Orang baru, tabe

Teacher Burnout

Muhammad Riszky

2 min read

Beberapa hari yang lalu berbagai media memberitakan data mengejutkan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Korea Selatan. Data yang disampaikan oleh anggota DPR dari Partai Demokrat, Jin Sun-mee yang menyebut hingga Agustus 2024, sebanyak 19 guru dilaporkan bunuh diri. Ia juga memaparkan dalam rentang kurun waktu 2015-2024 tercatat 168 guru bunuh diri.

Dalam sebuah liputan dari BBC News, salah satu kasus bunuh diri yang terjadi lantaran guru merasa tidak aman mengajar di sekolah. Liputan tersebut juga menjelaskan jika banyaknya orang tua yang berpendidikan tinggi menyebabkan guru seringkali dipandang rendah. Hal itu menyebabkan orang tua sensitif dan berfokus terhadap anaknya.

Hal tersebut menyebabkan tekanan mental yang tinggi terhadap guru-guru. Ditambah lagi budaya kerja yang kompetitif dan ekspektasi yang tinggi semakin memperburuk kondisi mental guru.

Guru merupakan salah satu profesi yang besar di Indonesia. Sebuah survei yang dilakukan oleh Jobplanet Indonesia pada tahun 2017 menunjukkan jika guru termasuk profesi dengan gangguan kesehatan mental yakni stres yang tinggi. Survei yang dilakukan pada 86.000 responden tersebut memasukkan guru sebagai 15 profesi dengan tingkat stres yang paling tinggi.

Setiap 10 Oktober secara global diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Pada tahun 2024 sendiri mengangkat tema ‘It is Time to Prioritise Mental Health in the Workplace’. Tema ini diangkat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di tempat kerja.

WHO pada tahun 2022 merilis, kerugian akibat tidak produktif di tempat kerja diperkirakan mencapai 1 triliun USD tiap tahunnya. Tsuyoshi Akiyama, Presiden World Federation for Mental Health menekankan kebutuhan akan kesehatan mental yang baik di tempat kerja tidak hanya bermanfaat bagi individu melainkan juga terhadap organisasi yang sehat dan produktif.

Baca juga:

Kajian yang dilakukan oleh Firdausyian, dkk tahun 2022 menunjukkan jika terjadi indikasi penurunan persentase gangguan kesehatan mental yang dialami oleh pekerja di Indonesia. Kajian yang diterbitkan oleh Universitas Gadjah Mada ini menjelaskan kondisi lingkungan kerja yang tidak kondusif dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang berdampak pada menurunnya produktivitas kerja.

Teacher Burnout

Teacher burnout dalam banyak literatur merupakan situasi psikologis atas respon dari stresor di tempat kerja yang ditandai dengan kelelahan mental, merasa terasing dengan dirinya sendiri hingga kurangnya pencapaian pribadi. Lunanta, dkk tahun 2022 dalam penelitiannya menjelaskan jika burnout yang mencakup kelelahan mental dan fisik yang terjadi dalam jangka panjang akibat tuntutan dari situasi.

RAND, sebuah organisasi riset yang berbasis di Amerika Serikat melaporkan sebanyak 59 persen guru mengalami burnout. Dari jumlah tersebut, sebanyak 90 persen menganggap burnout sebagai masalah yang serius dan berdampak pada keinginan untuk meninggalkan profesi sebagai guru.

Selain itu, hasil studi dari Copa National mengungkap sebanyak 29 persen sampai 40 persen guru melaporkan merasakan kelelahan mental. Sebanyak 47 persen mengaku kelelahan tersebut akibat pekerjaan mereka. Dampak yang ditimbulkan adalah 30 persen guru meninggalkan profesinya dalam waktu lima tahun,

Di Indonesia sendiri berbagai penelitian mengenai burnout pada guru telah dilakukan. Penelitian dari Palupi dan Pandjaitan tahun 2022 menunjukkan sebanyak 70 persen guru SMK pernah mengalami burnout pada pekerjaannya. Cahyani dalam penelitiannya tahun 2019 menyebut sebanyak 35 persen guru tergolong memiliki tingkat burnout yang tinggi.

Lunanta, dkk dalam penelitian dengan judul Peningkatan Kesadaran Guru mengenai Burnout untuk Mendukung Kesehatan Mental menjelaskan ciri terjadinya burnout pada guru. Pertama adalah emotional exhaustion, yakni guru merasa pekerjaannya sangat melelahkan dan menguras tenaga baik saat bertemu dengan siswa, rekan sesama guru hingga orang tua siswa.

Kedua yakni depersonalisasi yaitu saat guru berusaha untuk menghindari tuntutan pekerjaannya. Terakhir adalah menurunnya pencapaian pribadi, yaitu ketika guru merasa tidak kompeten dalam melakukan pekerjaannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Fahmi, Alfarizi dan Widiasmara tahun 2019 menunjukkan guru yang mengalami burnout berdampak pada rendahnya kebersyukuran. Selain itu dampak yang ditimbulkan adalah sulitnya melihat hal-hal positif yang telah dicapai.

Mengatasi Burnout

Minimnya pengalaman mengajar menjadikan guru-guru baru sulit untuk mengembangkan strategi dalam proses belajar mengajar. Memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan terhadap guru baru dapat meminimalisir terjadinya burnout.

Prasojo bersama 7 peneliti lainnya pada tahun 2022 menjelaskan guru yang memiliki sedikit pengalaman belajar cenderung mengalami lebih banyak burnout. Penelitian dengan judul Teachers’ burnout: A SEM analysis in an Asian context menyarankan agar sekolah memfasilitasi guru untuk mendapatkan pengalaman mengajar agar termotivasi untuk mengembangkan metode mengajarnya sendiri.

Cara lain yang dapat ditempuh dalam mengatasi teacher burnout adalah dengan pemberian pelatihan efikasi. Efikasi guru sendiri merupakan penilaian guru atas keyakinan terhadap kemampuannya dalam proses belajar mengajar yang menghasilkan keterlibatan siswa.

Lesmana, Septiana dan Seniati dalam penelitiannya tahun 2022 menjelaskan efikasi guru berpengaruh terhadap penurunan burnout. Studi yang melibatkan 303 guru tersebut menyarankan pelatihan untuk meningkatkan efikasi guru agar mampu mengenali potensinya dan terus mengembangkan kreativitas dalam proses belajar mengajar.

Pengetahuan terhadap teacher burnout sendiri penting untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran dalam mencegah terjadinya burnout. Hasil penelitian dari Lunanta, dkk menunjukkan pemberian psikoedukasi mengenai burnout terhadap guru meningkatkan pemahaman yang berdampak pada pengetahuan untuk mencegah dan mengelola burnout.

Upaya pencegahan burnout pada guru perlu mendapatkan perhatian serius bagi institusi pendidikan dan juga pemerintah. Hal tersebut untuk mencegah dampak jangka panjang terhadap performa dan kesehatan mental guru. Sekolah ideal adalah sekolah yang menciptakan lingkungan dalam mendukung kesejahteraan guru yang berimplikasi positif terhadap kualitas pendidikan dan kesejahteraan siswa. (*)

 

Editor: Kukuh Basuki

Muhammad Riszky
Muhammad Riszky Orang baru, tabe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email