Yang Indah dari Beautiful Boy

Shofiatunnisa Azizah

4 min read

Orang-orang selalu bilang, cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya. Namun belum ada yang mengatakan, kepada siapa cinta pertama anak laki-laki berlabuh: ayah atau ibu?

Felix van Groningen tampaknya menangkap dengan jeli kelangkaan ini sebagai kunci untuk mengembangkan cerita Beautiful Boy yang ditayangkan tujuh tahun silam. Sebagai sutradara, ia menunjukkan hal-hal yang lumrah dalam hubungan anak laki-laki dan ayah. Hal-hal lumrah yang juga menyibak ketidakbiasaan untuk disuarakan dalam masyarakat umumnya, bahwa sebagaimana ayah mencintai anak perempuannya dengan sepenuh hati, anak laki-laki juga sangat berarti.

“Apakah kamu tahu betapa ayah menyayangimu? Kalau kamu mengambil kata dari seluruh bahasa, kata-kata itu tidak akan bisa menggambarkan betapa ayah menyayangimu. Kalau kamu menggabungkan seluruh kata itu, mereka juga tidak bisa menunjukkan besaran sayang seorang ayah. Aku menyayangimu lebih dari apapun,” adalah kata-kata yang diucapkan ayah dalam Beautiful Boy (2018).

Kata-kata yang hampir terlalu indah untuk bisa diucapkan, bahkan dalam bentuk terjemah. Namun, David yang diperankan Steve Carell sebagai seorang ayah mampu menunjukkan bagian emosional yang tidak terjamah kepada anak laki-lakinya, kepada penonton.

Baca juga:

Ungkapan sayang David kepada Nic-–anak laki-lakinya—belum seberapa. Ungkapan yang ditunjukkan dalam potongan film ini akan makin mengenaskan bila Beautiful Boy disaksikan secara utuh. Setiap kepingan hubungan David dan Nic memperlihatkan dinamika ayah dan anak laki-laki yang dirayakan dengan cara berbeda. Tidak kompleks dan berisik seperti ibu dan anak perempuan, tidak emosional dan penuh cinta seperti ayah dan anak perempuan, tidak patuh dan lembut seperti ibu dan anak laki-laki. Ayah dan anak laki-laki terhubung dengan kejujuran dan ketulusan tanpa basa-basi.

David, Ayah Pertama untuk Nic

Nic adalah anak laki-laki yang memilih pergi dengan ayah ketimbang ibu, padahal kedua orang tuanya berpisah pada usia Nic muda. Akan tetapi, ayah menjadi benteng yang dipilih Nic untuk dirinya yang kecil. Pada usia remaja, Nic bahkan tidak menunjukkan keberatan dengan pilihan David yang merajut keluarga baru. Bersama keluarga baru ayah dan kedua adik yang hadir dalam pernikahan itu, Nic turut berbahagia.

Kenyamanan Nic bersama David setelah perpisahan dan pernikahan kedua bukan tanpa alasan. David adalah ayah Nic untuk pertama kali. Bagaimanapun keluarga baru David, Nic lebih tahu dari siapapun bahwa David akan selalu menjadi ayah untuknya.

David tidak akan bertanya banyak kepada Nic tentang pilihan-pilihan hidupnya. Tidak ada alasan yang perlu diberikan untuk menjawab, “Kenapa?” “Mengapa?” “Boleh ini saja?”

Setidaknya, David tidak menanyai Nic tentang keputusan-keputusannya sampai waktu yang lama. Sampai Nic tersandung dalam jurang yang bernama narkotika. Mulai saat itu juga, bukan hanya Nic yang terjatuh, David juga.

Momen ini ditunjukkan dengan baik oleh Felix sedari awal. David Sheff, jurnalis The New York Times Magazine, menemui dr. Brown untuk mengetahui apa yang terjadi dengan Nic. Kepingan ini adalah permulaan, tetapi David jelas mulai kepayahan untuk mencari jalan keluar bagi anak laki-lakinya.

“Ada momen aku melihatnya, anak yang aku besarkan dan kukira aku kenali luar dan dalam, aku bertanya-tanya siapa dia?”

Dalam dialog David tidak hanya ada penasaran tentang apa yang telah terjadi kepada Nic, tetapi juga ada rasa cemas atas ketidakmampuan dirinya mengenali anak laki-laki yang telah dibesarkannya selama bertahun-tahun. Pada satu momen Nic mulai berubah karena narkoba, David seakan mengatakan, dirinya tidak merasa bahwa ia adalah ayah Nic. Akibatnya, David mencoba mencari tahu dari orang lain—yang meskipun adalah seorang profesional, mari katakan orang itu tidak mengenali Nic seperti dirinya.

Meski setelahnya Beautiful Boy akan menarik penonton pada kilas balik, pembuka yang kuat ini sesungguhnya telah memperlihatkan upaya yang David lakukan sebelumnya untuk menemukan jawabannya sendiri. Ia menanyai Nic tentang yang salah dari mereka, mengirim Nic ke pusat rehabilitasi, melihat Nic yang tidak berhasil dengan metode rehab, sampai mencoba untuk menyuntikkan meth—jenis yang dipakai Nic.  

Ibarat seorang ibu akan meraung-raung atas kesalahan yang dilakukan anak dalam hidupnya, mungkin juga menyesali telah membawa anak ke dunia ini, kegigihan David dalam mencari jawaban atas kecanduan Nic mengatakan bahwa seorang ayah tidak akan dengan mudah menyerah. Meskipun gagal berulang kali, ayah adalah sosok yang mengusahakan segala ketidakmungkinan dan menemukan harapan dalam kegelapan sekalipun.

Nic, Anak Laki-laki Pertama untuk David

Keberhasilan Beautiful Boy untuk memotret karakter anak laki-laki yang terkungkung dalam candu ini juga patut dipuji. Timothee Chalamet dengan piawai mampu memerankan Nic yang menemukan adiksi dan tidak bisa lepas dari jeratnya, sekalipun bersedia mencoba melakukan berbagai hal mulai dari rehabilitasi sampai bertahan dengan ingatan hal-hal yang disukai.

Sayang beribu sayang, adiksi semacam ini memang selalu berakhir dengan jalan buntu. Begitu pula yang dihadapi David dan Nic. Meski sudah berusaha mati-matian, pada akhirnya David dipaksa menyerah demi Nic. 

Sebelum menyerah, David selalu mengutamakan Nic di atas segalanya. Sebab tidak hanya Nic yang tahu bahwa David adalah ayah untuknya, David tahu bahwa Nic akan selalu menjadi anak laki-lakinya—anak pertamanya. Yang pada pernikahan teranyar dianugerahi dua anak sekalipun, David adalah ayah Nic. 

Berulang kali David mengabaikan keluarga kecilnya, pergi berlari secepat mungkin pada Nic yang mengulangi kesalahan dalam adiksinya. Berulang kali David menemui usahanya menarik Nic berbuah pahit. Pada bagian ini, sejujurnya David tidak akan menarik dirinya sendiri kalau istrinya, Karen, tidak mengingatkannya lebih dulu: ia telah melakukan segalanya untuk Nic, segalanya yang termasuk meninggalkan kedua anaknya yang lain—yang juga membutuhkan ayahnya.

Di titik ini, David keluar dari jurang tempat Nic lebih dulu. Meninggalkan Nic yang berkata ‘aku hanya menemukan kenyamanan’ sebagai alasan awal dari kecanduannya. Alasan yang menahan Nic tinggal dalam belenggu stimulan yang bekerja pada sistem sarafnya.

Baca juga:

Namun hubungan ayah dan anak laki-laki merupakan hubungan yang jujur. David berusaha mati-matian untuk tidak mengulurkan tangan kembali kepada Nic, sedangkan anak laki-lakinya menjadikan David sebagai pilihan pertama untuk dihubungi setelah kembali terjerumus.

“Aku harap aku bisa membantu Nic, tapi aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa.”

“Tolong aku, ayah. Aku hanya butuh sedikit pertolongan. Tolong aku. Aku ingin pulang.”

“Yang bisa aku katakan sudah kamu ketahui. Hubungi sponsor (rehabilitasi).”

“Aku tidak mau bicara kepada sponsorku. Aku mau bicara denganmu.”

“Cari pertolongan. Aku menyayangimu dan aku harap kamu bisa membenahi kehidupanmu.”

“Aku juga menyayangimu.”

Nic memilih David sebagai ayahnya untuk mencari pertolongan. Ironisnya, David sudah menolongnya berkali-kali sampai kehabisan kemampuan. Yang indah sekaligus menyedihkan, ayah dan anak laki-lakinya tahu bahwa pertolongan dan penolakan yang terjadi dalam percakapan itu menunjukkan hubungan jujur dan tulus keduanya yang saling menyayangi.

Have you seen my son? Have you seen my beautiful boy? Tell him I miss him. (Apakah kamu melihat anak laki-lakiku? Apakah kamu melihat anak laki-lakiku yang tampan? Katakan padanya, aku merindukannya)

Jika ayah menuliskan surat begitu untuk saya—anak perempuan, bisa dipastikan kedua kaki ini akan langsung berlari untuk memeluknya. Tapi tidak dengan anak laki-laki. Rupanya Nic memilih menggunakan kedua kakinya untuk menghindari ikatan emosional yang patut diakui juga ia rasakan.

Bukti tidak terelakkan bahwa hubungan ayah dan anak laki-laki bisa saling terhubung secara apa adanya adalah bagian yang indah dalam Beautiful Boy. Dengan akhir cerita David yang duduk di samping Nic, tanpa bicara setelah Nic hampir mati karena overdosis, adalah bentuk kejujuran yang tidak diutarakan: ia akan selalu ada untuk anak laki-lakinya. (*)

 

Editor: Kukuh Basuki

 

Shofiatunnisa Azizah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email