Perempuan Madura yang sedang berkuliah di Universitas Brawijaya.

Baim Wong: Pencari Cuan di Lautan Kemiskinan

Aurelya Pratiwi

2 min read

Baim Wong kembali membuat netizen geram lantaran membuat konten tentang anak dengan rambut penuh kutu dari Karanganyar. Saya yang penasaran akhirnya mencari video tersebut. Tak tanggung-tanggung, dari akun YouTube Baim Paula, terdapat enam video yang berhubungan dengan anak tersebut. Selain tangguh dalam menghadapi cercaan, Baim Wong benar-benar seorang pencari cuan dan layak mendapat gelar “si paling dermawan”.

Poverty Porn

Masyarakat kita memang mencintai produk olahan tentang kemiskinan. Ini bukan hal yang baru. Setiap tahun, kisah-kisah inspiratif tentang anak keluarga kurang mampu yang lolos masuk universitas jadi langganan cerita yang sayang untuk dilewatkan. Televisi pun turut mengadopsi perilaku serupa.

Kebanyakan dari kita pasti sangat familier dengan program Orang Pinggiran yang biasa muncul di layar kaca. Selain di program televisi, wajah orang miskin juga kerap hadir pada kegiatan donasi. Foto orang miskin di pinggir jalan, anak-anak terlantar, atau individu kelaparan dipakai untuk menarik simpati. Tempelan-tempelan seperti ini dipasang bukan tanpa tujuan. Tanpa disadari, psikologis seseorang jadi lebih “melunak” karena melihat hal-hal tersebut.

Golongan menengah ke bawah adalah kelompok yang paling sering mengonsumsi tayangan televisi karena kegiatan tersebut adalah wisata murah bagi mereka. Bayangkan ketika banyak orang terbiasa mendapatkan tontonan tentang kemiskinan dan hal tersebut kemudian menjadi sesuatu yang “menghibur”.

Kisah hidup orang miskin memang mengarah pada sesuatu yang sentimental. Inilah kunci yang dipegang Baim Wong untuk menarik simpati penonton. Ia menjual kisah-kisah perjuangan seseorang dalam menghadapi susahnya hidup, lalu memolesnya dengan memberikan bantuan yang jumlahnya fantastis. Begitu menyedihkan mengetahui bahwa beberapa orang menjadikan konten-konten tentang kemiskinan sebagai bisnis yang menjanjikan.

Sebenarnya fenomena ini memiliki istilah yang disebut poverty porn. Poverty porn mengacu pada perilaku menampakkan kemiskinan untuk mendulang simpati. Bentuk eksploitasi seperti ini makin menjadi dengan adanya media sosial dan budaya clickbait.

Bukan tidak mungkin ratusan konten tentang kemiskinan yang ada di kanal YouTube milik Baim Wong mendatangkan pundi-pundi uang. Hal tersebut kemudian membuatnya semakin ketagihan untuk memproduksi konten serupa. Ia juga berhasil menarik simpati publik. Ini terbukti dari jumlah subscriber yang menginjak angka 20,8 juta. Belum lagi ungkapan-ungkapan kagum yang bertebaran di kolom komentar YouTubenya.

Baca juga:

Membangun Citra di Depan Kamera

Siapa yang tidak senang dengan pujian dan menjadi seorang panutan? Mungkin ada yang tidak senang, tetapi kebanyakan orang pasti menginginkannya. Pada era digital seperti sekarang, dunia di depan kamera bisa menjadi tempat potensial untuk memperoleh kedua hal tersebut. Caranya mudah, cukup dengan membangun citra positif di depan kamera.

Seperti capres menjelang pemilu, Baim Wong meniru pola yang sama. Ia hadir bak seorang penyelamat untuk orang-orang yang tengah tenggelam di tengah lautan kemiskinan. Begitulah citra seorang Baim Wong di mata para pengikutnya yang setia.

Apabila masih memiliki batasan, upaya membangun citra positif tentu tidak menjadi masalah. Namun, ketika membangun persona, ada kemungkinan seseorang tergelincir ke dalam lubang pencitraan. Inilah yang biasanya luput dari prasangka kita.

Jika Anda ingin dikenal sebagai orang kaya yang gemar membagikan harta, Anda tinggal memberikan sejumlah uang dengan tangan kanan, sementara tangan kiri memegang kamera. Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa perilaku seperti ini berpotensi untuk menjadi penyakit. Seharusnya kemiskinan tidak disorot dari sisi menyedihkannya saja. Kemiskinan yang dipertontonkan harus mampu membuat penonton menilik lebih jauh peran pemerintah dalam memutus lingkaran setannya. Namun, sepertinya konten-konten Baim Wong belum bergerak menuju ke arah sana.

Menuju Baim yang Lebih Baik

Apabila ditelusuri lebih jauh, konten-konten tentang kemelaratan orang lain memang menjadi salah satu ciri khas dari kanal YouTube Baim Paula. Menurut saya, fenomena seperti ini hendaknya tidak semakin menjamur. Membungkus konten-konten masalah struktural seperti kemiskinan dengan bungkusan yang terkesan indah, seperti mengaburkan masalah inti dari kemiskinan itu sendiri.

Perlu disadari bahwa “bagi-bagi duit” setelah menyodorkan kisah rakyat miskin ke depan publik dan ditonton oleh jutaan orang adalah perilaku tidak etis. Masalah kemiskinan tidak berhenti karena Baim Wong yang murah hati memberikan sejumlah bantuan kepada mereka.

Dengan jutaan pengikut, Baim Wong sebenarnya bisa menjadikan media yang ia miliki untuk memfasilitasi suara orang-orang yang mungkin selama ini terpinggirkan daripada sekadar memenuhi dahaga dirinya sendiri dan penontonnya atas perjuangan rakyat miskin. Saya tidak berharap banyak, tetapi bukankah Baim Wong bisa menampilkan konten yang lebih baik lewat cuan dan kekuatan yang ia punya?

 

Editor: Prihandini N

Aurelya Pratiwi
Aurelya Pratiwi Perempuan Madura yang sedang berkuliah di Universitas Brawijaya.

2 Replies to “Baim Wong: Pencari Cuan di Lautan Kemiskinan”

  1. aku baru baca utas kaka tentang konten baim wong yang menjual kemiskinan, lain kali aku mau mampir lagi buat baca blog-blog kaka yang lain. semangat terus kak buat blognya🤗

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email