Yang Hilang dari Kita dan Puisi Lainnya

aji royan nugroho

2 min read

dromologi bersua

daya yang mampu mengaduk emosi
hilir rantau dengan kemudi
penuh perasa berkirim muka
dari kala yang memberikan kesempatan
untuk memeluk teras bergenting
yang kau sapa sudah kemarin lusa

tempat yang sama selalu tak punya
kemampuan untuk membenci
karena setiap gerbang dan pintu
secara sukarela didiami walau sesaat
untuk mereka yang sudah bernasib

waktu bisa mengantar kepada
rumah yang dulu mungkin
juga bersama usia yang justru
menjadi masalah
sudah berlaku kesekian
oleh keberangkatan kereta-kereta
bawah tanah yang semakin pulas

bahwa kegiatan emosional
perjumpaan adalah peristiwa
merampungkan perkara yang sudah
dan menerima yang mungkin
untuk segera menghalalkan sama lain

dan di antara jarak
jarang untuk bergeming
via kata pun suara
sebelum ditiupkan
peringatan agung

siapapun akan rindu
perihal persusuan halaman
yang menghidangkan garis hidup
dan menakdirkan kita
dari jabang bayi hingga
yang sedang berlangsung

(Bantul, 2023)

gerak kontinu

setiap sesi di tikungan mau akhir
sebelum jauh waktu yang sudah terjadwal
pada masa yang sungguh dirindukan
baris hujan yang mencicip muka laut
takdir pertemuan dua unsur itu tak terulang

bagian kita merasuk di awal saja
selebihnya pudar
malam selanjutnya
akan terasa sedih sebab
bulan ketenangan semakin terkikis

pun kita ingin dan belum tentu akan
muka kita dihuni perihal kepuraan
hanya tampak
seakan-akan merasa terjun di perasaan liyan

tanda fase yang diperbarui lahirnya bulan
ada getir lain dari jeda gerak yang terikat ruang
misal di antara spasial kata
ditulis dan hanyut, pisah dua masa
kita semakin terdahulu
keinginan tercapainya untuk dewasa
adalah harapan konyol
dari menghuni sisa kehidupan

(Bantul, 2023)

jantung rasa

telah sampai pada harinya
sulur suci itu genap dan berumur
para pupus daun digantikan kemuning
dan bersajak kemarau
tiada lagi burung-burung yang mencintai pagi
entah udara mana yang memanasi bulu-bulu sayap

ditengahi saudara tua atau muda
orang yang dinaungi hanyalah
berbekal hati menjulur sana-sini
konon, mereka melebur
dan melarung aku
tiada henti mengukir kata salah

sepakat atau tidak waktu akan mengulang
sisa dan memiliki batas
selebihnya kita habiskan
dengan angan-angan kecewa
bahwa benar, segalanya mungkin tak terjadi

baiknya kita ditemukan waktu
untuk bertukar maaf
beruntungnya tangis dan sejengkal senyum
selalu menjadi sesi sayang
diantarai—tajuk pengantar dan ikrar penebusan

jatuh di kala yang tepat
banyak kita mengumbar rasa-rasa
pun kehidupan lahir lagi lebih berirama
ada yang tumbuh
kemudian malam menjumpai kematian
disucikan dari keterikatan masa dan dunia

(Bantul, 2023)

yang hilang dari kita

waktu kita bagian dulu
di luar yang terikat antara masa sekali ruang
pun sadar tumbuh dan semakin tersisa:
umur kian mendekat menuju nafas lelah

kemudian ada yang memberi makna
perjumpaan pada satu titik
dari perjalanan itu sendiri
seringnya, cakap-cakap, sekadar
kenal tukar pikir
hingga sebatas kenangan mata
itu, pias-pias hidup
perihal status dan bertanya
dunia itu apa?

di setiap titik temu
kerumun akan selalu berbeda
warna ingatan membentuk
goresan-goresan yang mungkin
akan diingat nanti

padahal setiap gerak
jarum jam menusuk-nusuk
memenggal urat nadi, melemahkan saraf
memang sering lupa kita
saat bermain
tapi ini bukan tentang main-main

sampai pada beberapa persinggahan
keluanganmu akan mengingat tentang
tikungan masa lalu baik pedih dan perih
atau hangat dari jumpa-jumpa
yang tidak terjadwal
sebab sesuatu yang sudah hilang
kadang akan terasa mahal

(Yogyakarta, 2023)

abstain

di hari yang sama
segalanya menjadi berbeda
pun yang rajin berkunjung
dua dari kemungkinan:
waktu dahulu dikawal kehangatan
di sekarang kau asing pada sendiri

lalu lalang orang di tempat ini
dalam jajanan yang berselera
diri berdesak menyibak papasan muka
yang terasa sakit adalah
umur dalam percepatan waktu
udara yang dihirup begitu makin padat
ruang tak ubahnya tempat mewarna uban

pelak sedih ketika mengitung perubahan
tubuh ini tak lain juga penumpang
di mana pun selalu diantar
mau pergi jalannya selalu pulang
ingin jumpa arahnya pasti kembali

sebelum pada tujuan
ada tikungan
suasana kebersamaan
kemudian selang berlalu
kemesraan lebih tahu caranya
bagaimana memudakan usia kulit

ke sini ingatan tergerus lapuk
lebih sedikit untuk mengejar
malahan dikejar pagi dan sore
jangan tanya sampai mana
kalau sama-sama bergerak
pada hari lain tak terduga

(Bantul, 2023)

*****

Editor: Moch Aldy MA

aji royan nugroho

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email