Meski matematika telah menjadi dasar dari berbagai inovasi yang membantu peradaban manusia, partisipasi perempuan dalam bidang ini masih diabaikan dan tidak disorot dalam sejarah. Perempuan sering kali dipinggirkan dalam bidang ini karena streotip gender, hambatan sosial, dan kurangnya akses pendidikan. Namun, perkembangan zaman sudah membuka peluang bagi perempuan untuk terlibat aktif dalam matematika. Apa saja tantangan yang dihadapi dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mengubah situasi tersebut?
Tantangan
- Stereotip Gender yang Mengakar
Stereotip adalah pandangan atau penilaian yang subjektif dan tidak tepat terhadap suatu kelompok atau golongan. Stereotip gender pada matematika sering menganggap laki-laki lebih unggul dalam bidang logika dan analisis, sementara perempuan hanya cocok di bidang yang melibatkan emosi atau komunikasi. Karena itu banyak perempuan yang meragukan potensinya dalam bidang matematika dan ragu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
- Kurangnya Role Model Perempuan dalam Bidang Matematika
Dalam konteks matematika, keberadaan role model sangatlah penting untuk membantu melawan stereotip gender dan memberikan kepercayaan diri bahwa perempuan juga bisa sukses di bidang matematika. Dalam sejarah matematika, ada banyak perempuan yang telah memberikan kontribusi besar tetapi tidak mendapatkan pengakuan yang layak. Contohnya Ada Lovelace, matematikawan yang menciptakan alogaritma untuk mesin analitik Charles Babbage sehingga disebut programmer pertama di dunia. Sayangnya Lovelace jarang disebut dalam konteks pendidikan matematika. Selain itu ada juga Hypatia, matematikawan yang berkontribusi dalam bidang geometri dan astronomi, tetapi lebih dikenal dengan kisah kematiannya yang tragis daripada karyanya.
Baca juga:
- Keterbatasan Akses Pendidikan
Menurut UNESCO, jutaan anak perempuan di seluruh dunia tidak bersekolah, terutama di daerah pedesaan, daerah konflik, atau komunitas dengan norma patriarki yang kuat. Jika pendidikannya tidak terpenuhi, bagaimana mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi?
Kemiskinan juga menjadi salah satu faktor yang membatasi perempuan melanjutkan pendidikan, biasanya anak perempuan lebih sering diminta membantu pekerjaan rumah tangga dibandingkan anak laki-laki. Orang tua lebih mementingkan menyekolahkan anak laki-laki karena dianggap bisa membantu perekonomian keluarga. Sedangkan pendidikan matematika yang berkualitas hanya tersedia di sekolah tertentu dan memerlukan biaya yang mahal.
- Diskriminasi di Dunia Kerja
Diskriminasi terhadap perempuan di dunia kerja terutama di bidang matematika dan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) masih menjadi tantangan signifikan. Sebuah studi global menunjukkan bahwa perempuan di STEM, termasuk matematika sering dibayar 15-20% lebih rendah daripada laki-laki dengan pekerjaan yang sama. Hal itu mengakibatkan banyak perempuan meninggalkan kariernya di bidang matematika.
Peluang untuk Meningkatkan Partisipasi Wanita
- Penguatan Role Model dan Mentor
Kehadiran tokoh-tokoh perempuan yang sukses di bidang matematika dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mengejar minat dan karier di bidang ini. Selain itu mentor yang mendukung dapat memberikan panduan praktis dan emosional untuk membantu para perempuan mengatasi tantangan. Strategi ini juga membantu memberdayakan perempuan dan membawa keragaman prespektif dan inovasi di bidang matematika.
- Pemanfaatan Teknologi untuk Akses Pendidikan
Teknologi adalah alat yang sangat kuat untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam bidang matematika. Dengan memberikan akses pendidikan yang lebih luas, mendukung pembelajaran mandiri, dan menciptakan komunitas belajar yang inklusif, teknologi tidak hanya mengatasi hambatan yang ada tetapi juga menciptakan peluang baru bagi perempuan untuk berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan di dunia matematika.
- Kampanye Kesadaran Publik
Kampanye kesadaran publik adalah peluang besar untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam matematika. Dengan strategi yang efektif, kampanye ini dapat mengubah persepsi masyarakat, memotivasi generasi muda, dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi perempuan untuk belajar dan berkontribusi di bidang matematika. Namun, untuk memastikan keberhasilannya, kampanye ini perlu didukung oleh kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, institusi pendidikan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat umum.
Baca juga:
Meningkatkan partisipasi perempuan dalam dunia matematika merupakan tantangan yang kompleks, namun jika terlaksanakan dapat membuka peluang perubahan yang besar. Dengan mengatasi stereotip gender, memperluas akses pendidikan dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, perempuan dapat ikut berperan besar dalam matematika. Seluruh perubahan ini tidak hanya akan memberdayakan perempuan, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara keseluruhan.
Editor: Prihandini N