Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan. Saat ini sedang berkuliah di FH sekaligus FISIP di kampus 'pelat merah'.

Dasar-Dasar Ilmu Politik: Sebuah Kitab Klasik Anak FISIP

Raihan Muhammad

4 min read

Sebagai anak FISIP, saya adalah salah satu sosok yang (mungkin ?) mudah dikenali di lorong-lorong kampus: berambut gondrong, nyaris selalu berantakan, dengan jaket denim pudar yang melekat bak seragam, yang di belakangnya bertuliskan “Merdeka!”. Sejatinya, saya bukan sekadar berjalan, tetapi sering terlihat melangkah santai dengan gaya acuh, sesekali menatap dunia seakan penuh teka-teki yang menunggu dipecahkan. 

Di tangan kiri, saya kerap membawa ‘kitab suci’ saya—sebuah buku legend dengan judul yang sudah tak asing lagi di kalangan kami: Dasar-Dasar Ilmu Politik, sebuah magnum opus dari Prof. Miriam Budiardjo. Mungkin bagi sebagian orang buku ini hanyalah tumpukan teks akademik, tetapi bagi saya, ia lebih dari sekadar bacaan wajib; ia adalah sahabat karib yang setia menemani dari kantin hingga ruang diskusi, dari kelas yang membosankan hingga debat tak berujung di warung kopi pinggir jalan.

Buku ini—bagi kami, anak-anak FISIP yang kerap dicap sok kritis—adalah fondasi awal untuk memahami dunia yang penuh kontradiksi ini. Di balik halaman-halaman penuh teori dan konsep itu, tersimpan semangat pemberontakan kecil, semacam dorongan yang membuat kami bertanya lebih jauh tentang sistem, kuasa, dan apa yang tersembunyi di balik tirai retorika para penguasa. Saya mungkin tampak hanya seperti mahasiswa biasa, tetapi di balik jaket denim dan rambut gondrong ini, ada jiwa yang selalu haus akan pemahaman, selalu mencari, selalu menggali, hingga tak jarang terjebak dalam labirin pemikiran yang tak berujung.

Sekilas mengenai buku ini

Buku Dasar-Dasar Ilmu Politik dirancang sebagai panduan komprehensif bagi para mahasiswa—khususnya yang menempuh pendidikan di FISIP. Buku ini memuat pemahaman dasar tentang konsep-konsep utama ilmu politik, termasuk sifat, arti, dan perkembangan ilmu politik sebagai disiplin ilmu. Dengan pendekatan sistematis, buku ini menjelaskan bagaimana ilmu politik berhubungan dengan ilmu pengetahuan lain, seperti sosiologi, ekonomi, hukum, dan psikologi, yang semuanya berperan penting dalam membentuk perspektif politik yang holistik.

Sebagai ‘kitab suci’ bagi mahasiswa FISIP, buku ini membekali pembaca dengan pelbagai konsep politik yang mendasar, seperti negara, kekuasaan, kebijakan publik, dan sistem pemerintahan. Di dalamnya, terdapat penjelasan mengenai berbagai pendekatan dan teori politik, mulai dari pendekatan legal, perilaku, hingga pendekatan pilihan rasional. Buku ini juga menggali peran serta pengaruh partai politik, sistem pemilihan umum, hingga pembagian kekuasaan negara secara vertikal dan horizontal, yang kesemuanya menjadi landasan penting bagi mereka yang ingin mendalami dunia politik secara lebih dalam.

Baca juga:

Dengan susunan bab yang sistematis, pembaca dapat mengikuti alur logika ilmu politik secara bertahap. Buku ini tidak hanya memberikan pemahaman teoretis, tetapi juga memperkaya wawasan praktis terkait dinamika politik di Indonesia dan dunia. Pembahasan mengenai sistem pemerintahan, hak asasi manusia, serta peran partai politik di Indonesia, memberikan konteks lokal yang relevan dengan perkembangan politik di negara ini, sehingga menjadi referensi yang tak ternilai bagi para mahasiswa maupun praktisi yang ingin memperdalam pengetahuannya tentang politik dan kebijakan.

‘Kitab’ yang Tetap Relevan

Seperti sebuah karya klasik yang terus menyesuaikan diri dengan zaman, buku Dasar-Dasar Ilmu Politik ini telah mengalami pelbagai revisi sejak pertama kali diterbitkan. Tidak sekadar menyegarkan isi dengan data terbaru, setiap edisi barunya berusaha menyajikan pelbagai teori dan konsep politik agar tetap relevan di tengah perubahan sosial yang cepat. Pembaruan ini membuktikan bahwa ilmu politik bukanlah sesuatu yang statis, melainkan disiplin yang hidup dan terus berkembang.

Yang membuat buku ini istimewa adalah kemampuannya untuk tetap aktual, meski dunia terus berubah. Setiap kali disunting ulang, ‘kitab’ ini berhasil memasukkan refleksi atas kejadian-kejadian politik terbaru, baik di Indonesia maupun internasional. Pada setiap babnya, pembaca akan menemukan analisis yang tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga aplikatif, yang menjembatani konsep-konsep klasik dengan konteks kontemporer. Inilah yang menjadikan buku ini tetap menjadi ‘kitab suci’ bagi mahasiswa ilmu politik, dosen, hingga para praktisi yang ingin memahami dinamika politik di tengah arus globalisasi yang semakin kompleks.

Lebih dari sekadar buku teks, Dasar-Dasar Ilmu Politik bisa diibaratkan sebagai kompas yang membimbing kita dalam memahami pergeseran politik dunia. Dengan kerangka yang terus diperbarui, buku ini tidak hanya berbicara tentang sejarah, tetapi juga memproyeksikan bagaimana politik masa depan bisa berkembang. Dalam suasana politik yang semakin tidak menentu dan serba dinamis, buku ini tetap mampu memberikan panduan yang relevan dan tajam. Jadi, jangan heran jika buku ini masih menjadi rujukan penting, baik untuk akademisi yang kritis maupun mereka yang sekadar ingin melek politik.

Bahasanya mudah dipahami

Salah satu kelebihan dari ‘kitab’ ini adalah gaya bahasanya yang sederhana dan lugas. Tidak seperti banyak buku politik—yang sejauh ini saya baca—yang terkesan kaku dengan jargon akademis yang membingungkan, buku ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga cocok bahkan untuk mahasiswa semester awal atau bagi siapa pun yang baru mengenal dunia politik. Alih-alih membuat pembaca merasa tersesat di antara istilah-istilah rumit, penulis justru memandu mereka dengan penjelasan yang cukup jelas.

Buku ini dirancang dengan cermat agar konsep-konsep yang kompleks, seperti kekuasaan, kebijakan publik, dan teori politik bisa dipahami dengan mudah oleh pembaca pemula. Setiap bab disusun secara sistematis dengan penjelasan bertahap sehingga pembaca pun sebetulnya tidak perlu memiliki latar belakang ilmu politik yang mendalam untuk bisa mengikuti alurnya. Dengan pendekatan ini, buku ini tidak hanya berfungsi sebagai bahan ajar, tetapi juga sebagai panduan yang menyenangkan untuk menggali wawasan politik tanpa merasa terbebani oleh kerumitan teoritis.

Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan berbagai bagan, contoh kasus, dan studi kasus nyata yang relevan dengan kondisi politik. Hal ini membuat materi yang disampaikan lebih hidup dan kontekstual sehingga mahasiswa tidak hanya belajar dari teori, tetapi juga memahami bagaimana teori tersebut diterapkan dalam kenyataan. Dengan gaya penulisan yang komunikatif dan bersahabat, buku ini berhasil menjembatani kesenjangan antara teori akademis dan praktik dunia nyata, membuatnya ideal untuk siapa pun yang ingin mulai memahami seluk-beluk ilmu politik tanpa merasa kewalahan.

‘Kitab’ ini wajib dikhatamkan anak FISIP

Tidak berlebihan rasanya jika mengatakan bahwa Dasar-Dasar Ilmu Politik adalah semacam ‘kitab’ bagi kami—anak-anak FISIP yang “keras kepala” dan suka berargumen. Bagi mahasiswa di fakultas ini, buku ini bukan sekadar bacaan; ia adalah semacam ritual akademik yang harus dilalui jika ingin dianggap “sah” sebagai bagian dari ekosistem kampus. Mungkin ada yang berpikir kami hanya sekadar memegang buku ini untuk pamer, atau sebagai properti estetik semata. Namun, bagi kami, membaca dan menuntaskan buku ini adalah semacam rite of passage—proses pembentukan identitas sebagai manusia kritis yang berani melawan arus.

Baca juga:

Di pekan-pekan pertama masuk FISIP, para kakak tingkat tak jarang memperkenalkan buku ini dengan penuh khidmat, seolah mereka tengah menyerahkan pusaka turun-temurun yang tak boleh dikhianati. “Kalau belum baca buku ini, kalian masih anak bawang,” ujar salah satu kakak tingkat dengan tatapan tajam, setengah bercanda, tetapi jelas penuh arti, dan memang, cepat atau lambat, kami pun menyadari bahwa buku ini bukan sekadar koleksi teori yang rumit dan penuh istilah asing, tetapi lebih sebagai peta mental untuk memahami realitas politik yang sering kali tersembunyi di balik layar sandiwara kekuasaan.

Ketika terjebak dalam diskusi panjang soal demokrasi, hak asasi, atau oligarki di kantin atau di sudut gelap warung kopi, kami akan merujuk kembali pada halaman-halaman yang sudah penuh coretan dan stabilo warna-warni. Kami menyadari bahwa, pada akhirnya, konsep-konsep di dalam buku ini menjadi amunisi dalam setiap perdebatan, senjata yang kami bawa saat berhadapan dengan dosen yang skeptis, atau sekadar menjadi bahan refleksi pribadi saat merenungi kondisi bangsa yang semakin karut-marut.

Menghafal definisi negara versi para tokoh, seperti Soltau, Laski, Max Weber, dan Maclever, atau mencoba memahami sistem politik ditawarkan David Easton mungkin terasa melelahkan. Namun, itu adalah bagian dari perjalanan panjang yang harus ditempuh. Buku ini mengajarkan kami bahwa dunia tidak pernah hitam-putih, melainkan penuh dengan spektrum abu-abu yang tak terhingga. Jadi, jika kita ingin bertahan hidup di FISIP, menurut hemat saya, buku ini adalah sahabat terbaik kita—baik di dalam kelas, maupun di medan juang kehidupan nyata. (*)

 

Editor: Kukuh Basuki

Raihan Muhammad
Raihan Muhammad Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan. Saat ini sedang berkuliah di FH sekaligus FISIP di kampus 'pelat merah'.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email