Part-time researchers, for full-time working-class sovereignty

Koperasi: Kemandirian Ekonomi dan Otonomi Politik Kelas Pekerja

Zidan Faizi

2 min read

Apa lagi yang menjadi cita-cita perjuangan gerakan buruh jika bukan kebebasan dari segala bentuk penindasan? Kebebasan sejati ini tidak akan pernah tercapai selama kelas pekerja tetap terperangkap dalam struktur kapitalisme yang mengharuskan mereka menukar waktu, tenaga, bahkan hidup itu sendiri demi upah yang selalu lebih rendah daripada nilai kerja yang mereka hasilkan. Penindasan ini bukan sekadar anomali, melainkan bagian integral dari sistem yang menciptakan dan memelihara hubungan buruh-pengusaha.

Hanya dengan membebaskan diri dari struktur ini, kelas pekerja dapat merebut otonomi sejati. Salah satu jalur yang memungkinkan adalah melalui pengorganisasian ekonomi kolektif yang berbasis koperasi, di mana kesetaraan dan kolektivitas menjadi dasar utama. Artikel ini akan membahas bagaimana koperasi pekerja dapat menjadi alat transformatif untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dan akhirnya membuka jalan bagi otonomi politik kelas pekerja.

Kemandirian Ekonomi: Syarat Mutlak Kebebasan Politik

Sebagaimana telah terbukti secara historis, perjuangan buruh yang hanya berfokus pada perbaikan kondisi kerja dan peningkatan upah sering kali hanya menghasilkan kemenangan sementara. Ketergantungan pada upah menjadikan buruh tetap rentan terhadap fluktuasi ekonomi, kebijakan perusahaan, dan krisis kapitalisme. Oleh karena itu, perjuangan buruh harus melampaui tuntutan reformasi dan mengarah pada transformasi mendasar dalam cara mereka memenuhi kebutuhan hidup.

Koperasi pekerja adalah salah satu bentuk organisasi ekonomi yang memungkinkan buruh mengorganisasi diri secara otonom. Koperasi bukan sekadar entitas bisnis; ia adalah ekspresi dari solidaritas dan kolektivitas, di mana anggota secara bersama-sama memiliki dan mengelola kegiatan ekonomi. Dalam koperasi pekerja, peran pengusaha dihapus. Buruh menjadi pemilik sekaligus pengelola. Dengan demikian, ketimpangan struktural dalam hubungan buruh-pengusaha yang mendasari penindasan dihilangkan.

Baca juga:

Koperasi: Alternatif Kolektif di Tengah Krisis Kapitalisme

Pengalaman dari negara-negara industri maju menunjukkan bahwa koperasi memiliki daya tahan yang luar biasa terhadap krisis ekonomi. Di Prancis misalnya, krisis ekonomi global 2008-2011 justru mendorong pertumbuhan koperasi pekerja sebesar 14,2% (Eum, Dovgan & Terrasi, 2012). Ketika perusahaan-perusahaan bangkrut, pekerja menggunakan dana kompensasi mereka untuk membeli dan mengubah perusahaan tersebut menjadi koperasi. Transformasi ini tidak hanya menyelamatkan pekerjaan mereka tetapi juga menciptakan struktur ekonomi yang lebih adil dan kolektif.

Koperasi pekerja juga terbukti lebih tahan terhadap guncangan ekonomi dibandingkan perusahaan kapitalis. Menurut laporan International Labour Organization (ILO) pada tahun 2009, koperasi di berbagai sektor menunjukkan kinerja yang lebih stabil selama resesi ekonomi global. Di sektor perbankan, bank koperasi bahkan tidak mengalami kebangkrutan di tengah krisis yang menghancurkan bank-bank kapitalis.

Potensi Gerakan Buruh di Indonesia

Di Indonesia, gerakan buruh memiliki potensi besar untuk membangun kekuatan ekonomi berbasis koperasi. Terdapat tiga faktor utama yang mendukung hal ini:

  1. Basis Anggota yang Kuat: Data Kementerian Tenaga Kerja tahun 2015 menunjukkan bahwa ada lebih dari 3,4 juta anggota serikat pekerja di Indonesia. Jumlah ini mencerminkan kekuatan kolektif yang besar.
  2. Struktur Organisasi yang Tertata: Gerakan buruh telah berhasil mengorganisasi anggotanya melalui berbagai tingkatan, mulai dari serikat pekerja tingkat perusahaan hingga federasi dan konfederasi. Struktur ini mencerminkan kapasitas koordinasi yang baik.
  3. Pengalaman dalam Pengorganisasian Politik: Dalam beberapa tahun terakhir, gerakan buruh menunjukkan dinamika baru dengan berpartisipasi dalam agenda politik di tingkat legislatif dan eksekutif. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kapasitas untuk mengorganisasi kekuatan di luar tuntutan ekonomi.

Dengan potensi ini, koperasi dapat menjadi alat strategis untuk membangun kemandirian ekonomi buruh. Misalnya, melalui iuran bulanan sebesar Rp20.000 per anggota, sebuah konfederasi dengan 200.000 anggota dapat menghimpun dana 4 miliar rupiah per bulan atau Rp48 miliar per tahun. Dana ini dapat digunakan untuk membangun koperasi yang menyediakan kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, dan perumahan bagi anggotanya.

Koperasi sebagai Sarana Emansipasi

Dalam koperasi, modal bukanlah alat eksploitasi melainkan alat solidaritas. Dana yang dikumpulkan anggota tidak hanya digunakan untuk kegiatan usaha bersama tetapi juga tetap menjadi milik anggota. Dengan simpanan sebesar Rp10.000 per bulan, sebuah koperasi dengan 200.000 anggota dapat mengumpulkan 2 miliar rupiah per bulan atau 24 miliar rupiah per tahun. Dana ini dapat digunakan untuk:

  1. Membangun Ketahanan Pangan: Membeli lahan pertanian untuk memproduksi kebutuhan pangan anggota secara kolektif.
  2. Penyediaan Sandang: Membuka unit produksi tekstil yang dapat memenuhi kebutuhan pakaian dengan harga terjangkau.
  3. Pembangunan Perumahan: Menyediakan hunian layak bagi anggota koperasi.
  4. Akses Pendidikan dan Kesehatan: Membangun fasilitas pendidikan dan kesehatan berbasis kolektif.

Dengan demikian, koperasi dapat secara bertahap menggantikan peran struktur kapitalisme dalam memenuhi kebutuhan hidup buruh. Pada titik ini, buruh tidak lagi bergantung pada upah untuk bertahan hidup, melainkan menjadi pemilik dari aktivitas ekonomi yang menopang kehidupan mereka.

Kemandirian ekonomi adalah syarat mutlak bagi otonomi politik kelas pekerja. Tanpa kemandirian ekonomi, perjuangan politik buruh hanya akan terjebak dalam batasan-batasan sistem kapitalisme yang eksploitatif. Koperasi pekerja menawarkan jalan keluar dari kebuntuan ini dengan menciptakan struktur ekonomi alternatif yang berbasis kolektivitas dan kesetaraan.

Sebagaimana diajarkan sejarah, kebebasan sejati tidak pernah diberikan; ia harus direbut. Maka, kelas pekerja harus memanfaatkan potensi besar yang mereka miliki untuk membangun kemandirian ekonomi melalui koperasi. Dengan cara ini, mereka tidak hanya membebaskan diri dari belenggu kapitalisme tetapi juga menciptakan fondasi bagi otonomi politik yang sejati. Koperasi adalah alat emansipasi; melalui koperasi, kebebasan yang selama ini hanya menjadi cita-cita dapat diwujudkan menjadi kenyataan. (*)

 

Editor: Kukuh Basuki

 

Zidan Faizi
Zidan Faizi Part-time researchers, for full-time working-class sovereignty

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email