Ketika kita berbicara sosialisme, kita akan menemukan cita-cita tentang kesetaraan agar masyarakat tidak tersegmentasi berdasarkan yang kaya atau miskin. Namun, apakah kesetaraan ini berdasarkan kesadaran atau berasal dari penekanan dan pemaksaan?
Sosialisme merupakan ideologi politik yang menuntut nasionalisasi alat-alat produksi untuk memenuhi kebutuhan kolektif. Kebijakan-kebijakan di bawah sosialisme bertujuan untuk menciptakan kesetaraan di dalam masyarakat. Sosialisme hadir sebagai respons munculnya revolusi industri pada akhir abad ke-18.
Sosialisme memberikan kritik pada sistem kapitalisme yang dianggap sebagai akar dari segala permasalahan yang timbul dalam masyarakat. Dua pandangan yang saling berkontradiksi ini menyebabkan pergesekan yang tidak dapat dihindari bagi kelompok sosialis dan kapitalis. Sosialisme berupaya menghadirkan tatanan masyarakat yang bebas dari perilaku eksploitatif.
Sosialisme Hampir Mati
Sosialisme berkembang cukup pesat setelah terjadi revolusi industri pada akhir abad ke-18. Sosialisme semakin dikenal setelah terjadi Revolusi Oktober 1918 di Russia yang dipelopori oleh V.I. Lenin. Beberapa hal yang dapat kita perhatikan adalah sosialisme mendasari dirinya pada konsep yang dicetuskan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels.
Kita akan melihat bahwa tendensi determinisme perekonomian dan modal menjadi ciri khas yang kuat ketika kita membahas sosialisme dan komunisme. Namun, setelah masa kejayaannya, terdapat beberapa masalah akibat para pemimpin dan penerapan sistem yang masih belum maksimal.
Beberapa negara besar yang pernah menganut sistem sosialisme mengalami beberapa penyesuaian kembali teori sosialisme agar dapat diterima oleh kebudayaan dan masyarakat lokal. Oleh karena itu, muncul berbagai macam pandangan yang dikenal sebagai hasil dari tindakan seorang “revisionis”. Akibatnya, ada banyak pandangan berbeda antarnegara penganut sosialisme. Hal ini menyebabkan pergesakan yang membawa mereka pada kehancuran.
Salah satu awal kehancuran sosialisme dimulai ketika Uni Soviet dibubarkan. Kemudian diikuti oleh beberapa negara yang memisahkan diri dan menerapkan pandangan politik berbeda. Ini menjadi guncangan besar bagi negara-negara penganut sosialisme. Selain itu, terjadi guncangan di benua Asia, seperti peperangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Republik Sosialis Vietnam yang dimulai pada tahun 1979 dan berlangsung selama 3 minggu 6 hari. Perang ini disebabkan oleh serangan balasan Tiongkok kepada Vietnam setelah Vietnam menginvasi Kamboja yang meruntuhkan rezim Khmer Merah di bawah pimpinan Pol Pot. Ini menjadi salah satu permasalahan yang menyebabkan kekuatan dan solidaritas di antara negara sosialis terpecah.
Selain itu, negara sosialis semakin terbelakang akibat mereka sukar untuk membuka diri pada perkembangan zaman. Masih terjadi kekakuan sistem yang menolak keras produk hasil kapitalisme. Pada tahun 2022, beberapa negara sosialisme masih bertahan, tetapi beberapa di antaranya juga sudah mulai menyesuaikan diri di tengah perkembangan kapitalisme yang semakin merajalela, seperti Laos, Vietnam, Kuba, Republik Rakyat Tiongkok, Korea Utara. Beberapa Negara tersebut mengalami reformasi pada bidang ekonomi sehingga mereka mampu bertahan dan eksis hingga saat ini. Saat ini sosialisme berada pada posisi minoritas sebagai negara yang memiliki tujuan untuk mencapai Utopia.
Baca juga:
Kesetaraan atau disetarakan?
Pada praktiknya, kita akan menemukan bahwa kesetaraan di bawah sistem sosialisme dipaksakan oleh rezim yang berkuasa agar mereka dapat mengoptimalisasi kebijakan dan memaksimalkan pengendalian sosial. Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak memiliki celah untuk mendominasi. Dominasi akan berakibat buruk terhadap konsep kesetaraan.
Ketika kesetaraan dipaksakan, justru akan menimbulkan pergolakan dari masyarakat akibat perilaku sewenang-wenang pemerintah. Salah satu kasus yang menarik untuk dilihat terjadi pada tahun 1920-an, yakni ketika ada upaya penyerangan yang dilakukan oleh rezim Stalin untuk menciptakan kesetaraan kepada para wanita di wilayah Khiva. Para wanita di wilayah Samarkand dan Tashkent didorong untuk membuang cadar mereka, hal ini menyebabkan protes keras dari kalangan pria muslim dan beberapa wanita menjadi korban kekerasan rezim.
Masalah kesetaraan adalah masalah yang sangat krusial bagi suatu negara. Terlepas dari cita-cita kesetaraan, pemerintah harus memperhatikan bahwa kesadaran akan kesetaraan itu lebih penting daripada upaya memaksakan suatu kesetaraan yang dapat menyebabkan masalah sosial dan pergesekan antargolongan. Teori harus diiringi praksis yang tepat dan tidak hanya berfokus pada hasil yang harus diperoleh.
Kesetaraan harus dimulai dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjunjung HAM agar setiap orang dapat bebas untuk menentukan hidupnya dan sesuai dengan norma yang berlaku. Kesetaraan yang timbul dari kesadaran manusia akan lebih kuat dibandingkan kesetaraan yang timbul hanya karena propaganda dan kekerasan.
Kapitalisme, Sosialisme, dan Harapan
Kapitalisme semakin merajalela dan kesenjangan sosial begitu jelas terlihat dalam masyarakat. Para borjuis asik dengan perilaku pamer sedangkan para kaum proletar hanya menjadi penonton. Namun, perlahan kapitalisme semakin menancapkan taringnya dalam-dalam dengan menyajikan janji dan fasilitas yang membuat para proletar tidak ingin terlepas dari gurita eksploitasi kapitalisme.
Mirisnya banyak orang yang menyadari dan menerima bahwa mereka sedang dieksploitasi. Oleh karena itu, perubahan yang diharapkan sosialisme akan semakin sulit terjadi. Nalar kritis seseorang semakin tumpul akibat berbagai macam metode ekonomis yang diglorifikasi para kapitalis.
Sosialisme masih menjadi harapan untuk membawa perubahan bagi masyarakat, tetapi kita harus menetapkan suatu batasan agar dapat menentukan nilai-nilai sosialisme yang layak untuk diterapkan. Kita tidak bisa mengambil pandangan sosialisme secara utuh, sebab bisa saja ada nilai yang tidak sesuai. Setiap perbuatan harus mempertimbangkan kepentingan bersama dan tidak hanya sebatas pada hasil yang memiliki kemungkinan kecacatan dalam proses mencapainya.
Sistem kapitalisme menjadi salah satu sistem yang perlu diperhatikan agar kesenjangan sosial yang telah terjadi tidak meluas. Untuk mencapai hal itu, seseorang masih memiliki harapan ketika ia mampu menjaga nalar kritisnya dan menghindari perilaku konsumerisme yang justru akan membawa pada permasalahan ekonomi apabila semakin tidak terkendalikan.
Kesadaran kolektif yang terbentuk sebagai respons dari sistem yang cacat akan menimbulkan perubahan secara partikular dalam sehingga harapan masyarakat dapat terwujud. Tindakan ini membutuhkan teori dan praksis yang tepat. Perubahan yang lebih baik tidak hanya bertumpu pada sistem sosialisme, terapi juga bertumpu pada kesukarelaan sosial. Kesadaran yang timbul akibat paksaan hanya bertujuan untuk memenuhi egoisme suatu rezim.