Kafe-kafe terus bermunculan di banyak kota di Indonesia. Tentu saja selama pandemi tak sedikit yang bangkrut dan tutup. Tapi itu tak menghalangi kafe baru untuk terus lahir.
Kafe-kafe tumbuh bagaikan follower selebgram yang sedang viral. Rasanya setiap satu minggu sekali pasti ada kafe baru. Di beberapa kota yang penghuninya banyak mahasiswa, misalnya Jogja dan Malang, suasana kafe sudah seperti suporter bola yang pergi menonton ke stadion, berdesak-desakan dan berdempet-dempetan. Bahkan di Malang, kafe ditetapkan sebagai bagian dari program ‘kampung wisata’ oleh Bupati Malang.
Setiap kafe pasti memiliki keunggulan tertentu yang ditonjolkan. Namun ada beberapa hal yang menurut saya sangat vital dan harus dimiliki setiap kafe, apa pun konsepnya.
Pertama, tentu menu yang beragam dan enak. Karena, kita pergi ke kafe ingin menikmati menu yang ada. Kedua, tempat yang nyaman, karena hal ini memengaruhi mood pengunjung. Menunya enak, tapi suasananya tidak nyaman tentu pengunjung enggan untuk kembali. Ketiga, untuk menarik perhatian jiwa-jiwa kismin yang merana, harus tersedia wi-fi.
Berdasarkan konsepnya, saya membagi kafe ke dalam tujuh jenis.
- Kafe Literasi
Jenis yang pertama ini saya beri nama kafe literasi, karena berdasarkan obrolan saya dengan sang empunya kafe, tujuan beliau mendirikan kafe tidak hanya mencari keuntungan ekonomi. Selain motif ekonomi beliau juga ingin meningkatkan literasi pengunjung. “Karena sayang apabila pengunjung nongkrong disini hanya minum kopi dan ngobrol ngalur-ngidul tidak jelas” begitu tutur salah satu pemilik kafe jenis pertama ini.
Untuk meningkatkan literasi pengunjung, biasanya diadakan diskusi atau seminar kecil-kecilan. Temanyapun cukup luas, tiap minggunya berganti-ganti. Kadang tentang politik, ekonomi, agama, atau bahkan workshop tentang dunia perkopian. Tidak jarang juga kafe jenis ini dipakai rapat atau diskusi oleh organisasi tertentu. Pengunjungnya pun kebanyakan aktivis organisasi mahasiswa.
- Kafe Otentik
Kafe jenis yang kedua ini pemiliknya adalah orang yang benar-benar mengerti kopi atau bisa disebut aktivis kopi. Hampir mirip dengan jenis yang pertama, pemilik kafe ini juga tak hanya mengejar keuntungan ekonomi. Mereka punya misi untuk mengedukasi pengunjung tentang kopi dan membantu kesejahteraan petani kopi. Jadi keuntungan pergi ke kafe jenis ini, selain bisa nongkrong enak dan menikmati racikan kopi yang sesuai standar, literasi kita tentang kopi juga akan bertambah. Di kafe-kafe jenis ini, para peracik kopi rumahan juga bisa meningkatkan keahilan.
Baca juga: Seruput Kopimu, Ada Rezeki Banyak Orang di Situ
- Kafe Gamers
Kafe jenis ini termasuk yang paling jarang saya kunjungi. Sebab, kafe jenis ini hanya mengandalkan wi-fi. Menu dan suasana tempatnya seringkali mengecewakan. Pengunjungnya jelas didominasi para gamers , yang tidak peduli dengan menu dan suasana. Kursi di Kafe jenis ini seringkali tidak layak dan jelas tidak enak dibuat nongkrong. Selain itu jarak antar kursi juga terlalu mepet.
- Kafe Musik
Mirip dengan kafe gamers, kafe jenis ini yang menjadi daya tariknya bukan kopinya melainkan adanya live music. Bahkan yang saya ketahui beberapa kafe mengadakan live music setiap hari. Menu di kafe ini justru lebih banyak minuman manis ketimbang kopi. Mulai dari milk shake, aneka variasi sirup, atau beberapa jenis jus. Pengunjungnyapun kebanyakan bukan penikmat kopi bahkan bisa dibilang jarang sekali yang memesan kopi.
- Kafe Konten
Kafe konten adalah jenis kafe yang Intagramable. Jika kita mau lebih detail lagi kafe jenis ini bisa dibagi menjadi dua macam, yaitu kafe yang mengandalkan spot foto buatan dan spot foto alami. Spot foto buatan yang saya maksud adalah desain interior dari kafe yang bersangkutan. Temanya pun bermacam-macam, ada yang minimalis tapi elegan, ada juga yang temanya mewah, atau yang mengambil tema vintage.
Sedangkan spot foto alami yang saya maksud adalah kafe jenis out door, yang mengandalkan pemandangan alam. Sebagian besar kafe ini cukup hemat karena tinggal menyediakan kursi dan meja yang layak dan nyaman.
- Kafe Workers
Kafe workers adalah jenis kafe yang dimiliki oleh pemodal besar. Tempatnya sangat nyaman dan menunya juga mewah, bukan kaleng-kaleng deh pokoknya.
Kafe Workers sangat cocok dijadikan sebagai tempat mengerjakan tugas kuliah atau sebagai coworking space. Fasilitasnya cukup menunjang, mulai dari wi-fi yang kencang, tempat duduk yang nyaman, dan ada AC lagi. Oh ya, susananya juga cenderung tenang. Kalau pun ada yang membuat perasaan tidak nyaman, itu adalah harga menunya hehe..
- Kafe Egaliter
Di warung kopi egaliter, semua orang bisa datang, menikmati kopi dan makanan, tanpa khawatir harga. Ojol, ojek pengkolan, mahasiswa yang sedang bokek, bahkan dosen dan semua orang dari profesi apa saja. Di sini cukup mengeluarkan uang Rp.3.000 sudah bisa mendapat segelas kopi. Di kafe model ini biasanya juga menerima kasbon. Cocok banget deh buat nongkrong rame-rame. Kafe jenis ini biasanya disebut warung kopi, tapi banyak juga menggunakan istilah kafe, mungkin agar terasa lebih gaya dan mengikuti tren.