bus transjakarta
ke scbd pagi hari dengan tubuh dingin dan hati yang belum terbakar benar. jalanan menyalak dan mengibaskan ekor. ada ruang kosong di kepala yang mesti diisi sebab semalam baru saja kau bakar. kau datang dengan tubuh asin dan letih. dari lantai tujuh rusun membuka jendela, berdiri di teras sempit tempat menjemur celana dalam, dan teriak ke luar: hwaa!
kita mengikhlaskan dua jam hidup pulang-pergi hampir setiap hari. kita merasa berhak bermalam tak di dunia ini. ada jendela yang bisa kubuka dari belakang punggung tanpa melepas bajumu. ada pintu yang bisa kubuka pelan-pelan dari kedua sisi pinggangmu. ada anak tangga yang lurus ke atas dan ke bawah tanpa ujung dari pusarmu. ada kampung halaman yang menyala redup ketika kau menatapku dengan bahasa ibu.
–
chill
ngggggggg tin ngggggg mbrmmm nggggg tinnn SEMUA GRATIS ONGKIR
videotron led di sana-sini berebut detik-menit lamunan orang-orang yang sedang sebal di tengah-tengah macet sementara beberapa orang lebih penasaran kenapa videotron itu tak meledak di cuaca sepanas ini di antara plat b plat d hitam putih silver bus minitrans antri di jalan menghadap kaca-kaca tower yang saling memantulkan saling gagah-gagahan UFC MALAM INI aih belum perpanjang langganan mola tv tapi disney sedang bagus-bagusnya mesti libur netflix dulu tapi black mirror belum rampung mending mana dulu? bukan masalah uangnya tapi waktunya! meluangkan waktu beberapa jam sebelum tidur untuk nonton itu kemewahan sebab dibangunkan paksa oleh weker hanya akan merusak mood sepanjang hari ya artinya mesti tidur lebih awal bangun lebih awal seperti orang normal dan bergaya hidup bagus itu dan artinya sehari sejam dua jam sajalah untuk menghibur diri delapan jam atau lebih lainnya tahu sendiri kan mesin absen sidik jari di kantor tak pernah bertanya kau nonton apa semalam lagian di mana cabang dan daun-daun bangunan itu? aku ingin berteduh bsingggg sshhh rem minitrans memang diciptakan untuk membuat orang kantuk bangun dan lekas lari keluar.
–
ecnalubma
besi beton, besi beton, besi beton, beton kaca, aaaaghh panas gerah silau besi beton, weeeng tintin tiiiiiiiinnnn tin besi beton, besi beton, genangan! bau kencing! rumput-rumput di sela-sela trotoar! gedung-gedung persegi panjang tinggi! berjajar! kangkang-mengangkang? besi beton besi beton daun-daun tak sehat batang-batang pohonnya berdebu seperti muka pengamen di terminal yang nekat menyanyi dengan perut kosong hahh! besi beton, besi beton, sungguh ajaib nian kota ini dibuka selebar-lebarnya lalu pada masuk sembunyi takut matahari, jreng uwouwo… besi beton, besi beton, klaksoooonnn! jbrakkk!
wiuwiuwiuwiuwiu …
–
!
sekedarnya saja
sekedarnya sa
sekedarnya
sekedar
seke
sek
s!
tapi aku mau bicara
ribuan tahun kata-kata tak menjadi apa-apa
aku ini mau bicara
kenapa mesti pakai kata-kata yang kau mengerti saja
aku ini bicara
adakah nama-nama lain yang pas dan bisa kugunakan
aku bicara
mana simbol-simbol yang tak bisa ditambah dan dikurang sembarangan?
bicara saja!
mmnna bbbisa, pposter-pster gmmmbarmu mmmsuk mmmlutku
–
tutup kupingmu
hujan turun seperti kaki-kaki kelinci menuruni tangga satu persatu lainnya meluncur saja dengan perut berbulunya menggelinding-gelinding ding srettt tuk tuk tuk tak ada yang mendengar keciprat tapi dentuman halus dan mbug mbug langsung ke jantung seperti mengoles selai ke roti sebelum dibakar tapi air lebih tahu mana bau yang mestinya mengisi paru-paru tanpa perlu menumpang angin sebab dalam dua tiga detik bau air hujan mengisi dingin perut tanpa suara mengendap-endap yang nyess serr serr nyesss wushh baunya mengambang tanpa angin! sudah kubilang tanpa angin! coba dengarkan lagi nyess wushh masuk melubangi dua hidungmu dengan lancar jadi jangan kau tutup jendela itu! ada yang semestinya bertemu dan menjadi satu tanpa perlu ditaksir berapa mesti dibayar toh kau benci suara gesek kartu kredit itu kan? hah? srekkk tretet tet tet teeet …
*****
Editor: Moch Aldy MA