Marx, Cioran, Penderitaan, dan Revolusi

Angga Pratama

3 min read

Kesadaran atas penindasan dan kekecewaan atas suatu sistem mendorong terjadinya perubahan. Ketika membicarakan pemikiran revolusioner, kita akan berhadapan pada konsep-konsep sosial-ekonomi yang memiliki hubungan erat untuk mendukung praktik menuju tatanan sosial yang lebih baik. Ketika kita hendak membicarakan pemikiran revolusioner, kita sering menemukan pemikiran Karl Marx yang sedikit banyak menyinggung perubahan sosial menyeluruh agar masyarakat terlepas dari penderitaan.

Pemikiran Karl Marx tentang sejarah manusia dan pertarungan antarkelas digunakan oleh Vladimir Lenin ketika melakukan revolusi pada bulan Oktober di Kekasiaran Rusia. Akibatnya, terjadi perubahan sosial berskala besar bagi penduduk Rusia. Keadaan politik dunia pun turut mengalami perubahan seiring dengan adanya segmentasi politik dan ideologi yang dianut oleh masing-masing negara.

Karl Marx menulis Das Kapital, buku tersebut memuat analisis politik-ekonomi masyarakat pada zaman revolusi industri, seperti berbagai macam modus produksi yang dilakukan oleh sistem kapitalisme. Buku tersebut memberikan pengaruh besar bagi perkembangan sosialisme dan para pemikir revolusioner selanjutnya. Salah satu cara Marx melihat perubahan sosial adalah dengan metode materialisme dialektis, ia melihat dunia yang akan tercipta setelah pertentangan antara kelas borjuis dan proletar adalah sintesis baru yang diharapkan oleh peradaban manusia.

Selanjutnya, kita beralih ke sosok yang kontradiktif dengan Karl Marx, yakni Emil Cioran. Cioran memiliki kaitan erat dengan filsafat negatif. Ia kerap menuliskan narasi suram di dalam bukunya. Ia memiliki pemikiran kritis atas fenomena kekecewaan dan penderitaan manusia. Baginya, penderitaan manusia tidak perlu untuk dihindari, penderitaan justru perlu dilegitimasi agar kita dapat mengetahui batasan dan jati diri kita yang sebenarnya.

The Trouble with Being Born dan On the Heights of Despair merupakan dua karyanya yang menyita banyak perhatian publik dan para intelektual. Meskipun karya Cioran erat dengan nuansa kematian, kekecewaan, penderitaan, dan pembusukan, beberapa kritikus memberikan respons yang baik atas karyanya. Kita dapat melihat bahwa Cioran berupaya untuk memberikan suatu pandangan yang begitu jujur atas realitas.

Cioran mengambil posisi untuk mengedukasi masyarakat bahwa kekecewaan itu tidak buruk dan tidak akan berbahaya ketika kita—sebagai kelompok masyarakat—mau mengakui bahwa kegagalan dan kekecewaan adalah bagian dari peradaban manusia. Namun, apakah pemikiran Marx dan Cioran dapat kita satukan untuk membentuk pemikiran kritis dan analisis perubahan masyarakat secara holistik? Tentu saja. Dengan berupaya membuat sintesis antara pemikiran Marx dan Cioran, kita akan menemukan bahwa perjuangan kelas dan penderitaan memiliki peran yang sama kuatnya untuk menciptakan masyarakat baru.

Baca juga:

Apa yang dapat kita ambil dari Karl Marx?

Teori Marx merupakan titik tolak untuk melihat upaya manusia agar dapat melepaskan diri dari penindasan. Dalam konsep sosialisme atau marxisme, Marx menawarkan suatu solusi atas kepemilikan alat produksi dan tanah secara kolektif untuk membentuk masyarakat yang setara dan menghilangkan hegemoni kelas sosial.

Kapitalisme merupakan musuh yang dianggap Marx hanya membawa penindasan dan penghisapan manusia atas manusia lainnya. Marx ingin menumbangkan kapitalisme melalui analisis ekonomi-politik yang ia tulis dalam Das Kapital. Namun, analisis yang disampaikan oleh Marx sedikit mengalami kemunduran dan dianggap kuno untuk merespons perkembangan zaman. Teori yang cenderung kaku tersebut tidak dapat berjalan secara mandiri pada era globalisasi. Kapitalisme yang semakin memantapkan posisinya tidak dapat begitu saja ditumbangkan melalui analisis tunggal ekonomi-politik Marx.

Peran dari pemikiran Cioran akan membantu kita untuk mempermudah penerapan teori Marx dalam melakukan analisis kekecewaan peradaban yang terjadi seiring perkembangan zaman.

Apa yang dapat kita ambil dari Emil Cioran?

Pemikiran Cioran menawarkan kita suatu cara pandang baru tentang perkembangan peradaban manusia melalui kacamata kekecewaan dan penderitaan. Bagi Cioran, penderitaan, kegagalan, kekecewaan, dan kematian harus diakui oleh seseorang agar ia dapat mengidentifikasikan dirinya. Kebahagiaan dan penderitaan merupakan dualitas kehidupan yang mau tidak mau harus kita akui. Penderitaan merupakan salah satu aspek kehidupan yang paling jujur.

Kebahagiaan yang berakhir dapat membawa perasaan hampa atau kecewa. Jika kita mampu melegitimasi dan mengendalikan kekecewaan secara perlahan melalui kesadaran, secara tidak langsung kita akan menemukan kesamaan penderitaan yang dialami kelompok sosial lain di suatu wilayah. Kapitalisme cenderung membawa kekecewaan bagi manusia ketika kita tidak mampu lagi mengikuti siklus kehidupan yang konsumtif dan tersegmentasikan oleh status sosial. Dengan kekecewaan yang diciptakan oleh kapitalisme, kesadaran kita untuk melepaskan diri dari hegemoni menjadi penting.

Meski Cioran mengatakan bahwa “kesadaran sebagai kutukan bagi manusia”, kesadaran membuat kita mengetahui sejarah peradaban manusia, bahwa setiap aktivitas kreatif dapat timbul ketika kita mau menyadari bahwa ada dua aspek dari peradaban manusia yang mampu menimbulkan perubahan secara holistik. Keterbukaan manusia untuk membahas atau mengakui penderitan, secara tidak langsung akan memengaruhi kesadaran bahwa ada begitu banyak penderitaan yang tidak pernah kita akui. Melihat penderitaan yang begitu nyata akibat kapitalisme, maka teori Marx akan kokoh untuk menyesuaikan dirinya dalam setiap kelompok dengan identifikasi mandiri atas permasalahan dan kekecewaan pada perdaban.

Jalan Revolusi

Setelah kita mendapatkan pengetahuan tentang penindasan, konflik antarkelas, hegemoni, dan kapitalisme yang dipaparkan oleh Marx, secara simultan kita akan menyadari bahwa banyak penderitaan yang coba dibongkar oleh Marx. Cioran menyadarkan kita bahwa penderitaan adalah realitas yang paling jujur dan menerima penderitaan sebagai proses terbentuknya suatu peradaban.

Revolusi membutuhkan pemikiran kritis dan penderitaan. Pemikiran kritis akan memengaruhi kita dalam menyusun dan mengalisis segmentasi sosial-ekonomi yang terjadi, serta melepaskan kita dari pengaruh sistem sosial yang merugikan. Penderitaan membuat kita semakin kokoh dan menyadari bahwa kita benar-benar dibayangi oleh sejarah penderitaan manusia. Penderitaan membawa kita ke dalam realitas yang berbeda-beda pada setiap orang. Ketika masyarakat sudah tidak ragu untuk menyadari bahwa penderitaan sebagai fenomena yang paling jujur, seorang revolusioner dapat lahir dari kubangan penderitaan dan pergolakan kesenjangan sosial.

Angga Pratama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email