Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sebelas Maret

Senja dan Kesehatan Mental

Ayu Alifah Nurleili

3 min read

Senja adalah fenomena di saat matahari terbenam dan langit menampilkan semburat warna merah dan jingganya. Sungguh keindahan yang tiada duanya. Menurut KBBI, senja adalah waktu menjelang gelap setelah terbenamnya matahari. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa fenomena senja berlangsung pada penghujung sore dan permulaan malam. Fakta uniknya, senja terjadi saat cahaya matahari yang berasal dari atmosfer atas menyebar dan menerangi atmosfer bawah dan pemukaan bumi. Pada saat itulah langit tampak seperti lukisan indah dengan suasananya yang syahdu.

Tak sedikit orang merupakan penikmat senja. Biasanya sambil menikmati senja, mereka mendengarkan lagu, piknik, membaca buku, atau bahkan ada yang hanya memandangi keindahannya untuk sekadar mencari ketenangan hati dan bertukar kisah. Bukan tanpa alasan melihat senja begitu digemari, ia seperti liburan atau healing yang bisa dibilang murah. Tak perlu mengeluarkan sepeser uang apapun untuk melihat senja. Hanya dengan melihat senja, pikiran bisa tenang, penat berkurang, dan beban hari itu seakan menghilang sejenak. Hal itu bak surga tersendiri, terlebih bagi orang yang tidak memiliki banyak waktu luang untuk bersantai bahkan bepergian.

Opacraphile, Si Anak Senja

Opacraphile, sebutan bagi orang yang menyukai senja. Opacraphile merupakan istilah yang berasal dari 2 bahasa, yaitu bahasa Latin dan Yunani. Istilah ini tersusun dari 2 kata, yaitu “opacare” adalah bahasa Latin yang berarti matahari terbenam atau senja, dan “phile” adalah bahasa Yunani yang memiliki arti cinta. Menjadi seseorang yang menyukai senja ternyata menunjukkan karakteristik dalam diri mereka. Penikmat senja biasanya memiliki kepribadian yang hangat, ramah, dan memancarkan aura positif. Selain itu, Opacraphile juga menunjukkan bahwa orang itu adalah pribadi yang menyukai alam, suka mencari kedamaian hati, dan suka kesederhanaan. Hal ini ditunjukkan dengan fenomena senja itu sendiri. Di mana momennya sederhana, hanya berupa hamparan langit yang menjingga dengan gradasi warnanya yang indah, namun terasa kehangatannya dan keindahannya. Seakan segala hal yang senja ini tunjukkan berhasil ditampilkan dengan sempurna.

Di balik itu, senja ternyata memiliki filosofinya sendiri. Senja menggambarkan bahwa segala hal akan bertemu dengan yang namanya perpisahan. Fakta yang tidak bisa dihindari. Namun,  di balik perpisahan tak selalu bermuara pada kesedihan, mungkin saja ada hikmah di dalamnya, barangkali akan ada peristiwa baik yang terjadi ke depannya. Dengan menjadi penikmat senja, kita bisa belajar untuk mencari hal-hal baik dari tiap kejadian, mendorong kita untuk berpikir positif dalam tiap peristiwa, dan secara tak langsung membuat kita menjadi pribadi yang  berbaik sangka pada rencana Yang Maha Kuasa. Bahwa, Tuhan adalah perencana terbaik bagi tiap umatnya.

Senja yang Memberi Ketenangan

Pada saat senja, langit akan memancarkan rona jingga dan merahnya. Bahkan, tak jarang juga menampilkan rona ungu. Warna-warna yang ditampilkan itulah yang menjadi sumber ketenangan dan kedamaian dari senja. Warna seperti jingga memberikan kesan hangat tersendiri bagi penikmatnya.

Senja memang diyakini bisa memberikan relaksasi. Selain itu, saat menikmatinya, kita bisa sambil refleksi diri. Sehingga, bisa lebih mengenal diri, mengurai masalah rumit di pikiran, menenangkan pikiran, hingga bisa mengurangi rasa jenuh dan lelah. Seseorang pasti pernah pada situasi jenuh atau lelah setelah menjalankan aktivitas seharian dan berkomunikasi dengan banyak manusia, solusinya adalah dengan mencari ketenangan, bukan? Ketenangan inilah bisa didapatkan saat melihat senja. Dilansir dari American Journal of Psychiatry, latihan relaksasi ternyata dapat mengurangi gejala kecemasan. 

Baca juga:

Mungkin saat menikmati senja, kita bisa sembari bertanya-tanya. Apa yang sudah aku lakukan hari ini? Apa hikmah dari hari ini? Apa yang harus kuperbaiki? Bagaimana aku hari ini? Bisa juga sambil mengucapkan kata-kata afirmasi dan kata-kata positif pada diri sendiri, seperti, aku sudah hebat hari ini, aku tenang, aku damai, semua masalah akan terselesaikan dengan baik, dan semua akan baik-baik saja. Dengan begitu, perasaan kita akan membaik dan tentu saja bisa meningkatkan rasa syukur pada diri kita sendiri. Dalam Journal of Positive Psychology, dijelaskan bahwa dengan memperbanyak berpikir positif atau menanamkan pola pikir positif dapat mengurangi gejala kecemasan dan depresi. Hal inilah yang tentunya memberikan dampak positif pada kesehatan mental kepada para penikmat senja. 

Dengan sering-sering menikmati senja, kita akan semakin peka dengan keindahan alam sekitar. Bahwa dunia tak begitu monoton. Hidup menjadi sedikit lebih bermakna.  Oleh karenanya, ini juga dapat memberikan dampak positif yaitu meningkatkan kadar kebahagiaan dalam diri kita.

Menikmati Senja dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

Siapa sangka? Hanya dengan menikmati senja bisa menjadikan mental kita membaik. Dengan memberikan ruang bagi kita untuk beristirahat sejenak dan merenung, sudah berdampak besar bagi kesehatan mental. Bagaimana tidak? dengan memberi ruang pada diri sendiri, kita sudah melakukan langkah-langkah mengurangi resiko stress. Dimana stress yang berlebih merupakan salah satu faktor yang menjadikan kesehatan mental terganggu.

Ternyata perasaan tenang saat menikmati keindahan senja dapat menimbulkan pelepasan hormon dopamin di otak yang bisa memicu perasaaan senang. Selain itu, dengan melihat warna-warna senja, dapat memperbaiki kualitas tidur kita. Dikarenakan, perubahan cahaya dari terang ke gelap, menjadi pengingat atau alarm bagi tubuh kita untuk beristirahat.

Rupanya, menjadi Si Anak Senja memiliki benefit positif untuk kesehatan mental. Mulai dari memberikan ketenangan diri, hingga mengurangi resiko stress. Apalagi, melihat senja bisa dibilang sarana hiburan yang murah, bahkan gratis. Kita juga bisa menikmati senja di manapun. Hanya perlu meluangkan tak lebih dari sejam, kita sudah bisa mendapatkan manfaatnya. Itu menjadi kesempatan yang bagus bagi orang yang padat jadwal hariannya. Maka dari itu, menikmati senja adalah sebuah opsi yang bisa dipertimbangkan untuk mengurangi rasa jenuh dan lelah. (*)

 

Editor: Kukuh Basuki 

 

Ayu Alifah Nurleili
Ayu Alifah Nurleili Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sebelas Maret

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email