Sia-sia dan Puisi Lainnya

Dimas Anggada

1 min read

SEKALI LAGI

dalam rintihan yang paling dalam
ada cerita yang tertahan

wajahmu menembus menyusul angin
dan meretakkan rusukku yang terakhir

dan dalam bayangan yang telah hilang,
tatapan ini menyusur deras, menggenangi aliran panjang, juga basah, untuk kemudian
jatuh tak membekas

segalanya susut, makin terbenam,
dan suara kini terdengar menghancurkan,
dan udara pun tak siap untuk memahat
kata-kata terakhir ini:

aku ingin bertemu denganmu, sekali lagi!

SIA-SIA

tengah malam belum usai
dinding masih berkerit-kerit
dan yang kulihat hanyalah
sebatas langit-langit

untuk kesekian kali
kupikir ini sia-sia belaka

di luar, angin memusingkan
perasaan yang masih tersisa,
dan air bekas mendung yang jatuh
bahkan kehilangan kemampuan
untuk memeluk dirinya

gelapnya malam
makin mengeraskan
segalanya yang kutatap,
termasuk ingatan itu

dan kupikir,
cerita ini sia-sia belaka

ADAKAH YANG PERNAH SIAP?

aku masih berdiri di sini
menunggu gema
juga
hujan yang mereda

adakah yang pernah siap,
ketika ada yang mendekapmu,
dan ia mencuri jantungmu?

yang ada hanya aku
yang telah menjemput luka
pada belati
dan, pada sepi

di ruang ini
tanpa segalanya bisa kusentuh
semua berjejal-jejal,
memaksa kehadiran
dan memaksa untuk mengingat

adakah yang pernah siap,
ketika ada yang mengingatmu
walau cuma sebentar?

PATAH

akan ada yang patah
ketika ucapan
tak lagi hadir

malam pun menjadi luntur
dan hujan mengabur jalan-jalan
serupa kapur

kini batas menebal
berupa jarak yang jauh
berupa rentangan yang
melampaui hatiku

aku hanya bisa
memandangmu dari sini,
dari tempat di mana jalan-jalan
mengabur serupa kapur

dan dingin terdampar
tergeletak dalam jejak
yang pelan

dan percakapan ini
usai tanpa sebab

TENTANG RASA

dalam diam yang kurasakan ini
darahku tumpah
meluber ke mana-mana

dan kenangan,
menyisihkan dirinya,
dan kau berkata:

“sebagian dari diriku,
mungkin tak akan
bisa kau temukan lagi.”

hari esok tak lagi meresap

kesenyapan bahkan
mematuki diriku berkali-kali, dan
meluputkan kata-kata
untuk kesekian kali

pada pertemuan lama
mimpi-mimpi tumbuh
dalam getar tubuh

dan hati yang terdampar ini
sekali lagi merangkai jalan yang telah buta

(2023)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Dimas Anggada

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email