aries. mengkristalkan waktu, menyunting gambar dan melepaskan nada.

Rantau Tubuh dan Puisi Lainnya

Kristal Firdaus

1 min read

Bersukacitalah dalam Pengharapan

kau selalu menginginkan peluk tanpa tanya
mungkinkah?
mungkinkah, berdekap-dekapan tanpa kenapa
tanpa memejamkan mata

bisakah
peluk tanpa bicara
berdekapan tanpa kepala
tak perlu lagi meminta & berjaga-jaga

kau benci
andai semua keluar dengan sendirinya!

sayup harap melahap kau
melahap hara-mu
hari demi hari

kau payah
selalu lalai merawat satu-satunya niscaya

bayangkan, seseorang yang halus akan datang membelah dadamu
menyucikanmu seperti malaikat kepada rasul
dan harapan tak menjadikanmu kayu yang koyak & rapuh
tak ada rayap di sana, hatimu terus membaru tanpa titik-titik kecewa
sampailah kau kepada napas yang selalu kau minta
yang kau sembunyikan & ragukan
kau tak perlu lagi mencari cara mengeluarkannya sendiri(an)

“semoga tidur yang peluk,” katanya.

(2023)

Mukjizat

aku merekatkan ingatan itu bersama dosa
agar kau terus hidup dan aku merasa bersalah:

telah mencuri banyak cahaya
bahwa aku adalah gelap yang bersembunyi
dalam selimut lebat yang akan mengantarmu pada puing-puing neraka

tetapi aku rela menjadi bahan bakar neraka
agar mereka tahu dari kacamata dosa
cinta tetap bisa menyala

bahwa cinta ini adalah
api yang mencium neraka
api abadi yang berani menaklukkan sementara

dalam mimpi: ia yakin
api ini, api yang dingin
yang menyelamatkan Ibrahim.

(2022)

Segumpal Darah

sepertinya, kalender, jarum jam,
serta kemacetan
sudah tiada artinya
semua lagu jadi pisau bermata dua
lantai seperti aspal
kepala ini hujan
tiap pintu terbuka membelah
deras semua rasa yang mana harus dihentikan

kepalamu terus memutar mantra pisau Billie Ellish:
what i was made for
what was i made for?
what was i made for?

bom-bom meledak di tubuh hampa
hatimu papa tak ada seseorang yang bisa memapahnya
kau butuh rokok untuk kepala
mengapa telinga mendengar semuanya
dan bibir tak mampu berkata
segumpal darah ini penuh perahu tanya

ia bilang bacalah
tetapi kau terus bertanya
tak bisa membaca dirimu sendiri
apalagi kitab suci

kau terbelah dan terus terisi batu
yang tak satu pun orang melihatnya

(2023)


Rantau Tubuh

kau menoleh
tiada siapa-siapa di sini
selain kau yang tersedak
air matamu sendiri

kau dengar suara-suara itu
terus memanggil meraba sisa

tubuhmu mengelupas
menguarkan cahaya-cahaya pulang
cahaya-cahaya rumah
memintamu kembali

bisakah aku pulang
walau tanggal tulang-belulang
keropos mengapur
menulis sisa-sisa celaka

(2023)
_
Namamu (bukan) Firdaus

Pak, kita tak bertemu di Surga

anakmu sudah menjadi puisi
maukah kau membacanya
maukah kau membacaku
Surga yang bersembunyi

berlari dari nyala
membuat setapak kecil
dalam hitam
kami masih rusa itu
terburu oleh warna, daging dan darah

aku bukan Surga yang dibicarakan itu
aku bukan Firdaus

aku tak pernah ada di puisi-puisi
yang pernah kau baca
juga orang-orang suci tulis

Maukah kau membacaku sebelum kakimu menginjak tanah Surga
tanpaku? tanpa paku-paku-mu
aku yakin Ibu akan memaafkanku.

(2023)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Kristal Firdaus
Kristal Firdaus aries. mengkristalkan waktu, menyunting gambar dan melepaskan nada.

0 Replies to “Rantau Tubuh dan Puisi Lainnya”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email