Pernah belajar fisioterapi dan psikologi.

Rimpang: Perlawanan Tak Harus Lantang

kamarul arifin

3 min read

Efek Rumah Kaca (ERK) merupakan band asal Jakarta yang terbentuk sejak tahun 2001. Sejak awal dibentuk, band yang digawangi oleh Cholil Mahmud, Poppie Airil, Akbar Sudibyo, dan Reza Ryan ini konsisten menelurkan karya yang didominasi tema sosial-politik, begitu pun dengan album terbaru mereka yang bertajuk Rimpang yang rilis pada 27 Januari lalu.

Ada 10 lagu dalam album ini, kesemuanya berisi pesan-pesan yang tematik. Dalam ilmu botani, rimpang merupakan jenis tanaman yang tumbuh menjalar di bawah permukaan tanah dan dapat menghasilkan tunas dan akar baru dari ruas-ruasnya. Sama halnya dengan tema album Rimpang yang secara umum berisi pesan tentang kekecewaan dan kemarahan terhadap pengambil kebijakan di negeri ini. Kekecewaan dan kemarahan rakyat tidak selalu menjulang tinggi ke permukaan, tapi ia tetap terus tumbuh di bawah tanah, menghasilkan tunas-tunas baru dan menyebar luas.

Selain politik, Efek Rumah Kaca juga sering membicarakan tentang kemanusiaan dan kehidupan sosial. Tema tersebut juga tidak alpa dibicarakan dalam album Rimpang. Mungkin, pemilihan judul Rimpang terinspirasi dari puisi Wiji Thukul yang berjudul Bunga dan Tembok, yang membicarakan tentang bunga, yang menjadi representasi rakyat biasa yang lemah, tapi suatu saat akan mampu menghancurkan tembok-tembok kekuasaan jika bergerak bersama.

Baca juga:

Mari kita ulas bersama pesan yang terdapat dalam album Rimpang.

Fun Kaya Fun

Dalam lagu ini, Efek Rumah Kaca berbicara tentang kemajuan teknologi di masa sekarang. Kemajuan teknologi membuat segala kebutuhan kita semakin mudah. Apa-apa yang dulu hanya menjadi sebatas imaji, kini perlahan menjadi kenyataan.

Kemajuan teknologi tidak hanya memberi dampak positif, melainkan juga membawa dampak-dampak negatif. Kita semakin kehilangan kemanusiaan, kita semakin tergantung dengan gawai, dan jiwa-jiwa kita menjadi kosong. Kemudahan yang kita dapat, juga sering kali membuat kita lupa untuk menghargai proses. Dalam lagu ini, ERK juga menyinggung tentang algoritma media sosial yang lebih memahami kita, bahkan dibanding diri kita sendiri.

Bagai gendam, orang-orang berjingkrakan. Kerasukan Bebunyian, menyentuh jiwa-jiwa. Bergetaran. Teknik yang belepotan, visi pun berantakan. Teknologi dekatkan kita dari khayalan. Sulap bukan, sirep bukan, langsung masuk final Tak perlu penyisihan, siapa berani soal?”

Di lagu ini, ERK menambah nuansa baru dari segi musik dengan memanfaatkan teknologi terbaru. Alhasil, musiknya kedengaran semakin kaya dan membuat kita terbawa dalam pesan lagu tersebut.

Bergeming

Dia yang bahunya disandarkan, rebah. Nyeri sekujurnya tak jua diindah. Kereta semakin terguncang. Kita mendengkur, oh begitu tenang. Ia yang peluhnya direguk tak bersisa. Duri menusuknya.”

Lagu kedua dalam album ini menceritakan kehidupan urban, tempat manusia sibuk mengejar ekspektasi dan tuntutan hidup hingga ia kehilangan kemanusiaan dalam dirinya. Selain itu, juga terdapat pesan tentang orang-orang yang semakin egois, apatis, dan nirempatis terhadap sekitarnya.

Diammu serupa operasi. Tak ada empati simpati. Mencari selamat sendiri”. 

Heroik

Inilah lagu yang paling garang secara lirik. Berisi kekesalan terhadap para politisi dan pejabat publik yang sering kali berkoar-koar merasa paling berjasa dan paling heroik, tapi nyatanya hanya membela kepentingannya sendiri.

Kau berdebu. Pikiranmu. Isi hatimu. Merasa heroik. Memekik-mekik. Orang-orang bergidik. Peran yang kau pikul. Pamrihnya menyembul. Seolah jawaban tiada pertanyaan. Hanyalah igauan. Kau berkarat. Terbaca dalam niat dan tabiat. Kau berakrobatik. Menukik-nukik. Orang tersedak jijik.” 

Tetaplah Terlelap

Suasana dalam lagu ini sangat mellow dengan iringan musik yang sepi-mencekam. Isinya sindiran terhadap pengambil kebijakan, yang lebih baik mereka tertidur lelap daripada bangun dan bekerja yang justru meresahkan rakyat dan membuat hidup semakin sulit dengan kebijakan-kebijakan yang mereka buat.

Jangan lekas terjaga. Orang-orang kan menyelimutimu. Harapkan nyenyak selalu tidurmu. Suka cita rakyat jelata. Teruslah terlelap banyak yang akan selamat. Jika kau bangkit, hidup tambah sulit.” 

Sondang

Lagu yang bernuansa sangat gelap, baik dari sisi lirik maupun musik. Berkisah tentang seseorang yang sendirian memikul beban yang begitu berat. Seseorang yang berjuang sendirian, mencoba mencari teman di kumpulan orang; tak ada yang ikut datang dan mau berjuang bersama.

Mereka yang kau undang, tak kunjung dating. Lalu lalang ketakutan. Tak juga diam. Mereka yang kau ajak, tiada beranjak. Sumbu yang kau nyalakan padam sendirian.

Kita yang Purba

Lagu ini paling easy-listening daripada lagu-lagu lainnya dalam album Rimpang. Namun, tidak dengan lirik lagunya. Dalam lagu ini, ERK mempertanyakan tentang mudahnya nyawa melayang, seakan tiada harganya. ERK juga mengajukan pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan modernitas dan masa depan.

Jika jiwa hilang percuma. Bukan bencana, bukan petaka. Modernitas pecahkan problema. Apalah daya kita yang purba?

Ternak Digembala

Dalam lagu ini, ERK menggambarkan kehidupan kita yang tak ubahnya hewan ternak yang selalu diatur dan dikendalikan oleh “Si Penggembala”. Kita tidak punya kehendak atas diri kita sendiri. Kita selalu dicekoki dengan dogma-dogma agar terus ikut dan hanya pasrah menerima apa yang terjadi dalam hidup kita tanpa bisa protes.

Terkadang menyerupai kerbau. Dicucuk hidung ke padang hijau. Tuan bilang langit sedang marah. Ia melenguh langit berdarah. Satu waktu menjadi bebek. Bergumul di selokan becek. Berbaris di tanah yang lembek. Menunggu tuan siap membebek.”

Rimpang

Ini merupakan lagu yang paling singkat secara lirik, tapi berisi pesan yang sangat dalam dan penuh makna. Liriknya ditulis dengan sangat puitis dan indah oleh Cholil Mahmud sehingga membuat pesan lagu ini begitu tajam.

Pada setiap kecewa tumbuh menjadi batang, kan menjalar dengan kesabaran. Sembunyi di dalam klandestin. Dalam setiap derita kelak menjelma rimpang yang menyebar. Penuh ketabahan dan tak tertahankan. Meluap bagai lahar yang lama terbungkam. Amarah, muntah ruah.” 

Bersemi Sekebun

Lagu ini merupakan kelanjutan dari lagu Rimpang, masih dengan membawa pesan yang sama, yaitu tentang pergerakan. Perlawanan tidak harus selalu menjulang tinggi meninju angkasa, terkadang ia harus sembunyi di bawah tanah. Meskipun begitu, ia tetap tumbuh dan menyebar luas. Suatu saat, ia akan muncul dengan ganas. Dalam lagu ini, ERK berkolaborasi dengan rapper Morgue Vanguard yang membacakan sebuah puisi indah. Musiknya sangat dramatik dan teatrikal. Ini adalah lagu favorit saya dalam album Rimpang.

Manifesto

Sejak pecah ketuban kami lafalkan epos kesahajaan. Biar keras menulang, liat menantang, kecamuk di kehidupan. Isme-isme dibicarakan, mana yang pegangan, yang bukan. Manifesto siap diikrarkan. Makan malam bisa dilanjutkan.

Lagu penutup yang sangat liar dalam album Rimpang. Cholil Mahmud sangat piawai memilih kata dan merangkainya menjadi lirik lagu. Lagu ini seakan merupakan statement Cholil dan ERK sebagai seniman yang selalu berani menyatakan sikap dan pandangan mereka tentang fenomena sosial-politik yang sedang atau sudah terjadi.

 

Editor: Emma Amelia

kamarul arifin
kamarul arifin Pernah belajar fisioterapi dan psikologi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email