SEKALI LAGI
dalam rintihan yang paling dalam
ada cerita yang tertahan
wajahmu menembus menyusul angin
dan meretakkan rusukku yang terakhir
dan dalam bayangan yang telah hilang,
tatapan ini menyusur deras, menggenangi aliran panjang, juga basah, untuk kemudian
jatuh tak membekas
segalanya susut, makin terbenam,
dan suara kini terdengar menghancurkan,
dan udara pun tak siap untuk memahat
kata-kata terakhir ini:
aku ingin bertemu denganmu, sekali lagi!
–
SIA-SIA
tengah malam belum usai
dinding masih berkerit-kerit
dan yang kulihat hanyalah
sebatas langit-langit
untuk kesekian kali
kupikir ini sia-sia belaka
di luar, angin memusingkan
perasaan yang masih tersisa,
dan air bekas mendung yang jatuh
bahkan kehilangan kemampuan
untuk memeluk dirinya
gelapnya malam
makin mengeraskan
segalanya yang kutatap,
termasuk ingatan itu
dan kupikir,
cerita ini sia-sia belaka
–
ADAKAH YANG PERNAH SIAP?
aku masih berdiri di sini
menunggu gema
juga
hujan yang mereda
adakah yang pernah siap,
ketika ada yang mendekapmu,
dan ia mencuri jantungmu?
yang ada hanya aku
yang telah menjemput luka
pada belati
dan, pada sepi
di ruang ini
tanpa segalanya bisa kusentuh
semua berjejal-jejal,
memaksa kehadiran
dan memaksa untuk mengingat
adakah yang pernah siap,
ketika ada yang mengingatmu
walau cuma sebentar?
–
PATAH
akan ada yang patah
ketika ucapan
tak lagi hadir
malam pun menjadi luntur
dan hujan mengabur jalan-jalan
serupa kapur
kini batas menebal
berupa jarak yang jauh
berupa rentangan yang
melampaui hatiku
aku hanya bisa
memandangmu dari sini,
dari tempat di mana jalan-jalan
mengabur serupa kapur
dan dingin terdampar
tergeletak dalam jejak
yang pelan
dan percakapan ini
usai tanpa sebab
–
TENTANG RASA
dalam diam yang kurasakan ini
darahku tumpah
meluber ke mana-mana
dan kenangan,
menyisihkan dirinya,
dan kau berkata:
“sebagian dari diriku,
mungkin tak akan
bisa kau temukan lagi.”
hari esok tak lagi meresap
kesenyapan bahkan
mematuki diriku berkali-kali, dan
meluputkan kata-kata
untuk kesekian kali
pada pertemuan lama
mimpi-mimpi tumbuh
dalam getar tubuh
dan hati yang terdampar ini
sekali lagi merangkai jalan yang telah buta
(2023)
*****
Editor: Moch Aldy MA