Manusia Silver: Awal Perlawanan terhadap Kapitalisme

Angga Pratama

2 min read

Manusia silver menjadi salah satu bentuk perlawanan manusia yang sedang berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan lepas dari kekuasaan industri kapitalis. Pergerakan ini mereka lakukan dengan mengecat tubuh hingga berwarna silver. Tindakan tersebut adalah perlawanan atas hegemoni dan upaya objektifikasi kapitalisme. Di bawah kapitalisme, berbagai macam aturan yang kompleks dibuat sehingga memaksa para individu untuk mengikuti ketentuan yang berlaku.

Perkembangan manusia silver ini pada awalnya muncul di Bandung. Tujuan kelompok tersebut awalnya untuk penggalangan dana. Namun, akhir-akhir ini mereka berkembang pesat hingga muncul di beberapa kota besar di Indonesia. Mereka berkegiatan di jalan dan tempat-tempat yang sering dikunjungi masyarakat.

Menolak Dikekang Kapitalisme

Tindakan yang dilakukan manusia silver merupakan respons psikologis atas kekuasaan yang mengekang. Perbedaan yang kontras dapat kita lihat dari penampilan manusia silver dibandingkan kebanyakan manusia yang menyerahkan dirinya pada sistem kapitalisme.

Fenomena manusia silver ini sering dilatarbelakangi oleh beberapa sebab, seperti kehilangan pekerjaannya, rendahnya tingkat pendidikan, tuntutan ekonomi, dan sebagainya. Manusia silver merupakan kelompok yang menjadi korban dari kegagalan sistem kapitalisme untuk menciptakan perluasan perekonomian. Sistem kapitalisme yang menuntut seseorang untuk sempurna agar dapat memaksimalkan sistem produksi, akhirnya melakukan seleksi yang diskriminatif.

Individu dituntut untuk memiliki kemampuan yang memenuhi standar industri, di mana biasanya dilihat dari ijazah atau sertifikasi yang mereka miliki. Dengan demikian, kelompok masyarakat yang tidak memenuhi kualifikasi akan terdegradasi dari sistem. Hal ini dimanfaatkan oleh para kapitalis untuk menargetkan produk ciptaan mereka kepada kelompok tersebut, sebab mereka dinilai memiliki kerentanan untuk mengkonsumsi barang secara berlebih.

Kerentanan yang tercipta merupakan wujud dari minimnya nalar kritis individu yang terbentuk. Manusia silver secara implisit mengimplementasikan pola pemikiran kritis awal dengan mengedepankan praksis sebagai bentuk perlawanan terhadap kapitalisme.

Baca juga:

Manusia Silver dan Perlawanan

Ada banyak sekali kasus penangkapan atau pembubaran manusia silver oleh lembaga pengatur ketertiban. Namun, kita perlu memperhatikan bahwa perkembangan manusia silver tidak berhenti. Mereka justru berkembang sebagai kelompok yang terus berusaha untuk menjalankan kegiatannya agar segala kebutuhan terpenuhi.

Manusia silver yang beraksi adalah bukti bahwa mereka manusia bebas yang terlepas dari sistem kapitalisme. Perlawanan yang mereka lakukan adalah bentuk ekspresi diri atas diskriminasi yang ditimbulkan dari kapitalisme.

Perbedaaan tingkat pendidikan, budaya, dan kesejahteraan menyebabkan banyak segmentasi objek bagi kapitalis. Salah satu target dari para kapitalis adalah manusia silver, mereka melihat bahwa aktivitas manusia silver ini mengganggu keberlangsungan sistem yang sedang mereka bangun. Mereka berupaya membuat para manusia silver tersingkirkan dari sistem dan memanfaatkan regulasi yang ada agar perkembangannya terbatas.

Meskipun demikian, sebagai individu yang memiliki kehendak bebas, manusia silver terus bergerak untuk terus berkembang melawan sistem yang ada, meski mereka harus berhadapan dengan regulasi yang sudah ditetapkan.

Sistem kapitalisme tidak jarang membawa pergesekan tajam antarkelas sosial. Hal ini dimanfaatkan oleh manusia silver untuk menunjukkan bahwa kapitalisme adalah sistem yang cacat. Secara praksis, mereka menjadikan cat silver yang menempel di tubuh mereka sebagai warna perlawanan untuk mendapatkan nilai tukar.

Mereka berupaya untuk memutus paradigma bahwa kesuksesan hanya bisa diperoleh lewat kerja yang penuh kedisiplinan dan memakai pakaian rapi. Batasan yang diciptakan oleh kapitalisme ini telah menyempitkan paradigma kita. Kita dibuat tidak sadar bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama untuk menjalankan kehidupan yang bebas dan tidak terbatas pada aturan yang eksploitatif.

Pelawanan Masih Berlanjut

Perlawanan yang belum memberikan dampak berarti bagi kapitalisme bukan berarti tidak berguna. Manusia silver berupaya untuk menjaga dirinya sebagai manusia yang bebas dari kapitalisme, pemerasan tenaga manusia, dan juga perilaku disintegrasi kelas sosial.

Manusia silver memang belum terpisahkan dari kapitalisme secara utuh. Mereka masih hidup dalam bayangan kapitalisme. Sistem kapitalisme yang semakin luas dan tidak terbantahkan saat ini membawa manusia silver pada siklus perekonomian mikro yang mereka hasilkan melalui aktivitasnya. Penghasilan yang diperoleh manusia silver berasal dari orang-orang yang menjadi objek eksploitasi kapitalisme. Dan seketika kapitalisme masih menjadi penyumbang nilai tukar yang paling signifikan bagi mereka.

Dengan tidak menghindari bayangan kapitalisme, kita melihat bahwa manusia silver tidak berinteraksi secara langsung dalam sistem kapitalis. Mereka bergerak sebagai individu yang mempekerjakan diri pada kehendak yang mereka inginkan dan terhindar dari kapitalisme.

Ini merupakan kelebihan manusia silver yang bebas berekspresi dan menjadi wujud kreativitas masyarakat yang termarjinalkan oleh kapitalisme. Mereka melakukan upaya untuk melepaskan rantai-rantai tuntutan ekonomi dengan durasi tertentu pada dirinya. Otoritas yang tidak terlalu peduli menyebabkan manusia silver dianggap sebagai kelompok yang tidak selaras dengan apa yang seharusnya mereka lakukan.

 

Referensi:

Rudolf, Rocker. 2020. Anarko-Sindikalisme. Jawa Tengah: Parabel;

Nechayev, Sergey. 2020. Chatechism of A Revolusionist. Auckland: Pattern Book;

Malaka, Tan. 2017. Aksi Massa. Jakarta: PT Buku Seru.

Angga Pratama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email