk kampus top. Sedangkan siswa yang masuk universitas negeri yang “biasa-biasa saja” atau swasta dipandang remeh. Hal ini sering membuat para pelajar merasa tidak dihargai sama sekali.

Saya termasuk orang yang mengalami hal tersebut. Guru-guru di sekolah banyak mengapresiasi siswa lain yang mampu masuk top PTN dibandingkan saya yang cuma masuk Universitas Islam Negeri atau UIN. Coba tanya sekitar Anda, apa yang mereka rasakan ketika melihat temannya yang mampu masuk kampus top dipuja-puja, sedangkan ia tidak mampu menembusnya? Dia pasti merasakan tekanan secara tidak langsung. Banyak siswa terkubur mimpinya karena dipandang sebelah mata oleh pihak sekolah.

Baca juga:

Masyarakat berperan dalam mengatasi ketimpangan ini. Mereka harus mulai menghilangkan stigma bahwa kuliah di kampus top akan membuat sukses karena kampus ini berisi orang-orang yang hebat. Hal ini bertujuan supaya para pelajar tidak tertekan ketika kuliah di perguruan tinggi yang tidak memiliki predikat top, sebab ketika saya bertanya kepada teman-teman saya sendiri di kampus, banyak dari mereka merasa salah kampus dan terbebani karena tidak bisa masuk top 10 PTN. 

Pemerintah, pihak kampus, maupun masyarakat sangat berpengaruh dalam perubahan pendidikan di Indonesia. Jangan sampai kasta-kasta dalam perguruan tinggi merusak pendidikan di Indonesia. Pendidikan semacam ini menyebabkan kualitas SDM yang ada tidak berkembang dan tidak menemukan inovasi terbaru. Para pelajar di Indonesia tidak mampu mengeluarkan potensi terbaiknya karena adanya stigma negatif ketika tidak masuk PTN dengan predikat top. Serta hal tersebut akan menyalahi cita-cita negara yang menyatakan negara harus mencerdaskan kehidupan bangsa.

 

 

Editor: Prihandini N

Muhammad Rifai Nugroho
Muhammad Rifai Nugroho Sociology Student at Sunan Ampel Islamic University of Surabaya. Sociology & Philosophy Enthusiast.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email