Setengah Jadi
1.
Kau mata jangkrik yang menyala sebelum hati yang gelap lelap dalam mimpinya.
2.
Kau suara pusara yang mendenting-denting di atas wadah sepi, ketika langit habis diobrak-abrik tatawarna.
3.
Cahaya mata lampu yang bertebaran di sepanjang jalan menuju rumah.
4.
Kau induk puisi setengah jadi yang harus saya serahkan kepada api.
_
Pulang ke Rumah
Ia lelah, dan rumah-rumah adalah dusta atau peri kecil dan kurcaci-kurcaci kerdil yang diasingkan, tersungkur di suara-suara parau dedaunan.
Pesta belum berhenti tetapi jarak membatas ke atas agar sepi lebih berani lagi. Mencatat nama-nama, menghitung mimpi-mimpi sementara banyak huruf dan angka yang membolos dari pesta.
Di tepi pengaduan, di halaman rumah yang terbakar, di tiap-tiap goresan yang menjalar nanar. Keadaan berkata: “jangan takut keluar pagar.”
_
Ziarah
Akhirnya kupu-kupu itu terbang
Burung-burung jangan putus sayapnya
Bunga- bunga jangan kecewa
Sebab besok masih ada pesta
Buat apa adanya malam?
Jika tidak mengistirahatkan apa pun.
Buat apa air mata itu jatuh?
Jika tidak menumbuhkan yang lesu.
_
PENGEMBARAAN
Pagi itu, masih terlalu pagi.
masih terlalu pagi untuk bersedih
masih terlalu pagi untuk mendidih
masih terlalu pagi untuk gagal dengan lagu-lagu lirih
masih terlalu pagi untuk membaca
masih terlalu pagi untuk menyeka
masih terlalu pagi untuk buka celana
masih terlalu pagi untuk bertanya kenapa
masih terlalu pagi untuk mencari diri sendiri.
_
Pesan Pendek untuk Isnur
1.
Kata-kata api, lagu-lagu yang berbunyi. Telinga kita dan mata sebelum empat subuh. sepasang lengan yang terkubur di dermaga.
2.
Di sebuah jalan, sehabis hujan. aku kalah berani dengan tanah. Aku kalah gagah.
3.
Kalau cinta mampu membakar takdir kenapa orang-orang yang mencintai tidurnya harus berani dan berangkat kerja?
4.
Jam di tanganku berhenti berputar. Jam di tanganmu berputar cepat. Berhenti berdebar. Aku gagal lagi dalam hal mengulang waktu.
***
Editor: Ghufroni An’ars