Ranum Rindu
Dalam secangkir teh merk there is no love tanpa gula
yang baru aja kuseduh, aromamu menyembul-mengepul
It means that, kamu masih di sini.
*sambil kuingat-ingat rangkulanmu
di bahuku dan kepalaku nyender di bahumu
Atau sebaliknya? Terus ngantuk dengerin reviu anime-mu
Perdetik sadar dalam hati
Kalendar kayaknya nggak nge-swipe
alias lama banget bulan empat
Sorenya, duduk berayun
Dara ngasih selembar kertas sama sepaket bunga seulanga
Kubuka, kulihat, isinya bertuliskan:
“you are stars in my dark and cold nights.
tanpamu, nyalaku gak lagi shining and unwavering.”
Dalam semangkuk cawan
Melodi memaksa keluar
Katanya ingin menari, loncat-loncat,
atau bahkan kalau berhasil bakal ke angkasa
Menikmati pesan yang tersampaikan
Seusai waktu tempuh rindu yang jutaan cahaya
Tuntas-terbalaskan.
(Des ’22)
–
Nyala Dupa dan Hadirmu (Part 404)
Kepulan aroma dalam birama doa-doa hanyut mendekap. Saat itu juga, sepersekian detik menutup mata. Tapi enggak dalam keadaan semedi, kayak biasanya.
Kini kutemukan dirimu dalam kepulan desir angin hanyut berdansa bersamaku, dupa dan nada. Kau hadir. Tapi hanya sepuluh detik. Derap langkahmu kuhitung mundur hingga dua, satu. Lalu melesap. Mataku nyala. Barangkali dupa selembut awan, lekas berbelas kasihan bangunkanku dengan bisikan lembut. Dari adukan sendu pikiranku yang terus bergelanyut. Pun karena hari juga udah larut. Kulihat, enggak ada siapapun di depanku. Selain dupa aromatik yang menyala, yang melintang, yang melingkar vertikal, menyeruak horizontal.
(Semarang, 21 januari ’23)
–
Ngutipin Remahan Diksimu Lanjut ke Kopisyop (1)
Kesibukanku weekend ini ngutipin remahan diksimu yang bertaburan di mana-mana: di kamar; di dapur; di teras depan; di pot-pot bunga; juga ada yang nyelip di crochet dan di beberapa kanvas lapuk yang udah kulukis—di langit-langit rumah juga ada.
Kupilah mana yang kiranya masih layak biar nanti dikemas. Biar nggak mubazir juga. Sebelumnya kutulis terus kutuangin ulang di lembaran kertas daur ulang *yang kita buat saban pekan karena gabut enggak tau mau diy-an apaan.
–
Ngutipin Remahan Diksimu Lanjut ke Kopisyop (2)
Kemarin kulihat lagi remahan diksimu in another’s place, yakni di kopisyop pas lagi ngopi sore sambil nikmatin keindahan kota yang katanya bakal kelelep sebentar lagi. Nanti kuceritakan soal ini (katamu). Biasanya kalau kita duduk di sini, pasti hujan.
Hm, pikirku alam nyuruh hujan datang biar kita bisa dating sambil pelukan nikmatin varian baru parfumku. Yang wangi! Yang sayangnya, sayangku, hari ini gak lagi hujan. Huft.
*****
Editor: Moch Aldy MA