Adas manis · Akar wangi · Andaliman · Asam jawa · Asam kandis · Bangle · Bawang bombay · Bunga lawang · Bawang merah · Bawang putih · Cabe · Cengkeh · Cendana · Damar · Daun bawang · Daun pandan · Daun salam ·
Puisi Jembatan Rempah-Rempah serupa etalase yang menyuguhkan berbagai jenis rempah dengan begitu rapi. Afrizal Malna secara sistematis mengurutkan jenis-jenis rempah berdasarkan abjad, menyisipkan titik di antaranya, dan menjadikan frasa jembatan dari sebagai penyekat. Teknik ini menunjukkan ciri kreativitas Malna: bebas dan eksploratif.
Jembatan Rempah-Rempah berhasil keluar dari bentuk umum puisi. Pun dalam bentuk yang demikian liyan, saya menangkap ada maksud yang ingin diperlihatkan—tidak serta-merta asal memilih kata. Sebagai sekat, kata jembatan mengklasifikasikan rempah ke dalam lima etalase berdasarkan kesejarahannya.
Puisi-puisi yang mengangkat sejarah tak bisa lepas dari penelaahan kontekstual dalam usaha mencapai makna. Rempah-rempah dari Nusantara diperkirakan sudah masyhur di dunia sejak sebelum masehi. Rempah merupakan analogi dari kemewahan, status sosial dan kekuasaan. Rempah-rempah merupakan primadona dunia kala itu yang mampu melayarkan kapal-kapal dari berbagai penjuru, menuju Nusantara—tepatnya Maluku.
Jembatan dari Bumbu Dapur ke Darah Columbus
Jembatan dari bumbu dapur ke darah Columbus · Gaharu · Gambir · Jahe · Jeruk limo · Jeruk nipis · Jeruk purut · Jintan · Kapulaga · Kayu manis · Kayu putih · Kayu mesoyi · Kecombrang · Kemenyan · Kemiri · Kenanga · Kencur · Kesumba · Ketumbar · Kopal · Kunyit · Lada ·
Jamak diketahui bahwa Columbus merupakan salah satu pelopor ekspedisi samudra. Pada tahun 1492, Columbus mengajukan permohonan kepada Raja Spanyol untuk berlayar mencari kepulauan rempah-rempah melalui arah barat. Dalam ekspedisinya ini, ia justru tak sengaja menemukan benua Amerika—yang juga dinamai sebagai “Dunia Baru”.
Bung Karno dalam autobiografinya berkata, “seumpama Columbus tidak berlayar mencari jahe, buah pala, lada dan cengkeh kami dan tidak sesat pula di jalan, tentu dia tidak akan menemukan Benua Amerika.”
Di era itu, kebangsawanan dinilai dari kemewahan sebuah meja makan berdasarkan cita rasa yang terpuaskan lewat prestise rempah. Malna menggunakan frasa Jembatan dari bumbu dapur barangkali untuk menekankan bahwa nafsu Columbus akan rempah-rempah didasari oleh fungsi rempah sebagai bumbu dapur. Rempah-rempah yang ditampilkan oleh penulis pada etalase ini pun merupakan rempah-rempah yang memiliki guna sebagai bumbu dapur.
Jembatan dari Parfum ke Darah Vasco da Gama Tabasco
Jembatan dari parfum ke darah Vasco da Gama Tabasco · Laurel · Lempuyang · Lengkuas · Mawar · Merica · Mustar · Pala · Pandan wangi · Secang · Selasih · Serai · Suji · Tarum · Temu giring · Temu hitam · Temu kunci · Temu lawak · Temu mangga · Temu putih · Temu putri · Temu rapet ·
Pada tahun 1498, Vasco da Gama dari Portugis melakukan pelayaran dari timur dan menemukan jalur menuju India dan tiba di Kalkuta, India. Pelayaran ini dilakukannya untuk mencari rempah-rempah. Di sana, ia berhasil membangun kantor dagang. Kapal-kapal Portugis mulai berdatangan ke India untuk memborong barang-barang dari dunia timur: rempah-rempah dari Maluku yang dibawa oleh pedagang-pedagang Cina, Gujarat dan Arab.
Setelah Vasco da Gama berhasil dengan kantor dagangnya, seorang pejabat negara ditempatkan untuk mengatur kegiatan perdagangan di Nusantara, yaitu Alfonso de Alburqueque. Pasukan Portugis di bawah komando Alfonso de Albuquerque menaklukkan Malaka pada 24 Agustus 1511, dan pada akhirnya menaklukkan Maluku pada tahun 1512.
Baca juga:
- Menikmati Puisi: Tegangan antara Desir dan Desire
- Lugas Berpuisi melalui Perabotan & Ingatan
- Menyelami Alam Puisi Mochtar Pabottinggi
Frasa jembatan dari parfum menyoroti kegunaan rempah sebagai pengharum. Pada etalase kedua ini, Malna menyajikan jenis-jenis rempah yang beraroma kuat. Konon, para pelaut era itu telah mampu mencium aroma rempah puluhan mil dari laut. Ucap yang melebih-lebihkan, tentu. Tapi memang salah satu hal yang membuat rempah menjadi istimewa adalah aromanya. Selain menjadi penyedap dalam makanan, ia juga memberi aroma yang menambah nafsu makan. Konon, orang-orang dulu juga memanfaatkannya sebagai penyedap bau mulut sebelum bertemu dengan pejabat besar.
Rempah juga dimanfaatkan untuk laku religius penyembahan dewa-dewa Pagan dan Romawi. Karakteristik eksotisme, kelangkaan, dan kemisteriusan rempah sangat sesuai dengan ritual pemujaan kuno. Ini tampak dalam puisi Seneca yang menampilkan rasa terima kasih Hercules kepada dewa-dewa atas kejayaannya. Hercules meminta disiapkan persembahan terbaik dengan sajian rempah-rempah India. Tentu yang dimaksud adalah rempah-rempah Nusantara yang dibawa melalui India.
Jembatan dari Obat-Obatan ke Benteng Perempuan Berkalung Mawar Merah
Jembatan dari obat-obatan ke benteng perempuan berkalung mawar merah · Adas manis · Akar wangi · Andaliman · Asam jawa · Asam kandis · Bangle · Bunga lawang · Bawang putih · Cabe · Cengkeh · Cendana · Damar · Temu tis · Vanila · Wijen ·
Frasa ke benteng perempuan berkalung mawar merah menceritakan ketika Portugis pada akhirnya memasuki Ternate, Maluku Utara. Portugis disambut baik oleh Kesultanan Ternate, karena adanya rencana untuk bekerja sama dalam perdagangan rempah. Kerja sama berjalan sesuai rencana, Portugis kemudian mengusulkan untuk membangun benteng yang nantinya dimanfaatkan sebagai pos dagang rempah. Usul tersebut disetujui oleh Sultan Ternate dan pembangunan benteng dimulai pada 1522 dan selesai pada 1540. Benteng ini dinamai sebagai Benteng Kastela dan memiliki nama lain, Nostra Senhora Del Rosario atau gadis cantik yang sedang menggunakan kalung dari bunga mawar.
Frasa Jembatan dari obat-obatan digunakan untuk menggambarkan bahwa rempah-rempah yang dipasok ke Benteng Kastela merupakan rempah yang memiliki fungsi medis.
Jembatan dari Diogo Lopes de Mesquita ke Darah Ternate
Jembatan dari Diogo Lopes de Mesquita ke darah Ternate · Gaharu · Gambir · Jahe · Jeruk nipis · Jintan · Kapulaga · Kayu manis · Kayu putih · Kemenyan · Kemiri · Kenanga · Kencur · Kesumba · Ketumbar · Kunyit · Lada · Jembatan api yang terus mengirim kapal ke arsip-arsipmu.
Masih berkaitan dengan Kesultanan Ternate, Diogo Lopes de Mesquita merupakan Gubernur Portugis ke-18 yang menjadi dalang pembunuhan tragis Sultan Khairun Jamil di Benteng Kastela. Sultan Khairun merupakan Sultan Ternate yang berkuasa pada 1534-1570 dengan gaya kepemimpinan yang tegas dan berani. Keberaian inilah yang membuat Portugis merasa perlu “menyingkirkan” Sultan Khairun, karena ia menghalangi niat Portugis untuk menjadikan Kesultanan Ternate sebagai boneka mereka. Pembunuhan Sultan Khairun ini memancing kemarahan rakyat Ternate, sehingga muncul perlawanan berupa usaha mengusir Portugis dari bumi Ternate di bawah pimpinan Sultan Baabullah, anak Sultan Khairun, yang kemudian naik tahta.
Setelah pertempuran kurang lebih lima tahun, pada 1575 Portugis berhasil diusir dari Ternate. Setelahnya, pada 1570-1583 Kesultanan Ternate mencapai pusat kejayaannya di bawah pimpinan Sultan Baabullah dengan mengandalkan penghasilan dari perdagangan rempah-rempah. Frasa Jembatan dari Diogo Lopes de Mesquita ke darah Ternate memotret fase kesejarahan ini secara tegas.
Jembatan Api yang Terus Mengirim Kapal ke Arsip-arsipmu
Jembatan api yang terus mengirim kapal ke arsip-arsipmu dapat diterjemahkan sesederhana sebagai perjalanan rempah-rempah pada zaman yang seterusnya, pada kesejarahan yang selanjutnya berlangsung dan tercatat dalam arsip-arsip hingga saat ini.
Dalam opsi pemaknaan lain, frasa jembatan api dapat berarti sebuah klimaks dari sejarah rempah itu sendiri, yaitu munculnya monopoli dagang dan eksploitasi kekayaan alam Nusantara. Arsip-arsip dapat merupakan polisemi, yang bermakna politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Persoalan rempah telah keluar dari hanya persoalan dagang. Ia membentuk jalur perjalanan dan perdagangan laut, menemukan benua baru, dan pada akhirnya menjadi bara bagi manusia untuk saling menguasai. Perjalanan rempah melahirkan globalisasi yang berbaur dengan kolonialisme dan imperialisme.
Jika kita tarik ke depan, barangkali Indonesia ada karena rempah-rempah Maluku. Dalam artian, jika tak ada rempah, penjajahan atas Nusantara tidak pernah terjadi. Dari Maluku-lah penjajahan itu terjadi, dan dari penjajahan itu muncul sentimen nasional sehingga melahirkan apa yang saat ini kita sebut Indonesia.
***
Editor: Ghufroni An’ars