Membaca Ayu Utami berarti membuka diri terhadap kemungkinan besar bahwa saya akan jatuh cinta pada laki-laki red flag dan hubungan aneh yang ia tulis. Selama ini, saya belum membaca karya-karya Ayu Utami karena alasan-alasan sederhana: (1) novelnya begitu tebal; (2) belum kuat memikirkan hal yang ia tulis; dan (3) tema yang ditulisnya kurang menarik bagi saya.
Kalimat tersebut pernah saya tulis di salah satu cuitan saya tentang bagaimana rasanya ketika di awal tahun saya justru menata ulang rak buku saya (yang tidak banyak isinya karena saya terlalu miskin untuk membeli buku fisik). Kemudian, saya menemukan bahwa pacar saya pernah membelikan novel Bilangan Fu yang belum pernah saya baca. Perasaan gabut yang gatal bersambut hawa musim-musim akhir tahun yang menyedihkan membuat saya menariknya dari rak dan mulai membacanya.
Baca juga:
Saya pertama kali membaca buku karya Ayu Utami pada 2022, yakni yang berjudul Manjali dan Cakrabirawa. Meskipun banyak mengisahkan hal menarik dan penulisannya luar biasa magis, saya hanya bisa memberi nilai buku tersebut 3 dari 5 dan menjadikan saya trauma terhadap karya-karya Ayu Utami.
Sebagai anak sastra, hal menarik tentang ketika membaca karya sastrawan sebernama beliau ialah saya enggan membacanya karena ia sudah terbiasa dibaca dan didiskusikan di kalangan pencinta sastra juga. Saya berani sumpah, jika saja saya bercerita kepada semua orang bahwa saya hanya membaca satu buku Pram, Bumi Manusia, dan masih enggan membaca karyanya yang lain; mungkin saya bakal dicap sebagai Yudas.
Membaca Manjali dan Cakrabirawa tidak membawa kesenangan yang menggugah bagi saya. Bahasan tentang geologi dan arkeologi yang disenangi Ayu Utami merupakan hal yang sangat tidak menarik perhatian saya. Ketika membaca Bilangan Fu, anehnya saya melupakan Manjali dan Cakrabirawa sama sekali, seolah-olah baru mengenal ekstasi dari ganja yang tanpa sadar pernah saya coba.
Bilangan Fu menggunakan sudut pandang Sandi Yuda, seorang laki-laki perkasa yang gemar militerisme dan agaknya membenci perempuan, kecuali kekasihnya sendiri (di berbagai sisi juga dia tidak menyenangi Marja, sang kekasih). Namun, pertemuannya dengan Parang Jati, seorang malaikat yang mengenalkannya ke pemanjatan bersih dan membuat mereka bertiga terlibat dalam cinta segitiga yang aneh, membuat Yuda mulai “merevisi” banyak hal dalam hidupnya.
Kisah cinta segitiga ini menjadi salah satu drama yang membuat Bilangan Fu tidak membosankan. Kisah cinta segitiga ini pula yang menjadi benang merah cerita karena mengandung pesan penting. Kisah cinta itu sangat tidak biasa karena mereka mengetahui dengan pasti ada segitiga tak kasat mata yang justru membuat mereka “nyaman” berbagi.
Namun, hal lain yang mengesankan dari Bilangan Fu ialah porsi bercerita Yuda yang justru banyak diisi oleh ceritanya mengenai Parang Jati. Yuda menceritakan Parang Jati seperti menceritakan kekasih. Ia menceritakan dari mana Jati berasal hingga masa kecil sahabatnya yang bermata sepolos bidadari itu. Saya meyakini bahwa Yuda tidak hanya mencintai Marja dan tidak bermasalah Marja membagi cintanya dengan Jati, tapi Yuda juga teramat mencintai Jati.
Bilangan Fu merupakan buku spiritual yang epik. Spiritualisme kritis yang ditulis Ayu Utami membuat saya berkali-kali terkesiap dengan apa yang saya baca.
Seri novel Bilangan Fu membahas tentang alam, kepercayaan, agama, dan bentuk-bentuk ketuhanan dengan dilapisi unsur sejarah nan kental membuat penceritaannya sangat kaya. Ayu Utami menuliskan banyak riset, pemikiran, dan unsur-unsur spiritual yang mungkin tidak begitu dipahami pembaca, tetapi cukup sukses membuat pembaca tercenung dan berpikir. Gaya bahasa dan penulisan Ayu yang vulgar dan tidak kenal sopan santun pun menjadikannya salah satu dari beberapa penulis Indonesia yang paling saya senangi.
Baca juga:
Meskipun saya tidak membaca rangkaian novelnya dengan urut, saya tetap bisa menikmati ceritanya. Dengan kata lain, tidak masalah membaca seri novel Bilangan Fu secara meloncat-loncat. Akhir kata, Bilangan Fu menjadi buku terbaik yang saya baca sebagai pembuka di tahun 2023.
Editor: Emma Amelia