Sajak tentang Encok dan Boyok
Meski terhitung masih muda dan
jauh dari kata tua renta,
ia sudah jatuh hati
kepada encok dan boyok
yang tetap setia
menemaninya ngorok
sehabis dari perjalanan jauh
yang penuh peluh dan keluh;
Sehabis dari perjalanan panjang
di mana ia diserang
angin dan sepi,
berkali-kali
dan bertubi-tubi.
Kepada encok dan boyok tercinta,
ia bercerita soal kerja
yang tak seberapa bayarannya.
Pada suatu malam
Yang aku lupa kapan,
encok dan boyok
menghangatkan dirinya dan malam
yang suka sakit-sakitan.
Batuk dalam dirinya meletus halus
Mengagetkan sunyi
Dan beberapa sepi.
Ia jadi semakin merindu
pada sekarat yang semakin dekat,
erat dan bersahabat.
–
Pada Sebuah Kamar Tidur
Dari sebuah ranjang tidur
Yang tabah merawat impianmu,
kutemukan korokmu yang lucu dan
merdu.
Dari meja belajar yang senantiasa terjaga
dan tabah menanti kata-kata tiba.
Tubuhmu sering terantuk
menahan suntuk.
Kamu sering bergadang
menemani puisi yang sedang
latihan mati-matian menjadi dirinya sendiri.
Puisi yang sepenuhnya puisi.
Bukan puisi yang baru setengah jadi.
Ada sakit dan sehatmu
di pojok rak buku
Menggumpal bersama
buku-buku lama
yang sudah tak dibaca.
Ada kalender, jam
Dan sepotong hati menempel di dinding
yang bila tiba waktu pagi
suka berbasa-basi
mengucapkan selamat pagi.
Juga ada waktu yang sering kamu kenakan
Menumpuk bersama baju-baju kotor di pojokan
Ia ingin segera dibersihkan dan disucikan
dari segala kenangan.
Kamar tidur senantiasa
Menampung kantukmu
Rindumu
Deritamu
Dan kesepianmu
Yang amat dalam dan kelam.
–
Penggalan Percakapan Lama
Yang mana yang harus kuingat terlebih dahulu?
Arloji ataukah kopi?
Sudah lama aku tidak mengingat keduanya.
Sedang mereka adalah kenangan yang terus
hidup menghangatkan kesepian.
Sebelum mengingat, aku ingin pulang terlebih dahulu
ada cinta yang sudah dingin ingin kuhangatkan lagi.
Dan kopi, entah mengapa terbayang sedang
mengantarkanmu pergi.
Pagi-pagi.
–
99+ Panggilan Tak Terjawab dari Seberang Kenangan
Ponsel berdering berkali-kali
mengagetkan sepi yang sudah seminggu
bermalam di rumahmu.
Kau biarkan suara panggilan itu terus menggema.
Memecahkan hening di beberapa sudut dan ruang
keluarga dan tanda tanya.
Kau biarkan dering panggilan itu berkali-kali berbunyi
Sebab kau sedang sibuk-sibuknya mengatur
tidur, kasur dan dengkur
menyusun rencana berlibur.
Ke pulau impian mana
kita mestinya bertamasya?
*****
Editor: Moch Aldy MA