Di tangan dokter yang telah disumpah untuk mengabdi demi kepentingan kemanusiaan pun, perempuan masih saja menjadi korban kejahatan seksual. Film dokumenter terbaru Netflix, Our Father, mengupas skandal dokter kesuburan yang melakukan malpraktik kepada para pasien perempuan yang mendambakan anak.
“Dia bukan ayahku. Aku boleh berbagi setengah DNA-nya, tapi dia bukan ayahku dan tidak akan pernah (menjadi ayahku),” ujar salah satu anak korban kasus penipuan kehamilan seorang dokter bernama Donald Cline. Kasus sang dokter tidak pernah terungkap, hingga beberapa dekade kemudian, para anak dari korban satu per satu mulai berbicara.
DNA yang Tak Diinginkan
Beberapa orang di Indianapolis tumbuh dewasa dengan kejanggalan. Mereka memiliki ciri-ciri ras kaukasoid sempurna: kulit putih, mata biru, dan berambut pirang. Pada beberapa korban, ciri fisik ini tak sama dengan ciri fisik orang tua mereka. Seiring bertumbuhnya waktu, mereka dihantui krisis jati diri. Penyakit turunan yang tidak diwarisi orang tua mereka pun muncul.
Donald Cline adalah dokter ahli kesuburan di Indianapolis, Amerika Serikat. Ia berkepala botak, berjanggut putih, berperut gempal. Ia dikenal sebagai sosok tegas, berwibawa, dan dihormati di lingkungan sekitarnya karena aktif dalam komunitas keagamaan. Di beberapa adegan film, ia terlihat begitu intimidatif.
Peran Cline sebagai juru penyelamat bagi keluarga yang sangat menginginkan anak membuatnya direkomendasikan banyak orang di kota itu. Banyak pasangan berbondong-bondong untuk berkonsultasi dan melakukan perawatan dengannya. Sepanjang tahun 1970 hingga 1980-an, Cline berulang kali melakukan prosedur inseminasi sperma dengan membohongi pasiennya. Ia memasukkan spermanya sendiri ke dalam tubuh korban tanpa izin mereka.
Beberapa dekade kemudian, kejahatannya mulai terungkap. Beberapa anak yang lahir berkat proses inseminasi sperma oleh Cline mengaku bahwa ia tidak mirip dengan ayah kandungnya. Salah satunya adalah Jacoba Ballard. Ia mencoba untuk melakukan tes DNA dan terhubung dalam situs 23andMe. Hasilnya mengejutkan, ia memiliki hubungan dekat dengan beberapa orang yang tak dikenalnya.
Setelah Jacoba, beberapa pihak yang menyadari hal tersebut turut melakukan tes DNA dan melakukan tracking. Hasil tes menunjukkan bahwa mereka bukanlah anak kandung dari ayah mereka. Beberapa orang tersebut kemudian bertanya kepada ibu mereka soal kehamilannya terdahulu dengan penuh ironi. Lantas para ibu mengaku jika prosedur kehamilannya dahulu ditangani oleh Cline.
Kemuculan satu per satu korban kemudian membuat Jacoba Ballard mencoba untuk merangkul para saudara-saudari satu bapaknya. Berkat penipuan dan ketidaketisan praktik kesuburan oleh Cline ini, para korban mencoba melawan di meja hijau. Upaya yang ditempuh ini sangat sulit karena menurut pihak pengadilan, Cline tidak mampu dijerat dengan pasal apa pun. Para korban ini pernah sangat membutuhkan Cline dan telah sepakat pada prosedur yang dilakukan. Para korban akhirnya mengandalkan kekuatan media demi mendapat perhatian publik.
Tahun demi tahun berlalu. Jumlah persaudaraan dari “bapak yang sama” ini semakin banyak. Hingga film dokumenter Our Father dibuat, telah dilaporkan bahwa ada 94 Cline bersaudara yang lahir berkat sperma miliknya. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah.
Kultus Quiverfull mungkin menjadi salah satu dugaan serius atas tindakan Cline. Sang dokter diduga melakukan kultus ini dan menganggap jika anak adalah berkat dari Tuhan. Mengacu pada salah satu ayat Alkitab, yakni Jeremiah 1:5 yang sering dijadikan dalih oleh Cline, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, dan sebelum engkau lahir, Aku sudah memilih dan mengangkat engkau untuk menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” Dokter itu menganggap tak ada kesalahan berarti yang telah dilakukannya.
Baca juga:
Mereka yang Terluka
Ada perasaan emosional bertubi-tubi yang muncul dalam benak korban. Para ibu, yang melakukan prosedur ini beberapa dekade lalu, tidak menyadari bahwa dirinya menjadi korban kejahatan seksual dokter kesuburannya sendiri. Sang dokter berbohong dan menempatkan spermanya sendiri dalam rahim para ibu tanpa izin yang berarti. Hal ini dilakukan dengan sengaja mengganti sperma suami sah atau sperma donor dari dokter residen dengan sperma miliknya sendiri yang tidak pernah dites kelayakannya.
Para ayah, pihak yang rentan terluka, pada akhirnya merasa tertipu dan kehilangan harga diri. Mereka harus menerima kenyataan bahwa anak yang selama ini mereka sayangi, ternyata bukan darah daging mereka. Sementara sang anak menjadi korban dengan dampak paling parah. Hilang dari pohon keluarga, mewarisi penyakit genetik yang diwarisi sang dokter, dan merasa tak mengenali dirinya sendiri. Mereka harus menanggung itu seumur hidup.
Bagi saya, sangat jelas bahwa perkara keluarga merupakan sesuatu yang paling bermakna. Keluarga adalah identitas. Keluarga menunjukkan siapa jati dirimu yang sesungguhnya. Genetika tidak dapat menipu. Bayangkan saja apabila dalam darahmu mengalir darah orang sembrono dan merusak kebermaknaan hidupmu. Dan lagi, seorang anak tidak dapat memilih untuk dilahirkan dari orang tua macam apa.
Bukan Satu-satunya
Setelah kasus Cline terungkap, seperti domino, muncul kasus serupa lainnya. Di Amerika, setidaknya ada 44 kasus serupa meski belum ada yang mengalahkan tingkat tindak kejahatan Cline terhadap para mantan pasiennya.
Di Belanda, Jos Beek melakukan praktik penipuan yang sama dengan Cline. Kasus ini terkuak dan Beek terbukti memiliki 21 anak yang dihasilkan dari spermanya dalam kurun waktu 1973 hingga 1986.
Tak hanya itu, Quincy Fortier di Nevada melakukan praktik yang sama dan menghasilkan 24 anak laki-laki dan perempuan. Ia meninggal pada usianya yang menginjak 90-an dan diduga menginseminasi sperma pada pasien-pasiennya saat usianya menginjak 70-an. Parahnya, dokter ini meninggal dengan keadaan dihormati.
Film Our Father menjadi cermin bagaimana pemujaan ras, fanatisme beragama, serta hukum yang sangat bias dan tidak memihak perempuan di Amerika pada masa itu, mendorong kejahatan seksual luar biasa yang amat sangat traumatis bagi banyak keluarga.