Manusia Kereta
manusia kereta
tubuh-tubuh tanpa nama
menjelma ombak
mengempas puing hari yang sesak
derap langkah sunyi
memendam amuk di dalam diri
mata kami matahari abu-abu
meredup dalam gerbong besi yang bisu
di luar gerimis meluncur seperti tangan ibu
menepuk-nepuk bahu yang kian layu
–
Pulang ke Tepi Laut Tenang
pulang ke tepi laut tenang
melihat asin menggerus pancang
sisakan kesadaran
pada jendela akasia yang terbuka
biarkan angin membisikkan
nasib yang rapuh dan sementara
memilih jauh dari pohon-pohon beton
kunang-kunang neon
arung semua sempurna yang tak nyata
biar karat merambat
pada tubuh-tubuh sekoci tua
sepanjang pandang,
ikan-ikan rupa warna,
sibuk merawat tenang
tetap dekat dengan insang
menepi sebelum gulita,
sebelum habis sisa usia
pulang ke tepi laut tenang
–
Mekar Kembali Esok Hari
apa yang dapat kita sampaikan
kepada wangi bunga
yang tersisa di kepala
kemarau berkerak
sepanjang pandang
dan kita berpaling
mencari musim yang lain
tapi masih kusirami tangkai layu ini
menyangkal kematian dengan rasa percaya
akan ada yang mekar kembali
esok pagi
barangkali bunga
barangkali kita
–
Berjalan di Pagi yang Lain
aku berjalan di pagi yang lain
terbenam dalam
hari-hari yang seolah damai
menyaksikan masa silam,
melambai di persimpangan
melepas bangkai peristiwa,
menguburnya tanpa nisan
hatiku dulu segenggam batu
meluncur rentan di matamu yang kaca
kita purna sebagai gulma dan anai-anai
tapi masih kukekang kau sekali waktu
pada malam-malam paling telanjang
dalam pelukan segala rencana
yang gagal mengenal dirinya sendiri
–
Untuk SDD
hujan di matamu
tak lagi terperangkap bulan dan cuaca
sisa kanak pada pagimu yang layu
berlompatan di permukaan waktu yang fana
lebih riang dari akhir pekan
dari riuh kata yang turut melepasmu pergi
dan kau terus melangkah sebagai sejarah
meski kau tahu, dukamu abadi
*****
Editor: Moch Aldy MA