Membaca buku Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer: Strategi Pengelolaan dan Pemasaran Pendidikan di Era Industri 4.0 membuat saya semakin mengerti bagaimana seharusnya lembaga pendidikan menyikapi perubahan. Baik itu perubahan yang bersifat kecil atau besar, internal atau eksternal, maupun keadaan-keadaan lain yang menuntut lembaga pendidikan islam untuk terus tumbuh dan berkembang.
Buku karya Dr. Muh. Hambali, M.Ag. dan Dr. Mu’alimin, M.Pd.I. dengan tebal 356 halaman ini sudah melewati proses kurasi dan telaah referensi yang panjang sebelum hadir di tengah-tengah pembaca. Pembahasannya pun terbilang lengkap dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dan kebingungan seputar dunia pendidikan Islam dan proses manajemen di dalamnya.
Baca juga:
Pembagian materi dalam buku tersebut terdiri dari delapan bab. Dimulai dari pendahuluan, berlanjut ke bab kedua yang membahas tinjauan kritis manajemen pendidikan Islam. Bab ketiga membahas tentang pendekatan, konsep, dan teori, serta implementasi manajemen pendidikan Islam. Kemudian, bagian empat berisi kepemimpinan dalam dunia pendidikan, lalu disusul dengan pembahasan tentang manajemen mutu dalam pendidikan di bab kelima. Bab keenam berisi paparan tentang pemasaran dan SDM dalam pendidikan Islam. Secara khusus, bab ketujuh membahas tentang manajemen pendidikan Islam dalam wacana keilmuan kontemporer. Terakhir, bab delapan berupa penutup.
Lewat delapan bab tersebut, penulis mengajak pembaca untuk lebih membuka mata, melebarkan wawasan, dan menyadari fakta-fakta kekinian tentang eksistensi lembaga pendidikan Islam yang membutuhkan perubahan ke arah yang lebih baik. Persaingan lembaga pendidikan semakin ketat dalam berbagai aspek. Mulai dari mutu pembelajarannya, akreditasi atau pengakuan kualitas lembaga itu sendiri beserta lulusan mereka yang terjun ke dunia kerja.
Dalam menghadapi persaingan dan beragam tantangan, lembaga pendidikan tak cuma membutuhkan pedoman dan persiapan, tetapi dua hal tersebut juga harus diikuti dengan kesadaran kolektif seluruh elemen di lembaga pendidikan. Mulai dari kepala sekolah atau rektor sebagai pucuk pimpinan, tenaga pendidikan dan kependidikan, staf atau karyawan, hingga peserta didik sebagai objek pendidikan.
Buku terbitan tahun 2020 ini telah mencakup aspek perencanaan (planning) sebagai awal dari proses perjalanan dan penetapan tujuan pendidikan. Kemudian, tercakup juga aspek pengorganisasian (organizing) yang berisi pemetaan pekerjaan di lembaga pendidikan. Tak hanya itu, buku ini juga tak luput membahas aspek pelaksanaan (actuating) yang merupakan aksi nyata dari dua komponen sebelumnya, serta pengawasan (controlling) sebagai tahap akhir yang berisi evaluasi dan perbandingan antara hasil yang didapatkan dengan rencana awal yang telah ditetapkan. Proses evaluasi dan peninjauan ulang tersebut idealnya diikuti dengan proses perbaikan di berbagai lini.
Buku ini menjelaskan secara detail bagaimana seharusnya proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan di lembaga pendidikan Islam dilakukan. Dalam proses perencanaan, setidaknya ada empat aspek yang harus diperhatikan, yakni penentuan prioritas, penetapan tujuan, formulasi prosedur, dan penyerahan tanggung jawab. Sementara itu, dalam pengorganisasian, ada tujuh fungsi yang harus diperhatikan: penentuan struktur, aktivitas, desain struktur, koordinasi, interaksi, wewenang, serta tugas yang jelas dan transparan.
Kemudian, dalam proses pelaksanaan, ada tiga komponen yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu bentuk arahan, bimbingan, dan motivasi. Di bagian pengawasan, yang harus dilakukan adalah melakukan perbandingan antara hasil dan rencana, memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaan sesuai standar, identifikasi data secara terperinci, membuat saran tindakan perbaikan, pengumuman hasil pengawasan yang diperoleh. Terpenting, pelaksanaan pengawasan pun harus sesuai standar.
Manajemen pendidikan Islam memiliki ruang lingkup yang cukup luas untuk terus dikaji seiring perkembangan zaman. Ruang lingkup manajemen yang dimaksud meliputi manajemen kurikulum, manajemen peserta didik, manajemen kepegawaian, manajemen keuangan, manajemen sarana-prasarana, manajemen perkantoran, manajemen humas, manajemen unit penunjang, dan manajemen ekstrakurikuler. Sembilan poin manajerial tersebut memiliki permasalahan dan cara penyelesaian masing-masing yang saling berkaitan dan terikat antara yang satu dengan yang lain.
Selain berisi tentang bagaimana seharusnya manajemen dilakukan di berbagai lingkup, buku ini juga menjabarkan secara gamblang seperti apa kepemimpinan lembaga pendidikan Islam yang baik dan benar. Mulai dari bagaimana pola pikir seorang pemimpin, sikap yang harus ditunjukkan, cara mengatasi masalah dari berbagai sisi, proses berinovasi, serta kiat-kiat membawa lembaga pendidikan Islam yang bersangkutan menuju ke arah yang lebih baik seiring perkembangan zaman.
Mengapa demikian? Disadari atau tidak, adanya pasar bebas, reorientasi otonomi, dan masyarakat digital telah membuat lembaga pendidikan Islam mau tidak mau harus bertransformasi secara besar-besaran dan move on dari keadaan masa lalu. Adanya teori keilmuan dan praktik nyata di berbagai aspek pendidikan tersebut diharapkan akan mendorong terbentuknya lembaga pedidikan Islam yang bermutu tinggi.
Indikasi lembaga pendidikan dikatakan bermutu versi Mu’alimin diantaranya meliputi jumlah siswa yang banyak yang menandakan antusiasme masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut. Kemudian, pendidik maupun peserta didik di lembaga pendidikan tersebut memiliki prestasi akademik maupun non-akademik. Tak kalah penting, lulusan lembaga pendidikan tersebut mesti relevan dengan tujuan pendidikan atau sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh sekolah.
Adanya berbagai pandangan, konsep, dan teori keilmuan yang dijelaskan dalam buku ini tiada lain ialah untuk membawa lembaga pendidikan Islam menjadi lembaga yang hebat dan bermartabat di tengah-tengah masyarakat dan lintasan zaman. Untuk itu, buku ini sangat cocok dijadikan referensi dalam diskusi keilmuan tentang manajemen pendidikan Islam kontemporer.
Buku ini bisa menjadi jembatan atau wasilah perbaikan lembaga pendidikan Islam secara nyata di masyarakat. Harapannya, buku ini tidak hanya menjadi bahan diskusi yang berpindah dari otak ke otak atau mulut ke mulut, tetapi juga implementasi teori dan implikasinya di masyarakat bisa kita rasakan bersama.
Editor: Emma Amelia